-08- Dia (Tidak) Mencintaiku

2 0 0
                                    

Pukul 17.44, Shinta tengah menunggu angkutan. Wanita itu terus menengok kanan-kiri untuk mengantisipasi jika Alex menghampirinya.

Beberapa menit, mobil sport berwarna silver berhenti di depannya. Shinta yang was-was lantas berjalan menghindari mobil tersebut.

Terdapat dua pria menghalanginya kemudian kedua pria itu menyeret Shinta dan memasukki wanita itu ke dalam mobil sport tersebut.
Shinta mendapati seorang pria mengenakan masker hitam yang menutupi separuh wajahnya dengan topi hitam duduk di kursi pengemudi, pria itu mengunci pintu mobil dari dalam alih-alih Shinta akan kabur.
Dia membuka kaca pintu mobilnya lalu memberikan amplop coklat pada dua pria yang telah membantun pria itu.

Shinta menatap pria itu penuh ketakutan.

Hingga akhirnya, pria itu menutup kaca mobil lalu membuka masker dan topi yang di kenakannya.

Mengetahui orang tersebut Shinta sempat berteriak, akan tetapi, Pria itu menyuntik bius Shinta hingga wanita itu tertidur pulas.
Melihat Shinta tertidur dia tersenyum serata membelai wajah wanita itu menikmati aroma wanita itu.

***

Pukul 22.00, Dini yang sedari tadi menatap jam dinding lantas kembali menelphone nomor Shinta.

Dia sesekali menggigit kuku jarinya ketika cemas. Sudah larut malam, Temannya belum juga pulang.

Dini mengambil jaketnya lalu berjalan keluar dari kostnya tak lupa mengunci pintu, dia berjalan menuju mini market tempat kerja Rio yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

Kekasihnya itu terlihat menutup rollindoor mini market tersebut. Dini menghampirinya.

"Tumben nyamperin?." ucap Rio seraya memasukkan kunci ke dalam saku bajunya.

"Rio, Shinta belum pulang." ucap Dini cemas.

Rio terkekeh, "Tumben."

"Gue takut dia kenapa-kenapa." ucap Dini sesekali menggigit jarinya.

Rio mengarah pada wajah Dini yang begitu khawatir pada temannya.
"mungkin aja Shinta pulang ke rumah orangtuanya." sahut Rio.

"Tapi, Rio ." gumam Dini.

"Coba telphone orangtua Shinta." saran Rio pada Dini.

Dini mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi Ibunya Shinta.

Dini terus mengarah Rio sembari menunggu panggilannya di terima oleh Ibunya Shinta.

Melihat Ibunya Shinta tak kunjung menerima panggilan Dini, Rio lantas mengambil ponsel Dini lalu membatalkan panggilan tersebut.

"Udah malem. Mungkin, udah tidur." ucap Rio seraya mengembalikkan ponsel Dini.

Dini menatap ponselnya, Rio mengamit lengan Dini lantas mengantar kekasihnya itu pulang.

***

Shinta membuka mata mendapati Alex yang duduk di hadapannya tengah memainkan game online di ponselnya.

Shinta menggerakkan tangan akan tetapi tangannya terikat serta kakinya pun juga terikat. Dia menangis,
"Kamu kenapa sih Lex?." tanya Shinta.

"Kenapa ya?." ucapnya seraya beralih menatap mata Shinta dengan menyunggingkan senyuman di bibirnya.

"Alex biarin aku pulang." ucap Shinta di sela-sela menangis.

Alex menaruh ponselnya asal di meja. Pria itu mengusap lembut pipi Shinta.
"Sekarang ini tempat tinggal kamu juga, Sayang." ucapnya.

Shinta hanya menangis dengan terisak-isak.

"Berisik!." ucap pria itu dengan nada tinggi.

Shinta memberhentikan tangisnya. Alex yang melihat ponselnya mendapati panggilan lantas mengambil lalu menerima panggilan.

Selang beberapa menit, pria itu beranjak dari tempat duduknya. Dia mengambil pakaian serta handuk lalu bergegas pergi ke kamar mandi.

Shinta yang melihat Alex sudah memasukki kamar mandi lantas berusaha melepaskan tali yang mengikat di tangannya menggunakan mulutnya seusai tangannya terlepas oleh ikatan tali, dia melepaskan tali yang mengikat kakinya juga lalu bergegas pergi keluar dari apartemen.

***

"Jangan cemas ya." ucap Rio pada Dini.

Dini memegang keras ponselnya, dia cemas temannya akan terjadi sesuatu.

"lo engga masuk?." tanya Rio lagi.

Dini menyahutinya dengan menggelengkan kepala pelan lalu berkata, "gue mau nungguin Shinta."

Mendengar jawaban kekasihnya Rio melepaskan jaket yang dipakai olehnya lalu memakaikannya pada Dini.
Hal itu membuat wanita itu mengarah pada Rio.

"lo engga pulang?." tanya Dini pada Rio.

Rio mengarah Dini, menatap wajah wanita itu.
"Mana mungkin gue ngebiarin lo sendirian." sahutnya lalu memalingkan wajahnya.

Dini meraih tangan Rio, menggenggam tangan pria itu.

Aku bukan orang kaya.
Aku hanya orang biasa.
Walaupun begitu, aku akan berusaha membahagiakanmu dengan caraku.

***

Alex yang baru saja selesai membersihkan badannya, lantas, berjalan memasuki kamarnya.

Pria itu yang melihat Shinta tidak ada lantas melempar gelas asal lalu meraih ponselnya mencoba menghubungi seseorang.

"Bawa dia kemari!. Bagaimana pun caranya!." tangan pria itu mengepal keras.

180 DegreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang