Lara menghela nafas gusar dan membuka pintu kamar adik perempuan nya itu. Dia masuk lalu duduk disebelah Delia.
"Maaf gue gak bermaksud gitu Del,"
Lara menundukkan kepala dengan rasa bersalah sambil memainkan jarinya.
"Hm... iya gakpapa ka, gue ngerti kalo lo khawatir sama gue tapi gak gitu juga. Itu bukan hak lo buat ngatur semua urusan gue." ucap Delia.
Dia mengerti kekhawatiran Kakaknya itu namun tidak seperti itu juga cara Kakaknya yang terlalu protektif? Ya semacam itulah.
"Maaf ya gue gak bermaksud kok."
Lara membalikam badannya menghadap Delia yang berada disampingnya. Kini mereka saling tatap hingga air mata jatuh dipipi Delia.
Delia si gadis yang mudah sekali tersentuh hatinya. Sedangkan Lara, keras kepala namun hatinya juga sangat lembut.
"Kok nangis sih Del, gak usah nangis ih kek bayi lo." Lara kini meledek Delia berharap tangis adik nya itu berhenti.
"Biarin, gue janji gak bakal bikin lo khawatir lagi ka." Delia memeluk Kakak perempuannya itu.
Akhirnya mereka kembali berbaikan seperti biasanya dan tidak ada rasa kesal di benak masing-masing.
∞∞
Sore hari seperti biasa Lara pulang sendiri karena dia harus pergi ke perpustakaan terlebih dahulu. Karena ulangannya sudah selesai, dia mengembalikan buku yang dipinjamnya waktu itu. Namun kali ini dia pergi sendiri karena Dito tidak masuk sekolah.
Lara berniat untuk pergi ke rumah Dito yang katanya sedang sakit. Dia akan menjenguk sahabatnya itu setelah sampai dirumah dan membersihkan diri.
Saat dijalan Lara tak sengaja melihat sosok lelaki yang dia rasa dia pernah bertemu sebelumnya. Dan benar lelaki itu adalah pacar adiknya Delia.
Lara jalan mendekat kearah yang ternyata tempat Vano dan teman-temannya berkumpul. Tempat itu dekat sekolahnya SMA Garuda Muda II. Tepatnya diwarung kecil ujung gang yang searah dengan jalan rumah Lara.
Dia berjalan biasa saja awalnya namun langkahnya terhenti saat Vano mengatakan nama Delia.
Ada apa dengan Delia?
Lara berhenti tepat searah dengan Vano yang berada di samping nya itu. Vano yang melihat keberadaan Lara dia menyadari bahwa wanita yang berada di depannya itu adalah wanita menyebalkan yang hampir dia tabrak hari itu.
"Eh lo cewe rese yang waktu itu kan?" tanya Vano dengan mendekatkan diri kepada Lara dan menatap nya dengan pandangan yang meneliti wajah hingga pakaian yang dikenakan Lara.
"Siapa lo?" sentak Lara.
"Dih pikun ni bocah, dasar cewe rese aneh pula."
Ucapan menjengkelkan keluar dari mulut Vano. Dan Lara yang kesal dengan ocehan Vano itu pun langsung saja menyentaknya lagi.
"Oh jadi lo cowok aneh yang waktu itu, dasar gak bisa tanggung jawab banget. Udah tau salah bukan nya minta maaf malah marah-marah."
Lara kembali mengungkit permasalahannya dengan lelaki itu yang hampir dirinya ketabrak.
"Salah siapa jalan gak liat-liat hah?Lo itu udah gede harusnya nyebrang liat-liat bego."
Kini malah Vano yang memarahi Lara dengan kata-kata yang kasar.
Lara tidak terima dengan ucapan Vano. Dia memukul perut Vano lalu memelintir tangan nya hingga posisi Lara kini menjadi dibelakang Vano yang sedang memegangi tangan lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH LARA (On Going)
Teen Fiction[Go reading and vote] "Aku benci sama dia tapi aku juga cinta. Ah sial kenapa juga aku harus cinta sama dia, apa apaan ini?" -Clara Abelia "Karena cinta itu bermula dari benci. Maka nya jangan terlalu benci sama orang karena benci tandanya cinta."...