⚠ Major Character Death, slight 🔞⚠
Wooseok tak melepaskan pelukannya pada Jinhyuk meski dirinya sekarang sudah tertidur, lengannya dengan erat melingkari tubuh Jinhyuk. Wooseok tak ingin lagi kehilangan Jinhyuk.
Jinhyuk menatap dalam wajah Wooseok yang sedang terpejam, mata dan hidungnya merah karena terus-terusan menangis tadi, kemudian Jinhyuk mengusap lembut pipi Wooseok, "Kenapa Tuhan ngasih jalan yang sulit untuk manusia selembut kamu," gumamnya.
Jinhyuk kembali meringis kesakitan, tubuhnya kembali hilang-timbul membuat Wooseok terbangun, "Hyuk, kamu kenapa?"
Jinhyuk tak menjawab, rasanya lebih sakit dari yang terakhir kali.
"Jinhyuk kamu kenapa? Hyuk, jangan pergi lagi." Wooseok panik.
"Kayaknya waktuku dikit lagi Seok," ujar Jinhyuk yang sudah lebih baik.
Wooseok terdiam. Hanya bisa diam.
Jinhyuk menggenggam kedua tangan Wooseok, "Seok, aku gak tau aku akan kembali sadar atau justru sebaliknya. Aku juga berharap aku bisa wujudin mimpi kita berdua yang tertunda tapi Seok ... kalau memang takdir yang aku punya harus pergi lebih dulu, aku mau bilang terima kasih ke kamu karena udah mencintai aku, hadir di hidup aku, ngisi hari-hari dan kenangan manis di hati aku, aku gak akan lupain semua tentang kamu lagi. Aku juga minta maaf karena bikin hidup kamu sulit dan gak menemani kamu dalam kesulitan itu, aku minta maaf udah membuat kamu nyalahin diri kamu send—"
Wooseok menggeleng, "Kamu gak salah Hyuk. Aku yang ninggalin kamu tanpa bicara apapun, aku yang bikin kamu dateng malam itu, bahkan aku yang—"
"Kim Wooseok! Jangan pernah nyalahin diri kamu sendiri lagi!" bentak Jinhyuk membuat Wooseok menunduk, Jinhyuk jarang membentaknya, maka sekali Jinhyuk membentak Wooseok akan terdiam dan menunduk.
Jinhyuk memeluk Wooseok, "Maaf, aku udah bentak kamu. Maaf, Seok. Aku cuma mau kamu berhenti nyalahin diri kamu, ini semua bukan salah kamu. Jangan pernah mikir kayak gitu lagi aku mohon. Jangan pernah mikir kamu salah, ya?" Jinhyuk melepas pelukannya dan menatap lembut Wooseok.
Wooseok meragu, "Aku gak bisa maafin diri aku Hyuk."
Jinhyuk kembali memeluk Wooseok, "Belum Seok, pasti bisa. Kalau kamu butuh waktu untuk semua itu gak apa-apa, aku bilang dokter Seungwoo buat lanjutin terapi kamu. Tapi Seok entah aku hidup atau enggak, aku mohon, setelah ini pelan-pelan kamu harus hidup dengan bahagia, jadi Wooseok yang seperti pertama kali aku kenal, Wooseok yang ceria, Wooseok yang senyumnya selalu bikin hati aku bahkan orang lain meleleh, Wooseok yang penuh gombal-gombal recehnya, dan Wooseok yang optimis. Kamu harus hidup dengan baik demi diri kamu sendiri dan demi aku, mau?"
Wooseok menggangguk meski sebelumnya sempat meragukan dirinya sendiri.
"Janji?" Jinhyuk menyodorkan jari kelingkingnya.
Wooseok menyambut dengan jari kelingkingnya, "Janji."
Jinhyuk mengecup bibir kekasihnya.
"Aku punya hadiah buat kamu," seru Jinhyuk.
Wooseok mengikuti gerak tangan Jinhyuk yang membuka laci nakas rumah sakit yang ada di samping ranjang Wooseok. Jinhyuk membuka kotak beludru berwarna merah yang berbentuk love, kemudian mengeluarkan cincin dengan bentuk sederhana namun terlihat menawan dan memakaikannya di jari manis Wooseok, "Aku udah nyiapin ini buat hadiah kamu sidang tapi baru dikasih kesempatan sekarang untuk bisa makein di jari kamu. I love you Kim Wooseok."
"I love you too Lee Jinhyuk."
"Seok, gimana pun keadaan aku nanti, aku selalu mencintai kamu dan selalu ada di sini," Jinhyuk meletakkan telapak tangannya di dada Wooseok.