- 11. Pengungkapan -

95 4 1
                                    

Dua tahun sudah terlewati, saat ini adalah hari raya Idul Fitri. Kumandang takbir bersahutan di setiap sudut desa memanggil umatnya agar segera berkumpul ke masjid atau lapangan untuk mengerjakan shalat sunah di hari kemenangan setelah menuntaskan kewajiban puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan.

"Sugeng riyadi." Ucap semua orang bersahutan sambil saling bersalaman satu sama lain.

Sesuai kebiasaan di Desa Nanggungan, setelah saling bersalaman, para jamaah makan bersama di masjid. Menu nasi kuning dilengkapi lauk sederhana berupa dadar telur, suwiran ayam, kacang kedelai hitam goreng, serundeng dan mie goreng yang merupakan sumbangan dari warga desa yang tinggal di sekitar masjid. Semua orang makan dengan lahap dan tentunya juga saling mengobrol bersuka cita menyambut hari kemenangan.

Masih sama seperti Hari Raya Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya, Darmo dan Lestari datang bersilaturahmi ke rumah Mirah sebagai saudara tertua.

"Sugeng riyadi, Mbak." Darmo mencium punggung tangan Mirah, lalu bergantian ke kakak iparnya. Lestari pun mengikuti di belakang Darmo.

Di sana juga ada Ayu yang sedang menggendong anak laki-lakinya yang masih berusia satu tahun. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan dengan pipinya yang tembem. Anak itu tidak henti-hentinya berceloteh yang tidak jelas membuat semua orang tertawa.

Kedua orang tua Ayu mulai bisa melupakan dan memaafkan Lestari atas apa yang telah terjadi dua tahun lalu seiring dengan rumah tangga Ayu dengan Fajar yang terlihat harmonis. Ditambah kehadiran sang buah hati yang membuat keluarga itu semakin bahagia.

Fajar sedikit demi sedikit mulai menerima Ayu dan mau belajar untuk mencintai istrinya. Padahal masa-masa awal pernikahan mereka adalah masa terberat bagi keduanya.

"Kamu boleh memiliki ragaku, tetapi tidak hatiku." Fajar memberikan sebuah penegasan kepada Ayu saat malam pertama mereka. Biasanya untuk para pengantin baru, malam pertama adalah waktu yang paling ditunggu dan mendebarkan. Sayangnya tidak bagi mereka karena Fajar memilih untuk pergi meninggalkan Ayu seorang diri di kamar pengantin semalaman. Malam itu Ayu hanya mampu menangis. Dan hari-hari selanjutnya keadaan pun tidak jauh berbeda. Ayu sangat tersiksa dengan sikap dingin Fajar.

Namun, seiring waktu dan perjuangan Ayu untuk berubah menjadi seorang istri idaman, mampu meluluhkan sikap Fajar, meskipun butuh perjuangan yang berat. Ayu sadar di hati sang suami masih tersimpan nama Lestari. Dan dari sepupunya itu, Ayu memperoleh bantuan untuk mendapatkan cinta dari Fajar.

"Lestari, tolong bantu mbak supaya mas Fajar bisa sayang sama aku." Ayu memohon.

"Tapi mbak, saya bisa apa? Saya tidak pernah melakukan apa-apa kepada mas Fajar," balas Lestari bingung.

Ayu terus saja memaksa, akhirnya Lestari menyerah juga. Dia mengajari Ayu mengenai pekerjaan rumah yang selama ini tidak pernah disentuhnya sama sekali, termasuk memasak. Pikir Lestari saat itu, jika Ayu bisa berubah mungkin saja Fajar juga akan melakukan hal yang sama.

Rupanya mengajarkan Ayu tidak sulit karena dia memiliki tekad yang kuat. Hanya saja pernah terjadi kesalahan saat Ayu belajar memasak untuk pertama kalinya. Perempuan itu membuat sayur sop sederhana yang rasanya sangat asin. Ayu dan Lestari menertawai raut wajah Darmo yang saat itu diberi tugas untuk menyicipi.

Sejak saat itu hubungan Ayu dan Lestari makin dekat dan menjadi layaknya kakak adik.

"Mbak, kalau soal urusan di atas kasur, saya tidak bisa bantu. Mbak sendiri pasti mampu dengan terus merayu mas Fajar." Lestari menjelaskan.

Ayu hanya mengangguk.

Kira-kira hampir satu tahun perjuangan Ayu membuahkan hasil, sikap Fajar kepada dirinya mulai melunak dan lebih perhatian. Lambat laun hubungan keduanya mulai nampak sebagai pasangan suami istri sesungguhnya.

Lestari [TAMAT~> terbit eBook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang