⚠⚠⚠ short content 🔞⚠⚠⚠
Wei memandangi Wooseok yang sedang menaik turunkan kantong teh dalam gelasnya. Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan turun dengan deras, kilat serta gemuruhnya saling bersautan. Sepertinya Seungwoo dan Byungchan sudah memasuki kamarnya, menikmati waktu berdua.
Wajah Wooseok bersemu merah, "Kamu jangan natap begitu, aku jadi malu."
Wei tertawa, "Kenapa malu? Aku cuma mandangin kamu yang lagi bikin teh."
"Kamu natapnya gitu banget," jawab Wooseok.
"Gitu banget tuh apa?"
"Ya gitu," jawab Wooseok.
"Iya, gitu yang dimaksud apa?"
"Gak tau ah, kamu tuh," Wooseok membalikkan badannya dari hadapan Wei dan menyesap tehnya.
"Padahal aku cuma nanya gitu tuh apa," kekeh Wei.
Wooseok dan Wei duduk berdampingan, Wooseok menyandarkan kepalanya pada Wei meski jika dilihat orang biasa Wooseok menyandarkan kepalanya pada sofa yang ada. Ia mengaitkan jari-jarinya dengan jari Wei sambil menonton acara survival chef yang terkenal.
"Mereka cepet banget motong-motongnya," komentar Wooseok.
"Kalau kamu seleksi pertama langsung gagal," ujar Wei.
"Kaya kamu enggak aja," sahut Wooseok.
"Aku jago masak loh, aku sebenernya mau buatin kamu makanan takut Byungchan pingsan lihat pisau, wajan, dan panci gerak sendiri."
"Kamu inget sesuatu? Kok tau kamu jago masak?" Wooseok memiringkan kepalanya menatap Wei. Sementara yabg ditatap tiba-tiba kebingungan sendiri.
Wei menggeleng, "Aku gak inget tapi kenapa bisa ngomong begitu ya?"
"Gimana sih kamu." sahut Wooseok pendek.
"Perasaan dan spontan aja Seok jawab gitu," Wei memamerkan giginya.
Wooseok menatap sinis dari ujung matanya.
Malam semakin larut acara tv itu berganti sebuah film drama romantis dengan akhir tragis.
"Penulisnya siapa sih? Masa pemeran utamanya mati," Wooseok mengusap sedikit air matanya yang keluar setelah menyaksikan film tersebut.
Wei menatap Wooseok sambil membelai kepalanya lembut, "Seok, kamu sadar gak kalau makhluk di depan kamu juga udah mati?"
Wooseok menunduk, tatapan matanya semakin sendu.
"Kita nikmatin waktu yang tersisa ya?"
Wooseok mengangguk.
"Kalau gitu, sini tatap aku," pinta Wei.
Wooseok menatap mata indah milik Wei.
"Aku sayang kamu," ujar Wei.
"Aku juga sayang kamu," balas Wooseok kemudian dirinya mengecup bibir Wei. Wei tersentak, wajah Wooseok mulai memerah.
Wei mendekatkan kembali wajahnya dengan wajah Wooseok, ia miringkan wajahnya demi meraup bibir yang mengecupnya tadi dan Wooseok menerimanya dengan baik tanpa menolak.
Hanya berdua, diiringi alunan tetes-tetes air yang mengenai tanah membuat suhu menurun dan menjadi dingin, memang memiliki magis tersendiri. Wei dan Wooseok terhanyut dalam kisah mereka membuat perbedaan dunia terkikis. Mata mereka saling tertutup sambil menikmati lumatan serta hisapan berbagi napas satu sama lain. Gerakan penuh gairah dihiasi kilat dan gemuruh instrumen yang menyempurnakan hasrat cinta beda alam tersebut.
Hujan tak mereda justru semakin ramai, cahaya petir semakin kuat dan gemuruh langit memekikkan telinga terdengar.
Petir berikutnya tak hanya menyambar tanah lapang tapi juga menyambar ingatan Wei seakan tak rela membiarkan Wei menikmati malam indah dengan kekasihnya.Gerakan Wei dan Wooseok tak terhenti namun tanpa mereka sadari itulah yang membuat ingatan Wei bak arus sungai yang kencang akibat diterpa intensitas hujan yang berlimpah terus menyambangi memorinya.
"Mas Jinhyuuk! Ayo kita foto!"
"Depalan puluh satu Jinwoo bukan delapan satu, kalau di matematika kamu gak boleh bilang delapan satu harus delapan puluh satu."
"Mas Jinhyuk curang, aku gak mau main lagi sama Mas."
"Lo bukan Kakak gue lagi!"
"JINHYUK! AWAS!"
"KENAPA MAMA NYELAMETIN LO? LO YANG HARUSNYA MATI!"
"LANCANG SEKALI KAMU JINWOO PADA KAKAKMU!"
"Nama gue Kim Wooseok panggil aja Wooseok, nama lo Lee Jinhyuk 'kan?"
"Lo suka gak sama gue? Soalnya gue suka sama lo."
"Happy first anniversary, my lovely Kim Wooseok!"
"Ya beneran, masa bohongan sih Seok, aku serius waktu bilang mau berkeluarga bareng kamu."
"Seok, nikah yuk!"
"Nih, buat sarjana baru."
"Gak usah nunggu wisuda deh Seok, selesei kamu sidang langsung nikah aja kita, gimana?"
"Seok, kamu di mana? Kenapa nomer kamu gak aktif? Kenapa chatku gak dibales?"
"Seok, harusnya kita hari ini wisuda bareng 'kan? Kenapa cuma aku yang pakai toga hari ini? Kamu di mana Seok?"
"Wooseok, aku rindu kamu."
"Lo, masih cinta sama gue?"
"Alesan lo ninggalin gue apa?"