15. Membawa Pengaruh Baik

124 22 0
                                    

Penyegaran sebelum membaca 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penyegaran sebelum membaca 😘

S E L A M A T   M E M B A C A ! ! !

***

Arsha membuka matanya dan ia terkejut ketika mendapati dirinya tidak sedang berada di kamarnya. Arsha langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menepuk jidatnya  ketika baru teringat bahwa dirinya berada di rumah Langit. Lebih tepatnya sekarang ia berada di kamar laki-laki itu.

Karena tak melihat keberadaan sang pemilik kamar, Arsha mengedarkan pandangannya mencoba mencari sesuatu yang sekiranya mampu membantunya mengetahui sedikit tentang hidup Langit. Lalu, ia melihat sebuah pigura kecil yang terletak di atas nakas tak jauh darinya.

Arsha mengambil pigura itu dan memperhatikan gambar yang ada di dalamnya. Seperti hal yang biasa ia temui, hanya sebuah gambar keluarga. Arsha yakin kedua pasangan di foto itu adalah orangtua Langit dan anak kecil yang bersamanya adalah Langit yang sekarang ia temui.

Arsha menaruh kembali pigura itu dan mengedarkan pandangannya lagi. Ia merasa cukup nyaman berada di kamar Langit yang bernuansa biru donker itu ketimbang berada di rumahnya. Mengingat pasal rumah, Arsha jadi terpikirkan bagaimana nasibnya jika ia pulang sekarang. Apakah Ayahnya akan memarahinya karena tak pulang semalaman?

Arsha menghela napas untuk tetap tenang. Jika nantinya Ayahnya kembali memarahinya, bahkan lebih parah dari sebelumnya, Arsha harus siap. Karena itulah kenyataannya.

Kenyataan yang tak bisa ia hindari.

"Oh, iya, Langit tidur di mana, ya?" gumamnya baru teringat.

Lantas, ia segera melenggang keluar dan menuju ruang tamu, namun ternyata Langit tak ada di sana. Kemudian, Arsha menuju dapur karena berpikir laki-laki itu mungkin sudah bangun dan sedang sarapan.

Benar saja dugaan Arsha, Langit sedang sarapan di meja makan. Namun yang membuat Arsha tertegun ketika lagi-lagi mendapati Langit tak memakai kaus. Hanya celana jogger berwarna abu.

Ragu, Arsha berjalan mendekat.

"Lo kalau mau sarapan, bikin aja sendiri. Gue cuma ada mie." ucap Langit tanpa mengalihkan pandangannya.

"Baju kamu mana, Lang?" Arsha justru malah menanyakan hal itu.

"Disumbangin." celetuknya.

"Serius?"

"Nggaklah! Mending lo diem. Gue nggak mau pagi-pagi udah ngomel."

"Kenapa bajunya nggak dipakai?"

Langit menghentikan makannya dan menatap Arsha sengit.

"Jauh-jauh sana, Sha. Gue malas debat."

Lalu, tanpa memperdulikan Arsha, Langit kembali menyantap mie buatannya itu. Sedangkan Arsha bukannya pergi, justru ia malah mengambil tempat di kursi sebelah Langit dan duduk di sana.

Sandyakala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang