PART 13

1K 83 39
                                    

Haru melangkahkan kaki nya menuju runag rawat Junghwan, membuka pintunya secara perlahan juga. Haru duduk disamping ranjang Junghwan, memperhatikan wajah Junghwan yang semakin tirus.

Kondisi Junghwan memang lebih baik, namun dia tetap harus mengenakan masker oksigen untuk membantu pernafasannya. Ruam yang ada diwajah Junghwan juga belum mau pergi.

Dengan tangan bergetar Haru menggengam tangan Junghwan, lalu kembali menangis. Karena dia merasa tidak berguna sebagai seorang yang lahir terlebih dahulu.

"Kakak, Kakak nggak mau bangun? Kakak nggak capek ya bobo terus? Mas janji kalau Kakak bangun, Mas bakal buat Kakak bahagia, bakal buat Kakak tersenyum 24/7 asal kakak bangun" ujar Haru disela tangisnya yang entah sejak kapan.

Haru mengeratkan genggaman tangganya pada Junghwan "Kak, Mas mohon bangun. Maafin Mas yang gagal jaga Kakak"

Haru takut, dia takut kalau kembarannya terlelap dalam nina bobo keabadian. Ia takut kedua netra Junghwan engan terbuka untuk melihat dunia dan lebih memilih menutup mata selamanya.

Haru meletakan tangan kirinya didada Junghwan, dan tangan kanannya tetap menggengam erat tangan Junghwan, sambil memejamkan netranya. Dia mulai merapalkan doa, dia hanya berharap pada Tuhan dia masih mempunyai waktu untuk dia habiskan bersama kembarannya dan mengukir memori indah bersama. Siang ini dia menyerahkan segalanya kepada Tuhan, karena dia hanya bisa berdoa dan Tuhan yang menentukan yang terbaik buat Junghwan.

Dengan perlahan Haru membuka matanya yang udah basah oleh air mata lalu matanya tertuju pada wajah damai Junghwan yang masih setia terlelap. "Mas berharap Kakak bahagia selalu"

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakan kedua orangtuanya. Tatapan Haru langsung berubah tak bersahabat.

"ngapain kesini?" tanya Haru dingin "mau buat Kakak mati beneran?"

Hayi udah mewek duluan denger nada dingin dari mulut Haru. "nggak gitu sayang" ujar Hayi.

"mending kalian pulang" usir Haru masih dengan nada dinginnya.

Hanbin tiba-tiba berlutut dihadapan Haru "Papa tahu Papa salah, Papa tahu Papa punya dosa yang besar sama Kaka. Papa disini mau minta maaf sama Mas karena udah bikin Kakak jadi kaya gini. Papa bener-bener minta maaf"

Dari suara Papanya, Haru menangkap rasa penyesalan dari setiap kata yang terucap dari mulut Papanya. "Papa minta maaf Mas, dan mas cukup benci Papa jangan Mama" dan sudah Haru prediksi sebelumnya, kini air mata Papanya udah deras mengalir membasahi pipinya.

"jangan minta maaf ke Mas, tapi sama Kakak. Dia yang lebih terluka Pa, dari Mas" Haru membawa Papa kedalam pelukannya. Walau dia benci sama Papanya tapi rasa sayang Haru masih besar terhadap Papanya. (iya karena kamu nggak pernah digeprek sama Papa mu Ru #author julid in your areah)

"Mama juga mau minta maaf, mama juga salah" Hayi duduk sambil menyembunyikan wajahnya yang udah basah.

"kalau kalian nyesel sekarang udah telat sih Pa, Ma"

"mama tahu mama bukan mama yang sempurna, bahkan Mama nggak tahu kalau salah satu anak Mama alergi sama susu dan kacang"

Haru tertawa sumbang "setelah kejadian ini terjadi kalian nyesel? Coba kalau kakak nggak melakukan percobaan bunuh diri, apakah kalian akan meminta maaf sama Kakak?" pertanyaan Haru, tidak bisa Hanbin dan Hayi

"Mas bisa menerima Maaf dari kalian. Tapi Mas nggak bisa janji Kakak bakal memaafkan kalian"

Haru keluar begitu saja dari ruang rawat Junghwan, emang ketemu sama kedua orang tuanya bikin emosi dan dia perlu ruang sendiri meninggalkan kedua orang tuanya dalam isakan tangis penyesalan.

.

.

.

Hari udah malam, dan mala mini Hanbin yang kebagian menjaga Junghwan, Haru sebenarnya ngotot mau jaga Junghwan juga. Tapi nggak diperbolehkan sama hayi, karena Haru tiba-tiba drop lagi.

Hanbin mengusap pipi Junghwan yang tirus, lalu rambut nya yang lembut "bangun kak, terus pukul papa. luapin kesalah Kakak sama Papa, jangan kediri sendiri" ya kali ini giliran Hanbin yang menangis.

Dia mengepalkan tangannya lalu berdoa agar anaknya terbangun dari tidurnya. Saking lelahnya Hanbin berdoa meminta agar anaknya terbangun. Dia malah terlelap sambil netra tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

Pukul sebelas malam, Junghwan terbangun dari tidurnya. Secara perlahan dia membuka netranya.

'lah gue dimana? Keknya disurga, masa gue disurga kan dosa gue banyak' ujar Junghwan dalam hati 'lah masa disurga ada masker oksigen. Anjim ini mah gue dirumah sakit, ih kesel kan cita-cita gue mati jir, kenapa bisa selamat. Padahal udah minum susu' Junghwan masih menggerutu.

'lah ini kenapa lagi pak tua, nangis ditangan gue. nggak sadar dia kalau dia keberatan dosa' Junghwan melirik Papanya yang sedang terlelap dengan tanganya yang dijadikan bantal.

"pa" lirih Junghwan, dan sialnya Papanya malah ngebo dan nggak dengar lirihan Junghwan.

Tangan kanan Junghwan terangkat dengan lemah lalu mengusap tangan papanya. Lebih tepatnya memukul sih. Tangan kirinya dia kram tahu ditindih sama Papanya.

Merasakan tangannya dipukul, Hanbin membuka matanya dan terkejut anak nya bangun juga.

"eh Kaka, udah bangun?"

"masih bobo Pa" lirih Junghwan "Pa minum"

"kakak jangan bicara dulu pasti masih sakit kan tenggorokannya"

Junghwan mah mengangguk aja. Setelah minum Junghwan menerawang melihat langit-langit kamar rawatnya.

"Kak, maaf ya. papa keterlaluan, maaf Papa nggak bisa kasih semua afeksi Papa ke Kakak. Papa juga udah keterlaluan sama Kakak, harusnya Papa nggak mengikuti emosi Papa. sekarang terserah Kakak, Kakak mau tinggal sama Papa atau sama Nenek sama Kakek. Kalau Kakak lebih bahagia sama Kakek dan Nenek, Papa bisa apa. Disini Kakak hanya tersiksa" Hanbin berbicara sambil berlutut dibawah ranjang Junghwan

Apa yang dilakukan Junghwan? Ikutan menangis, karena dia masih belum bisa terbangun dari posisinya, iya tubuhnya masih lemah.

Setelah puas berlutut Hanbin kembali duduk disisi Junghwan "Pa, Kakak udah maafin Papa sama Mama sebelum kalian minta maaf samaa Kaka" lirih Junghwan.

Hanbin nggak tahu lagi hati anaknya tu terbuat dari apa kok ya masih bisanya memaafkan kesalahnya yang sungguh besar. "Kok, Kakak maafin Papa? kakak nggak benci Papa?"

"Tuhan aja maha pemaaf masa umatnya nggak? Dosa Pa benci sama orang tua tu, terlebih kan Kakak sayang sama kalian"

"Pa, jangan ajak omong Kakak lagi ya. sakit nih tenggorokan Kakak"

Hanbin mengerti lalu mengangguk "mau papa nyanyin sebuah lagu? Soalnya Papa nggak pernah nanyi buat kakak"

Junghwan mengangguk lalu menepuk space kosong walau cuman dikit "kamu mau Papa tidur sama Junghwan? Mau papa keloni?"

Sekali lagi Junghwan mengangguk. Lalu Hanbin naik ke ranjang Junghwan dan mulai melantunkan nada-nada indah yang menemani Juunghwan menjemput mimpi.

Hanbin bersyukur mempunyai anak dengan hati yang sungguh besar seperti Junghwan. Tidak salah memang menitipkan Junghwan untuk tumbuh dan berkembang bersama Mama dan Papanya.

Namun sayangnya rasa bersalah Hanbin sama Junghwan juga semakin besar "harusnya kamu benci Papa nak. Bukan malah maafin Papa, kan Papa jadi ngerasa makin bersalah. Tapi nggak papa deng. Maafin Papa ya" lirih Hanbin. Sebelum dia mengikuti jejak Junghwan menjemput mimpinya

.

.

.

tbc

Thanks for reading and sorry for typo

Home ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang