17. MUSIC

347 97 7
                                    

Alesya menatap lurus ruangan di depannya yang tak lain adalah ruangan musik yang terdapat di sekolahnya.

Sekitar 5 menit yang lalu bel istirahat sudah berbunyi dan para siswa sudah berada di kantin, berbeda dengan Alesya tentunya. Gadis itu lebih memilih untuk menuju ruang musik yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.

Ia membuka pintu ruangan musik lalu dengan cepat melangkah masuk ke dalamnya.

Matanya langsung tertuju pada sebuah piano besar yang sedikit berdebu, sepertinya karena jarang dimainkan?

Ia mulai duduk pada kursi tepat di depan sang benda bernada tersebut lalu mulai memikirkan lagu apa yang akan ia mainkan

"Yovie and Nuno tanpa cinta. Lagu itu kayanya bagus dan pas buat kondisi hati aku" kata Alesya berucap sangat pelan

Jari-jarinya mulai ia gerakan halus dan juga sang mulut sepertinya sebentar lagi akan mengalunkan sebuah nada lagu

Aku mencintaimu tanpa syarat

Aku rela menunggu sangat lama

Katamu suatu saat aku pasti

Jadi cintamu, satu cintamu

Alesya hanyut dalam lagu dan permainan pianonya sendiri, Gadis itu mulai membayangkan momen-momen dimana ia bisa berdua dengan Nathan

Aku ingin kau menerima seluruh hatiku

Aku ingin kau mengerti, di jiwaku hanya kamu

Namun bila kau tak bisa menerima aku

Lebih baik ku hidup tanpa cinta

Lagu selesai dan tak sadar ia meneteskan air dari kedua mata cantiknya, namun dengan cepat Gadis itu langsung menghapus tetesan air mata tersebut dengan sangat kasar

"Ternyata gini ya rasanya mencintai duluan dan tanpa adanya balasan" batin Alesya tersenyum miris

"Mungkin aku memang gak di takdirin buat jadi penghangat yang ngancurin es di hati nya kak Nathan"

"Nyerah? Hm not bad. Tapi apa aku bisa?"

Alesya bangkit dari duduknya lalu melangkah keluar menuju ke arah kelasnya, mood nya terlalu berantakan untuk makan dan pergi ke kantin hari ini.

Tanpa Alesya sadari sedari tadi ada orang yang memperhatikan nya dari jendela ruangan musik, orang itu adalah Nathan

Ketika akan menuju ke arah kantin, Indra pendengaran nya menangkap alunan nada yang begitu merdu terdengar oleh nya. Nathan membulatkan mulutnya sedikit kaget, ia pikir suara Alesya yang cempreng seperti anak kecil akan tidak sedap didengar jika sang empu bernyanyi, namun sayang pikirannya salah besar

Nathan mendengarkan dan ikut hanyut dalam permainan piano dan suara dari Alesya, tak urung ia juga merasa tersindir bahkan sangat merasa tersindir oleh lagu yang dibawakan oleh Gadis itu.

Tak lama dari itu matanya menangkap sang empu meneteskan dua bulir air yang keluar dari matanya.

Nathan memandang Gadis itu dengan tatapan yang sulit di artikan

Kenapa ia merasa sesak?

Kenapa hatinya tak rela melihat Alesya menangis?

Mengapa hatinya seperti sangat merasa bersalah?

"Argh Nath C'mon ini bukan lo. Nathan adalah pria yang gak mudah dideketin" Nathan berbatin lalu mengacak rambutnya frustasi

Takut ketahuan oleh sang empu bahwa ia sedang memperhatikan nya sedari tadi, tanpa lama Nathan langsung melenggang pergi melanjutkan tujuan awalnya, kantin.

NATHAN THE ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang