17. Mark Lee

269 30 0
                                    

Mencoba untuk mengumpulkan kembali kewarasanku, aku melepaskan rengkuhanku pada tubuh Haechan yang terasa hangat dan ia sedikit bergetar.

Aku menghapus air matanya, 'kau akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatir.'

Haechan hanya mengangguk, kami berdua terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing.

"Haechan, kau tahu aku mendengar dari seorang teman. Sesuatu. Tentang dirimu." Ucapku, tanpa menggunakan bahasa isyarat.

Haechan mengangkat sebelah alisnya, terheran dengan apa yang kukatakan.

'Apa yang kau dengar dari temanmu tentangku?' Haechan bertanya.

Aku menelan ludah dengan kasar. "Um, begini, akuㅡ"

'Dia mengatakan hal buruk tentangku?'

Aku langsung menggeleng ribut, "tidak, bukan begitu. Hanya membuatku sedikit penasaran."

"Haechan," panggilku, lagi. Haechan memberikan seluruh atensinya padaku dan aku memberikannya tatapan penuh harap. Sambil menggenggam kedua tangannya aku berkata, "dapatkah aku mendengarmu untuk memanggil namaku?" Pintaku.

Aku bisa melihat ekspresi terkejut Haechan tetapi ia menggeleng pelan, dan aku bisa melihat bahwa ia sedang menahan perasaannya.

Yang membuatku merasa bersalah dan menyesal telah mengatakannya. "Maafkan aku apabila menyinggung perasaanmu, aku tidak bermaksud menyakitimu."

Sejujurnya aku ingin sekali mengatakan banyak hal padanya. Aku sangat ingin mengungkapkan seluruh perasaan yang selama ini kupendam padanya.

Aku ingin berkata bahwa aku ingin membuatkannya sebuah lagu, memainkan gitar dan bernyanyi untuknya, aku ingin menuliskannya sebuah puisi, mengatakan semua kata-kata cinta terindah di dunia, dan aku ingin mengatakan bahwa aku sangat mencintainya.

Aku ingin mengatakan bahwa aku mencintai dirinya lebih dari apapun, aku rela melakukan apapun demi mendapatkannya. Aku ingin ia memberiku kesempatan.

Tapi semua itu tak dapat kulakukan. Aku tahu aku salah karena tidak mengatakannya. Karena tiba-tiba aku merasa takut untuk mengatakannya, aku takut akan membebaninya dengan rasa cintaku.

Dan karena hal yang paling kuinginkan adalah mendengarnya mengatakan bahwa ia juga mencintaiku.

Entah kemana hilangnya rasa percaya diriku yang tadi telah kupersiapkan.

Aku terkejut ketika Haechan menyentuh wajahku dengan lembut dan tersenyum dengan manis mengundangku untuk membalas senyumnya, bisa kulihat dari wajahnya bahwa ia merasa bersalah.

Tapi Haechan tidak gentar dan semakin mendekat. Dan aku hampir lupa caranya bernapas.

Haechan memberikan ciuman kilat di pipiku. Yang membuat tubuhku tiba-tiba terasa ringan.

Dan hal itu membuatku terkejut, tentu saja, aku tersenyum dan mencoba untuk membangun kembali rasa percaya diriku yang hilang tadi karena kisah Haechan.

Saat ini, atau tidak sama sekali, pikirku. Aku hendak memeluk tubuh Haechan, akan tetapi ia menggeleng dengan senyum pahit yang dipaksakan.

"Ada apa?" Tanyaku.

Haechan menuliskan sesuatu di sticky notesnya, lalu merobeknya, hendak memberikannya padaku, tapi urung dan menyimpannya disakunya lalu menuliskan lagi yang lain.

Ia menyerahkannya padaku 'Aku juga memiliki permintaan padamu, ceritakan juga tentangmu. Tentang apa yang terjadi diantara kau dan Jeno.'

Nafasku tercekat, "akuㅡ"

'Tidak apa, aku akan mendengarkannya.' Haechan memberiku senyuman yang indah dan matanya memancarkan permohonan.

Aku merasa ragu. "Kalau begitu aku ingin memintamu untuk berjanji tidak membenciku." Pintaku.

'Mengapa seperti itu?'

Aku ingin mengatakan bahwa aku tidak bisa jika Haechan membenciku, apalagi menjauhiku. Aku mencintainya, aku tidak mau kehilangannya. Tetapi aku tidak mengatakannya. "Ceritaku terdengar sangat buruk."

'Aku tetap ingin mendengarnya.'

"Bisakah kau berjanji saja?"

Haechan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. 'Aku rasa cerita kita memang saling terhubung.'

Aku tidak bisa lebih terkejut lagi dari ini. Tentu saja, sudah seharusnya Haechan mengetahui orang yang mencelakainya dan Jeno.

"Kumohon, Haechan. Jangan membuatku takut."

'Baiklah.'

"Aku minta maaf," ucapku dengan pelan.

Sepertinya Haechan tahu kemana arah kisahku, karena aku dapat melihat wajah Haechan yang tiba-tiba memerah, hidungnya terlihat agak berair dan matanya yang merah sembab bekas menangis tadi, bahkan jejak air matanya belum mengering.

Kini aku harus bersiap untuk membuatnya menangis lagi. Dan aku benar-benar tidak ingin kehilangannya.

'Aku tetap ingin mendengarnya darimu. Aku ingin mendengar kejujuranmu.'

Aku mengehela napas, memulai ceritaku. "Tiga tahun yang lalu, aku menabrak mobil yang dikendari Jeno. Saat itu umurku masih lima belas atau enam belas, Ayah sedang tidak di rumah, kakakku sedang belajar di kamarnya, dan ibuku, aku tidak tahu kemana ia waktu itu. Aku tahu tempat ayahku menyimpan kunci mobilnya. Dan malam itu ada kesempatan yang bagus untukku." Ujarku dengan suara bergetar.

"Saat itu aku diliputi kemarahan, rasa iri, dan kekalutan yang luar biasa. Sehingga aku bertindak di luar batas diriku." Sambungku dengan air mata yang hampir terjatuh.

'Di luar batas dirimu?' Haechan tidak percaya. 'Kau menabrak mobil yang kami kendarai dengan sengaja, kau bahkan mempunyai rencana akan hal itu.'

Aku berusaha menahan diri untuk tidak membela diriku sendiri. "Maafkan aku, aku salah." lirihku.

"Jeno tidak pergi menggunakan bis sekolah untuk menghadiri pertandingan tersebut membuatku berpikir bahwa inilah kesempatannya. Bahwa aku harus bertindakㅡ"

Ucapanku terputus kala Haechan beranjak dari duduknya, 'cukup, kurasa aku tahu apa yang terjadi selamjutnya.'

Haechan berbalik dan hendak berlari tetapi urung, ia mendekat ke arahku dan memberikan sesuatu dari kantung celananya.

Haechan memberiku sebuah sticky notes, aku melihatnya sekilas lalu melihat Haechan pergi. Meninggalkanku dengan rasa sesal dan sakit yang luar biasa.

Aku bahkan tidak bisa menahan diriku supaya tidak menangis. Udara yang dingin juga seolah sedang mengejekku. Tidak peduli dengan tatapan penasaran orang-orang yang lewat di sekitar taman yang berada di Sungai Han aku meneriakkan nama Haechan dengan keras, menumpahkan seluruh perasaanku.

Aku hanya bisa memohon semoga ini bukan sebuah akhir.

^^

121120

When Sun Goes DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang