HB 2 - What's Wrong With Prince Harry?

128 43 50
                                    

Jangan lupa hamburkan bintang kecilnya⭐

--------------

Pangeran Harry duduk dengan menekuk dan memeluk lututnya. Ia masih sangat syok dengan keadaan ini. Lebih tepatnya musibah yang di dapatkan. Bagimana tidak? Pangeran Harry tiba-tiba berubah menjadi sosok orang yang sudah tua. Bukankah itu musibah?

Bagaimana bisa ini terjadi?

Pangeran Harry termenung.

Sekarang kemana ia akan pergi? Ia tidak memiliki siapa-siapa lagi? Bahkan Shemp, kudanya sudah pergi entah kemana. Tidak mungkin ia kembali ke kerajaan dengan keadaan seperti ini? Orang-orang kerajaan pasti tidak akan mempercayai bahwa ia adalah pangeran Harry, yang ada mereka akan mengusir dan akan menghukumnya karena telah mengaku-ngaku sebagai pangeran Harry. Lalu ia harus pergi kemana?

Dengan perasaan yang tak menentu, pangeran Harry pun berdiri.

Ia harus segara pergi dari sini, terlebih hutan ini sangatlah sepi. Dari tadi pangeran Harry tidak menemukan orang yang masuk ke dalam hutan ini. Hanya nenek-nenek itu. Sekarang pangeran Harry bisa menebak jika nenek itu, bukanlah nenek biasa. Apa nenek itu beneran nenek goip? Entahlah. Tapi yang terpenting ia harus segera pergi dari hutan yang terkutuk ini. Hutan yang telah mengubah pangeran Harry menjadi jelek. Benar-benar tidak masuk akal. Jadi tidak salah bukan jika ia menyebut hutan ini sebagai hutan terkutuk?

Tidak terasa hampir empat puluh lima menit pangeran Harry berjalan lunglai menyusuri hutan yang sangat rindang, hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pemuda.

Pemuda itu terlihat sedang memancing ikan di tepi danau.

"Kakek mau kemana?" tanya pemuda itu.

Mendengar suara seseorang, pangeran Harry pun langsung menolehkan wajahnya ke sumber suara.

Kakek? Kakek siapa? Ia maksudnya?

Pangeran Harry mengerenyitkan dahinya.

Ia tidak berniat untuk menjawab. Perasaannya masih sangat kacau.

"Apa kakek tersesat?" Pemuda itu kembali bertanya.

Pangeran Harry mengangguk dan menghampiri pemuda itu.

"Tidak usah panggil kakek, kita masih seumuran" ujar pangeran Harry sambil melipat kedua tangannya di dada, ia masih tetap angkuh. "Panggil saja__" pangeran Harry nampak sedikit berfikir nama samaran yang cocok untuknya. "Arun, panggil saja Arun," ujar pangeran Harry.

"Ah begitu ya," pemuda itu terlihat sedang mengulum senyum.

Entah apa yang di pikirkan pemuda itu?

Tapi pangeran Harry tau pasti pemuda itu sedang meremehkannya, dan menganggap pangeran Harry sudah tidak waras karena mengatakan ia masih seumuran. Terserah dia mau berpikiran seperti apa. Yang jelas ia tidak mau jika di panggil kakek. Tidak mau. Nanti pangeran Harry akan kelihatan tambah tua jika di panggil kakek, padahalkan ia masih muda dan perkasa.

"Apa kake__" ucapannya terdengar menggantung, namun pemuda itu cepat-cepat membenarkan kalimatnya. "Maksudku apa kau haus, Arun?"

"Apa kau ingin berbagi minuman mu? tanya pangeran Harry.

"Tentu saja," jawab pemuda itu.

Pemuda itu mengambil botol yang berisi air minum dan memberikannya kepada pangeran Harry.

Pangeran Harry segera mengambil dan meminumnya karena ia sudah sangat haus.

"Maaf air minum mu aku habiskan," ucap pangeran Harry sambil menyodorkan botol yang sudah kosong kepada pemuda itu.

"Tidak apa-apa, aku juga tidak terlalu haus," ujar pemuda itu.

"Nanti pasti aku akan membalas kebaikanmu, karena kau telah memberiku air minum," ujar pangeran Harry.

"Apa kau akan membalasnya dengan memberiku air minum juga?" tanya pemuda itu sambil mengangkat satu alisnya.

"Lebih dari itu. Aku bahkan bisa memberimu jabatan di istana ku," ujar pangeran Harry dengan sombong.

Pemuda itu tertawa.

"Kau tidak percaya?" tanya pangeran Harry ketika melihat pemuda itu sedang menertawakannya.

"Ah iya aku percaya," jawabnya dengan mengulum senyum dan terlihat sedikit mencemooh.

Apa pria ini tidak percaya padaku? Yang benar saja, aku ini adalah seorang pangeran. Sangat muda bagiku melakukan semuanya. Apalagi hanya memberikan jabatan/pekerjaan kepada orang lain. Kecil.

Pemuda itu terlihat sedang membereskan peralatan pancingnya yang tadi ia gunakan untuk memancing ikan.

"Nama ku Areez Brendan," ujar pemuda itu yang ternyata bernama Areez. "Dan kau bisa memanggilku Areez, karena kita masih seumuran," ujar Areez yang di ikuti senyum jahilnya.

Pangeran Harry tersenyum miring.

Lagi-lagi pemuda ini meremehkannya? Kita lihat saja nanti. Pengeran Harry sangat penasaran bagaimana reaksi pemuda itu ketika tau bahwa ia adalah seorang pangeran AmveleraQueen.

"Apa kau ingin ikut dengan ku? tanyanya. "jika kau tidak memiliki tempat tinggal, kau bisa tinggal di rumah ku," tawar Areez.

Apa pemuda ini bilang? Tidak memiliki rumah? Yang benar saja, ia bahkan memiliki istana yang megah, mana mungkin ia tidak memiliki tempat tinggal?

Untuk sekarang mungkin iya. Tapi ini hanya karena ia tidak memiliki pilihan lain, karena saat ini sangat tidak mungkin jika ia pulang ke istana.

"Ah tidak usah, aku tidak mau berhutang lebih banyak pada mu," ujar pangeran Harry.

"Aku juga harus pergi ke suatu tempat," lanjut pangeran Harry.

Sebenarnya ia juga tidak tau mau pergi kemana? Dan mau tidur dimana? Tapi ia tidak mau jika harus tinggal di rumah pemuda itu. Ia sangat gengsi.

Areez tampak sedikit tertawa.

"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi terlebih dahulu," pamit Areez sambil membawa peralatan pacingnya.

Pangeran Harry mengangguk.

Lalu pangeran Harry dapat melihat punggung pemuda itu yang semakin menjauh. Ia kemudian berjalan lebih mendekat ke tepi danau. Seketika pangeran Harry dapat melihat wajahnya dari pantulan air danau yang tenang.

Pengeran Harry melihat dan mengamati setiap inci wajahnya. Pantas saja Shemp berlari melihat pangeran Harry, ia benar-benar terlihat buruk, dan pantas saja pemuda itu seperti meremehkannya ketika mengatakan ia masih seumuran, ia benar-benar terlihat seperti orang yang sudah tua dengan kulit yang telah mengeriput. Benar-benar seperti si buruk rupa.

The beast. Lalu dimana Beauty princess-nya?

Rupa yang buruk, batin pangeran Harry.

****
T.B.C







Love♡
khaaini

HANNABELLA (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang