10.

120 24 76
                                    

Warning!!!!
Mengandung adegan cutting, yang ngeri silahkan di skip
Terimakasih


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lily POV

Lagi dan lagi.

Sudah sekitar dua minggu aku terus diperlakukan buruk oleh Yeji. Padahal aku sudah berusaha menjauhi 'mereka'. Tetapi sialnya aku selalu diselamatkan oleh Taehyun dan Beomgyu, dan itu membuat Yeji makin marah kepadaku.

Aku lelah, aku marah, dan aku sedih. Perasaanku bercampur aduk seperti makanan yang sengaja di tumpahkan oleh Yeji di seragamku.

Semua mata di kantin menatapku, aku sangat malu. Aku segera berdiri dan berlari menuju kamar mandi. Mengabaikan gelak tawa seluruh murid yang ada di kantin.

Sampai di kamar mandi, aku mengunci pintu kamar mandi. Air mataku mendesak untuk keluar, aku pun tidak bisa menahannya lagi.

Air mataku bercucuran keluar membasahi kedua pipiku. Bagaimana aku bisa diperlakukan seperti ini? Lalu, bagaimana aku akan menyembunyikan ini lagi kepada orangtuaku?

Sudah beberapa kali aku membolos, tentu saja karena tidak mau memperlihatkan sisi lemahku. Apalagi kepada Yeonjun. Sebenarnya aku sangat khawatir dengan pendidikanku. Aku pun bingung harus berbuat apa.

Perlahan, aku membersihkan kotoran yang menempel di bajuku dengan air. Isakan tangisku menggema di kamar mandi itu. Aku sudah tidak peduli jika orang-orang menertawaiku, aku hanya lelah.

Setelah ku rasa seragamku sedikit bersih, aku menatap pantulanku di kaca. Sungguh berantakan. Aku tidak tahu kalau sekarang penampilanku sangat berantakan.

Rambut yang acak-acakan, mata yang merah dan sembab, bibir yang bergetar dan pucat, juga seragamku yang sedikit kotor. Aku tersenyum miris melihat pantulan diriku di kaca.

Sekalian saja aku berantakin penampilanku. Pikirku. Aku merogoh kantong alamaterku yang ku gantung di gantungan baju. Lalu mengambil cutter kecil.

Aku menggulung lengan seragamku sampai di siku. Bisa ku lihat bekas sayatan yang sangat banyak. Bahkan ada yang belum mengering. Aku tersenyum miris lagi. Lihat? Sudah sangat berantakan kan?.

Tanpa pikir panjang, aku membuat sayatan-sayatan baru di pergelangan tanganku. Air mataku kembali membasahi pipiku. Rasa sakit yang tercipta oleh sayatan ini tidak sebanding dengan rasa sakit batin yang ku rasakan.

Sambil menyayat tanganku sendiri, aku berpikir betapa bahagia dan tenangnya aku kalau aku pergi dari dunia ini. Tidak akan ada yang menyiksaku lagi, bukan?

Tapi, sayatan terakhir menyadarkanku jika aku masih punya orangtua yang sangat menyayangiku. Dan aku membuat sayatan yang sedikit dalam. Cutter yang penuh darah itu jatuh di wastafel. Bahkan darah dari tanganku juga menetes di wastafel.

Hiraeth ¤TXT Yeonjun¤ √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang