CHAPTER 12

92 46 36
                                    

"Gimana tadi acaranya?"

Putri melihat Ratu sekilas dari cermin rias, lalu tersenyum singkat, "Lumayan."

Gadis itu melanjutkan bersih-bersihnya, membuka aksesoris, menghapus make-up lalu mengganti long dressnya dengan terusan berwarna hitam selutut.

"Gue tidur duluan ya, capek."

Gadis yang diajak bicara hanya diam, sudah daritadi Ratu mematung diujung tempat tidur, menimbang apakah dia harus bicara atau menutup matanya.

"A-ada." Putri mengernyit.

"Apanya yang ada?"

'Jangan nangis! Lo harus tanggungjawab' Ratu menelan ludahnya gusar, mau tidak mau, berani atau tidak Putri harus mendengar itu semua karena dia.

"Ada yang mau lo bicarain sama gue?"

Putri diam sesaat, senyum manis yang menghiasi wajahnya perlahan memudar seiringan dengan air mata membasahi pipinya.

"Maafin temen-temen gue ya, gue yakin mereka ga bermaksud kaya gitu."

"Apanya sih yang ga bermaksud?!"

Ratu terbelalak mendengar suara Putri yang meninggi, "Putri?"

"Kenapa? Kenapa gue ga bisa temenan sama mereka? Kenapa mereka ga mau nerima gue?"

"Gue yakin mereka juga nganggap lo temen.."

"Temen? Kalau lo ga ada ga pernah ada yang mau ngomong sama gue! Bagi mereka gue ga lebih dari kembaran lo, temen dari temen mereka..." Putri tersenyum pahit, dadanya sesak, hatinya hancur, dia lelah tapi dunia masih tidak membiarkan gadis itu beristirahat.

"Gue belajar tiap malam supaya mereka mau nyontek sama gue, gue berusaha supel, ramah, tapi ternyata dimata mereka gue cuma SKSD, parasit yang lengket di elo..." Suaranya mengecil tenggelam diderai isak tangisnya. Kekuatan, keberanian, kepercayaan, semua hilang dari tubuhnnya.

Putri merasa dia orang yang paling bodoh, apa gunanya selama ini dia berusaha ramah, mengerjakan PR sampai tengah malam, bereaksi pada cerita tiap temannya, sebenarnya apa gunanya. Kalau ternyata keramahannya di anggap SKSD, kebaikannya dianggap cari muka, usahanya hanya dianggap angin lalu.

Ratu menangkup Putri yang hampir terduduk jatuh, "Lo adek gue, temen gue, sahabat gue, bukan parasit!"

Senyum kecil tersungging diwajah gadis itu, dieratkannya pelukan mereka, seakan kakaknya akan pergi sangat jauh. Hanya dia, hanya dia satu-satunya yang ada untuk Putri, hanya dia satu-satunya kebahagian didalam hidup Putri.

Tapi orang-orang malah mengasihaninya gara-gara adiknya yang tidak berguna.

"Gue boleh minta sesuatu dari lo?" Tanya Putri.

"A-apa?"

"Mulai besok, jangan bicara sama gue, pura-pura berantem sama gue disekolah ya."

Gadis itu diam sebentar, mencerna maksud dari manusia yang tengah sesegukan di pelukannya, mengelus pucuk kepala adiknya,
"Kalau itu mau lo..." Jawab Ratu

...

"Udah gue gapapa." Putri melepaskan pelukannya, sudah sekitar 10 menit mereka tetap seperti itu, Ratu yang memeluk Ratu, memberikan kehangatan pada adiknya, dan Putri yang menenggelamkan dirinya ditubuh sang kakak, mencari ketulusan.

"Tadi mama nelpon gue di jalan..." Putri menghapus sisa sisa air mata di wajah Ratu. "Papa sama mama mau bawa lo kerumah sakit, jadi siap siap gih."

"Gue ga mau pergi! Gimana gue pergi kalau lo masih kaya gini!"

"Ratu." Panggil Putri, tapi kali ini berbeda, tidak ada kehangatan dan kasih sayang, hanya nada dingin dan lelah. "Tolong, jangan tambahin masalah gue." Dia menarik Ratu berdiri, lalu berjalan kearah nakasnya. "Gue capek banget, mau tidur. Lo kunciin aja gue dari luar."

Ratu menghentikkan langkahnya menuju kamar mandi dan berbalik menatap Putri, "Lo tadi udah minta sesuatu ke gue kan? Sekarang dengerin permintaan gue! Jangan sakitin diri lo sendiri!" Ratu tidak peduli dibilang mau dramatis atau apa, tapi, dia khawatir.

Putri menarik selimutnya sampai wajah,

"Kalau bunuh diri bukan dosa, udah lama kita ga ketemu."

"PUT-"

"Ratu? Udah siap nak? Nanti dokternya pulang loh!" Ketukan Sofia dipintu menghentikan Ratu.

"Udah sana. Hati-hati dijalan."

...

"Gue udah bener-bener nyakitin Putri!"

"Dia marah sama lo?" Tanya seseorang diujung sana dengan nada yang tidak kalah khawatir.

Ratu menggeleng pelan,  "Dia kecewa sama dirinya sendiri! Dia marah sama diri dia sendiri!" Ratu kembali terisak

"Lo lagi dimana sekarang?"

"Gue abis selesai check up, papa sama mama lagi ngambil obat di farmasi!"

"Lu lagi sakit kan, ga usah terlalu dipikirin, besok gue coba ngomong sama Putri!"

"Erwin... kenapa dia ga marah sama kita?"

Erwin menghembuskan napas kasar, pertanyaan itu juga sudah menempel di kepalanya belakangan ini.

"Ada banyak yang ga kita tahu dari dia ra dan sekarang kita tahu kalau dia punya beban segitu besar, jadi kita harus bisa bantu dia." Ucapnya halus

"Yaudah. Papa mama udah dateng, gue tutup ya win... Good night!"

"Hn"

.
.
.

ATAKORAKA [JAN 2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang