⚠⚠⚠ Mention suicide ⚠⚠⚠
Malam itu angin berhembus lebih dingin, tapi tak mengurungkan niat sepasang kekasih yang menikmati bulan madunya berjalan di pesisir melihat keindahan laut dengan hiasan gemintang yang memenuhi langit. Tak banyak orang yang menikmati keindahan malam itu bahkan bisa dibilang pantai itu cukup sepi.
Seungwoo menggenggam erat jemari kekasihnya yang belum dua puluh empat jam ia ucapkan janji suci di depan saksi. Sang kekasih tak mau kalah, membalas genggaman itu lebih erat. Kemudian netra mereka bertemu, jelas sekali binar cinta terpancar begitu menyilaukan dari keduanya sedetik berikutnya mereka tertawa, "Kaya masih mimpi status kita udah berubah," ucap Byungchan.
"Are you happy?" tanya Seungwoo.
Byungchan tertawa, "Kalau ada deskripsi kata lebih dari bahagia, aku akan pakai itu."
"Keju banget sih ini orang berdua. Ya, gue ngapain juga ngikutin orang lagi di puncak asmara begini."
Seungwoo dan Byungchan tak tahu jika langkahnya sejak tadi diikuti sosok lain.
"Makasih," ucap Seungwoo. Jika saja ada alat pengukur ketulusan, nilai ucapan itu dapat dipastikan mendapatkan angka tertinggi.
Byungchan membalas dengan mengecup pipi berlesung pipi itu. Seungwoo sedikit terlonjak akibat ulah kekasihnya hingga langkahnya terhenti.
Byungchan ikut menghentikan langkahnya tertawa, "Pengennya di sini tapi takut ada yang lihat," ujarnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Seungwoo dan jemarinya menyentuh bibir berwarna kemerahan itu.
Jarak wajah mereka hanya terhalang ujung hidung masing-masing, Seungwoo memiring kepalanya hendak meraih bibir kekasihnya.
"Heh, woy! Ada gue di sini! Kissing lagi lo berdua di depan gue. Mata gue, ya ampun. Itu lidah, eh, itu udah kaya nyaplok donat satu buletan."
Mereka menikmati setiap detik luapan cinta itu tanpa peduli lagi pada sekitar.
"Bego! Mau gue teriak juga mereka gak akan denger. Mereka juga kan gak lihat gue." sosok itu memilih pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sedang dikendalikan oleh mabuknya asmara.
Sosok itu terus menjauh dari sisi Seungwoo dan Byungchan, sembarang duduk di atas pasir putih, sesekali air laut mengenai tubuhnya yang tak kasatmata. Sosok itu menatap langit, kembali bertanya mungkin ini sudah pertanyaan yang ke seratus satu kali ia tanyakan. Dirinya siapa? Mengapa dia ada di sini? Mengapa dia tak ingat apa-apa? Benarkah dirinya sudah mati? Apa sebab ia mati? Sungguh sosok itu tak mengerti.
Sosok tak kasatmata itu tersadar dari lamunannya ketika tubuhnya diterjang begitu saja oleh anak manusia. Sosok itu sontak berdiri, memaki, "Bangsat! Jalan liat-liat kek. Oh iya gue gak keliatan."
Seorang manusia dengan penuh putus asa itu terus berjalan ke tengah dalamnya air laut. Sorot matanya mengandung kesedihan, kekecewaan, penyesalan, dan kehampaan. Kalung yang menghiasi lehernya ia genggam erat. Jinhyuk maafin aku. Kita akan segera bertemu, aku susul kamu ya.
"Eh, lo mau ngapain? Heh, lo mau bunuh diri ya? Jangan! Lo gak tau bunuh diri tuh dosa?" sosok tak terlihat itu melambaikan tangannya, menjentikkan jarinya, bahkan mencegat di depan anak manusia yang terus berjalan ke tengah laut, ombak laut sudah mengenai dadanya.
"Mampus gimana nih? Gue gak bisa nolongin juga," sosok itu berpikir keras setengah panik. Sementara anak manusia itu terus menjalankan niatnya.
"Oiya, sepasang kekasih yg dimabuk asmara itu," sosok itu menghilang dengan sekali kejap dan kini berada di dekat Seungwoo dan Byungchan yang duduk memandangi perpaduan air dan langit.
"Hey! penganten baru tolongin itu, itu manusia di sana!" tangannya menunjuk ke arah anak manusia yang kini hanya kepalanya yang terlihat.
"Tolongin cepeet!!"
"Aduh gimana sih caranya biar mereka notice gue," mata sosok itu mengedar, mencari sesuatu benda di dekatnya. Batu. Dirinya berusaha meraih batu. "Bangsat! Kenapa sih susah banget ngambil ini batu," umpatnya.
Sekali lagi dirinya berusaha meraih batu. Gagal. Dirinya mencoba kembali, gagal. Percobaan berikutnya gagal.
"Aduh, itu anak orang keburu jadi hantu kaya gue," tangannya terus mencoba meraih batu sambil tatapannya melihat anak manusia yang mencoba bunuh diri.
"Tuhan, plis kali ini aja, gue cuma gak mau biarin orang secakep itu jadi hantu gak jelas kaya gue gini," doanya dan kembali mencoba meraih batu. Berhasil, ia lemparkan batu itu ke arah Byungchan.
"Aww!" Byungchan memegang kepala belakangnya.
"Kenapa?" tanya Seungwoo.
"Gak tau kok kaya ada yang ngelempar batu ke aku," jawab Byungchan sambil mencari ulah siapa yang jahil mengganggu waktu romantisnya dengan Seungwoo.
"Aww! Siapa lo? Sakit tau dilepari batu," Byungchan kembali meringis kesakitan.
"Siapa sih?" dirinya kesal mencoba melihat kemungkinan siapa yang sengaja melempar batu. Kemudian gemercik air muncul dari bibir laut, batu-batu yang dilempar mengenai air mengeluarkan suara dan mencipatakan cipratan. Byungchan dan Seungwoo kebingungan asal batu-batu itu dari mana.
"Sayang, itu di tengah sana ada orang gak sih?" tanya Byungchan pada Seungwoo.
***
Wooseok tak melepaskan genggamannya pada kalungnya, napasnya mulai habis berganti air yang terus masuk dalam saluran pernapasannya. Oksigen tak bisa lagi ia hirup, tubuh Wooseok melemas.
"Jangan! Harus hidup! Mereka bakal nolongin lo. Tahan dikit lagi!"
Mata Wooseok terbelalak melihat sosok di hadapannya. Jinhyuk!
Kemudian kesadarannya menghilang dengan tubuhnya yang diraih Byungchan dan diangkat menuju permukaan.