"Bapak mau ke mana?" Lestari bergegas menghampiri Darmo yang hendak keluar rumah.
"Berangkat kerja, Nduk." jawabnya singkat.
"Kaki Bapak kan belum sembuh. Jalan saja masih harus dibantu kayu begini kok sudah mau kerja?" Lestari sigap menuntut Darmo duduk di kursi kayu panjang ruang tengah.
"Kalo Bapak nggak kerja. Kita nggak punya cukup uang buat makan, biaya sekolahmu sama beli kebutuhan sehari-hari." ujar Darmo cemas sambil pelan-pelan mengangkat kakinya yang dibalut perban ke atas kursi.
Sudah sepuluh hari sejak kejadian kecelakaan kerja yang dialami oleh Darmo. Dan selama itu juga hari-harinya hanya dihabiskan di rumah karena belum sembuh total. Seminggu pertama malahan Darmo hanya bisa berbaring di atas tempat tidurnya. Tidak hanya kaki yang patah, tetapi tulang punggungnya juga ikut terasa sakit sehingga untuk meredakannya, Darmo hanya bisa berbaring saja di kamar.
Pekerjaan Darmo sebagai buruh tani digaji berdasarkan jumlah kehadiran. Jika tidak masuk kerja, maka tidak dihitung gaji. Sebelum kejadian itu, Darmo tidak pernah absen satu hari pun demi memenuhi kebutuhannya dengan Lestari. Dalam keadaan tidak enak badan juga masih dipaksanya tetap masuk bekerja, walaupun Lestari selalu melarang. Darmo memiliki tanggung jawab sebagai satu-satunya tulang punggung keluarga.
Lestari sendiri sebenarnya sangat ingin membantu Darmo dengan bekerja untuk memperoleh tambahan uang. Upah sebagai buruh tani tidak banyak, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari jadi sering kali mereka kesusahan menyisihkan uang sebagai simpanan yang dapat dipakai jika terjadi sesuatu yang mendesak, seperti sekarang ini. Namun, mencari pekerjaan nyatanya sangat sulit bagi Lestari. Mendapat cap sebagai perempuan tidak baik dan pembawa sial selalu menjadi penghalang. Pernah beberapa bulan lalu, Lestari akhirnya mendapat pekerjaan di sebuah warung sebagai tukang cuci. Perkerjaan itu hanya bertahan tidak sampai dua minggu, sang pemilik warung memberhentikannya.
"Lestari, maaf sekali. Besok tidak perlu datang lagi ya. Kebetulan warung sedang sepi jadi saya tidak perlu banyak orang yang kerja di sini." ucap sang pemilik warung saat itu. Dan Lestari hanya bisa pasrah menerima keputusan itu.
Rupanya warung yang dulunya ramai dan laris menjadi sepi sejak Lestari bekerja di situ sehingga dengan terpaksa sang pemilik warung harus mengambil tindakan dengan memberhentikannya. Lestari sadar diri dengan posisinya serta pemilik warung yang serba salah. Tidak semua orang berlaku buruk kepada Lestari, ada sebagian kecil yang masih baik dan bersikap biasa saja, salah satunya adalah pemilik warung itu. Pada hari terakhirnya bekerja, Lestari diberi upah satu bulan penuh beserta beberapa bahan makanan mentah dari pemilik warung.
Sejak kejadian itu, Darmo melarang sang putri untuk mencari kerja. Darmo tidak ingin melihat Lestari tersakiti lagi.
Perkataan Darmo tidak salah. Memang saat ini mereka membutuhkan uang lebih untuk biaya pengobatan kaki Darmo. Bagian tungkai kaki Darmo patah cukup parah dan memerlukan perawatan yang rutin. Sutanto, mantri desa, menyarankan agar Darmo beristirahat total dan menghindari sering menggerakkan kaki, jika ingin penyembuhannya cepat. Sutanto juga mengatakan bahwa mengingat usia Darmo yang sudah tidak muda lagi perlu beberapa minggu agar tulang yang patah menyambung lagi.
Pada minggu pertama adalah masa tersulit karena Darmo hanya bisa berbaring di atas kasur saja. Semua urusannya dilakukan di atas kasur mulai dari makan, mandi dan lainnya. Bukan mandi yang sebenarnya, hanya menyeka sekedar membersihkan tubuh saja. Lestari dengan sabar dan telatan merawat Darmo. Dan saat itu pula, Lestari harus sering membolos sekolah karena sang ayah belum bisa ditinggal sendirian di rumah.
Setelah menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah dan membantu Darmo berbaring di kamar, Lestari mengistirahatkan diri sejenak duduk santai di teras depan rumahnya. Dia menatap bintang yang bersinar terang di langit yang gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lestari [TAMAT~> terbit eBook]
Historical FictionJika saja sang ibu tidak meninggalkannya saat kecil, pasti kehidupan Lestari tidak akan seperti ini. Dikucilkan dari masyarakat sekitar hanya karena kesalahan yang dibuat oleh sang ibu. Namun, untung sang ayah mampu membesarkan Lestari hingga tumbuh...