Hawa siang sedang panas-panasnya. Belum juga mengganti seragam sekolahnya, Ayu malah lebih memilih duduk bersantai di ruang tamu rumahnya sambil mengipasi dirinya dengan sebuah kipas anyaman bambu. Kakinya mengangkang agar semilir angin dapat masuk bebas ke dalam tubuhnya dan mampu menghilangkan keringat yang menempel. Posisi itu malah membuat rok sepan pendeknya sedikit terangkat sehingga siapa saja yang lewat bisa melihat dengan jelas isi di dalamnya. Ayu sebenarnya menyadari posisi duduknya, tetapi dia tidak peduli.
"Anak perawan duduknya kok begitu. Cepat ganti bajumu terus ikut makan," perintah Mirah kepada sang putri.
"Panas bu. Aku mau di sini dulu. Ngisis." Ayu tidak mengindahkan perintah Mirah. Dia terus saja mengipasi dirinya.
"Ganti sana cepat. Nanti jodohmu jauh kalau gayamu kayak gitu. Siapa yang mau kawin sama perempuan urakan seperti ini." Mirah menunjuk kedua kaki Ayu yang mengangkang.
"Iya iya. Aku ganti. Huh!" Ayu beranjak dari kursi dengan jengkel, lalu melenggang ke kamarnya. Mirah hanya menggeleng kepala melihat sikap sang putri.
Ayu merapikan rok panjang berwarna merah polos saat berada di ambang pintu kamarnya setelah berganti baju. Bola matanya melirik sedikit ke arah pintu depan karena merasa ada bayangan seseorang di sana.
"Lho mas Fajar tumben ke mari?" Ayu terkejut melihat Fajar di depan pintu rumahnya.
"Pas kebetulan lewat saja," jawab Fajar
Ayu tentu saja senang, tiba-tiba pujaan hatinya berkunjung ke rumah. Perempuan itu mempersilakan Fajar masuk dan duduk.
"Mas Fajar kebetulan lewat atau memang ada perlu sama aku?" balas Ayu yang berprasangka bahwa Fajar sengaja ingin menemui dirinya.
"Kamu memang pintar menebak," balas Fajar sekedar menjawab sekenanya.
Fajar sebenarnya bingung memberikan alasan yang tepat karena sebenarnya dia pergi ke rumah Mirah untuk menemui Lestari. Namun, Ayu yang tidak tahu hal itu menjadi salah tingkah. Menganggap Fajar sengaja datang menemuinya. Tidak seperti biasanya Fajar tiba-tiba datang dan tanpa tujuan.
Sebelum ke rumah Ayu, Fajar pergi ke rumah Lestari berharap bertemu dengan perempuan itu karena dia sudah memperkirakan kalau Lestari sudah pulang sekolah dan telah tiba di rumah. Namun, perkiraan Fajar salah. Rupaya sepulang sekolah, Lestari langsung menuju ke rumah Mirah.
"Lho mas Fajar, ada apa ya mas?" Darmo menyambut tamunya.
"Assalamualaikum pak," Fajar mencium punggung tangan Darmo.
"Waalaikumsalam," balas Darmo.
"Mau ketemu sama Lestari. Apa Lestari sudah pulang, Pak?" Fajar menyampaikan maksudnya.
"Waduh kebetulan sekali. Lestari ada di rumah budhenya. Dari sekolah langsung ke sana, di suruh membersihkan kandang kambing. Ada perlu apa sama Lestari? Apa masalah pekerjaan yang dulu itu?" Darmo berusaha menebak.
"Eeee ... iii ... iya Pak. Masalah pekerjaan. Ada yang perlu saya bicarakan langsung dengan Lestari," balas Fajar terbata-bata.
"Sayang sekali, Lestari pas nggak di rumah. Apa mau menunggu saja. Mungkin nggak lama pulang," tawar Darmo.
"Tidak perlu, pak. Saya kebetulan juga lagi ada urusan lain," Fajar berbohong, "kalau begitu saya pamit dulu. Lain waktu saya ke sini lagi," pamit Fajar.
Fajar pun berlalu meninggalkan kediaman Darmo. Namun, dia tidak kembali ke rumahnya, malah membelokkan sepeda onthelnya menuju rumah Mirah.
"Lho ada mas Fajar. Kapan datang?" Mirah yang baru saja keluar dari dapur juga ikut terkejut dengan kedatangan Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lestari [TAMAT~> terbit eBook]
Tarihi KurguJika saja sang ibu tidak meninggalkannya saat kecil, pasti kehidupan Lestari tidak akan seperti ini. Dikucilkan dari masyarakat sekitar hanya karena kesalahan yang dibuat oleh sang ibu. Namun, untung sang ayah mampu membesarkan Lestari hingga tumbuh...