Sejak saat itu, seorang Kai Anthariksa tak pernah lagi menunjukkan emosinya, karena ia tak lagi percaya pada siapa pun selain dirinya sendiri.
·
Entah sejak kapan dan bagaimana kata-kata dari cewek yang menjadi sahabatnya itu seperti sihir baginya. Alhasil, cowok ber-hoodie hitam ini menurut dan kembali ke rumah.
Cowok ini berjalan mengendap menuju kamarnya, meski baru pukul 7 dan belum ada penghuni rumah yang tertidur, Kai hanya tak ingin disapa oleh siapapun. Jujur, ia masih memikirkan kata-kata dari Thea, apa benar ia beruntung?
"Eoh, Kakak?!" Langkah Kai yang hendak meniti tangga terhenti oleh gemaan suara kecil, 'anak haram' itu lagi. Masa bodoh dengan itu, Kai melanjutkan langkah menuju kamarnya di lantai dua.
"Mama, Papa, ini Kakak udah pulang," Seolah telah terlalu terbiasa mendapat abaian dari seorang kakak yang sangat disayanginya, gadis kecil ini tetap bersikap biasa, penuh keceriaan. Wajah menggemaskan yang selalu ia tampakkan untuk menyambut Kai saat rasa lelah sepulang sekolah menyerang cowok itu, terkadang membuatnya hampir goyah. Atau sudah goyah tanpa ia sadari?
Hingga cowok ini harus menampar tulang pipinya sendiri agar sadar bahwa Angel adalah hasil hubungan gelap sang ayah dan wanita jalang itu. Meski lelaki paruh baya yang merupakan ayahnya tak pernah mengubah sikap pada Kai, tetapi ia telah mengubah cara pandang anaknya dengan perbuatan hina yang telah ia lakukan.
Sejak saat itulah ia sangat jarang berbicara di rumah, kehilangan sosok kepercayaan yang juga menjadi teladannya sebagai seorang lelaki bukanlah hal yang mudah. Dan sejak saat itu pula, seorang Kai Anthariksa tak pernah lagi menunjukkan emosinya, karena ia tak lagi percaya pada siapa pun selain dirinya sendiri.
"Kai, makan malem dulu, Nak." Suara melengking dari ruang makan menggema memanggilnya, Kai masih acuh tak acuh dan melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, gadis kecil di ruang makan menatap nanar sang ayah yang tengah mengusap bahu istrinya, merasa kecewa karena lagi-lagi mendapat acuhan dari kakak laki-laki putrinya.
"Kakak capek kayanya, Mah. Biar aku yang anterin makanan ke kamarnya." Gadis 7 tahun itu tersenyum pada wanita yang ia sebut 'Mama'. Sejurus kemudian ia bangkit, mengambil sepiring makanan dan segelas air putih untuk sang kakak.
"Anak papah baik banget sih," Lelaki paruh baya di hadapannya hanya dapat memberi kata-kata penghibur diiringi senyuman. Sebisa mungkin, ia menutupi rasa miris akan hasil kesalahan besarnya itu.
-o-
"Kakak," Gadis kecil itu memanggil sang kakak dari sisi lain pintu kamar kakaknya, tak mengetuk pintu sebab kedua tangannya penuh akan barang bawaan.
Merasa tak mendapat jawaban, ia menaruh gelas di lantai sebentar, lalu memutar kenop pintu dengan tangan mungilnya, "Mungkin kakak mandi," Gumamnya yang tak mendapati seorang pun di dalam kamar, gadis ini pun memutuskan untuk menyelinap masuk dan menaruh makanan di meja belajar Kai.
Gadis kecil bernama Angel ini kemudian naik ke kursi belajar kakaknya untuk melihat-lihat hasil jepretan Kai yang tertempel di dinding. Sungguh, ia sangat ingin salah satu fotonya berada di sana.
"Ngapain ada di kamar gue?" Bariton dari cowok jakung itu cukup untuk mengejutkan adik perempuannya. Gadis ini turun dari kursi itu, dan menatap ke atas, tepat ke wajah sang kakak yang baru menyelesaikan urusannya di kamar mandi.
"Angel mau anterin makan malem kakak. Kakak makan ya." Ucap gadis kecil itu, polos.
"Hm," Kai menjawab dengan sangat singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive!
Teen Fiction#WYM2020 "Lo tau, gue bunuh adik gue sendiri. Setelah apa yang udah gue lakuin, tiap hembusan napas gue dipenuhi rasa bersalah," Kai~ "Orang kaya lo emang pantes mati," Kheila~ Kai tertegun, tak sepatah kata pun yang terbesit dalam benaknya untuk me...