Hari ini kau tak datang lagi. Kenapa? Apa kau marah padaku? Atau kau bosan melihatku selalu menanti kehadiranmu?
🐾🐾🐾
Sore yang mendung, udara dingin mulai masuk melewati fentilasi yang ada. Lelaki yang masih tidur di kasurnya dengan selimut yang menutupi hampir seluruh badannya itu enggan bangun dari tidur.
Fajar, lelaki tinggi, putih, berkumis tipis dan jangan pernah melupakan lesung pipi yang menambah ketampanannya itu. Setelah hampir 2 jam ia tidur karena cuaca yang mendung, akhirnya ia bangun dari tidurnya.
Ia duduk di atas kasur dengan seprai putihnya. Menatap ke arah jendela kamarnya. Fajar yang merasa perutnya keroncongan pun turun menuju dapur untuk melihat apakah ada yang bisa ia makan.
Kosong. Fajar membuka rak kedua yang ada di dapurnya dan kosong lagi. Fajar pun mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia lalu mengetikkan nama 'Bunda' dan menekan tombol call.
"Halo, Bun. Fajar laper, ga ada makanan di rumah. Oke Bun, Fajar tunggu nasi gorengnya. Yang pedes ya Bun, hehee," telepon di matikan.
Kini Fajar beranjak pergi menuju rooftop rumahnya. Ia duduk di sofa panjang berwarna hitam. Fajar melihat langit yang masih mendung, ia menunggu datangnya senja.
Perlahan rintik hujan mulai turun, Fajar menatap ke arah langit dengan wajah sedih.
"Senja, kenapa hari ini kamu ga dateng lagi? Udah dua hari kamu ga dateng." Fajar kecewa, ia pun segera masuk ke dalam rumah karena hujan turun kian deras.
Ting tong.. Ting tong...
Fajar langsung membuka pintu rumahnya, tampaklah wanita paruh baya yang menenteng tas keresek berisikan makanan di tangan kanannya."Ahh Bundaa. Fajar udah lapeerrr bangettt," kata Fajar sambil mengambil alih tas keresek itu.
Lea ~Bunda Fajar~, tersenyum manis melihat tingkah manja putranya ini. "Kamu itu udah umur 17 tahun, masih aja manja," mereka pun masuk ke dalam rumah.
"Bunda ganti baju aja dulu. Biar Fajar yang nyiapin makanannya," kata Fajar sambil tersenyum manis ke arah bundanya.
Lea pun pergi menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Fajar mulai mengambil piring, sendok dan gelas untuk persiapan makan. Ia memindahkan nasi goreng dari bungkusnya ke piring.
Pas, saat ia selesai menyiapkan makanan bundanya pun sudah selesai berganti pakaian. Fajar menuangkan air ke gelas bundanya. Mereka makan dengan tenang, hanya ada dentingan sendok.
Setelah mereka selesai makan, Fajar dan bundanya pergi menuju ruang keluarga untuk menonton tv. Mereka hanya tinggal berdua, ayah Fajar pergi saat ia masih berumur 2 tahun. Kini prioritas Fajar hanyalah bundanya. Bundanya yang utama.
"Kamu ga mau liburan kemana gitu? Kamu kan lagi liburan akhir semester. Ga mau ke rumah ayah kamu?" tanya Lea sambil memakan camilan yang ada di atas meja.
"Emm.. Fajar mau ke Bandung, tapi Fajar mau ke villa aja ga mau ke rumah Ayah," kata Fajar yang tengah sibuk mengganti channel tv.
Lea pun hanya tersenyum. Fajar tak pernah mau bertemu dengan ayahnya. Ia juga tak pernah mau tau wajah ayahnya. Ayahnya memang selalu mengirim uang untuk kebutuhannya, namun tak pernah datang untuk sekedar bertemu dan melihat putranya.
"Yasudah, nanti Bunda antar kamu ke Bandung ya?" pertanyaan dari Lea langsung mendapat penolakan oleh Fajar.
"Ga usah, Bun. Fajar bisa sendiri, nanti Fajar naik motor ke villa yang di Bandung. Disana juga ada Mang Ujang sama Bi Inah kan."
Lea tersenyun menanggapi perkataan putranya itu. "Oh iya. Hari ini hujan, berarti senja ga dateng dong?" perkataan Lea kembali membuat Fajar murung.
Ia kecewa karena dua hari sinar senja tak kunjung terlihat karena di tutupi oleh awan mendung.
"Kamu kenapa sih suka banget sama senja?"
Fajar beralih manatap bundanya, "Fajar juga ga paham, Bun. Dari dulu kaya ada sesuatu yang nyuruh Fajar buat ngeliatin senja. Senja juga indah, Bun, walau dia datang hanya sebentar."
Perkataan Fajar membuat Lea mengingat sesuatu. Fajar yang melihat perubahan raut wajah bundanya pun bertanya, "Bun, kenapa?"
"Ehh.. Gapapa sayang. Bunda ke kamar dulu yaa, kamu istirahat gih, jangan begadang terus."
"Iya, Bun. Fajar berangkat ke Bandungnya besok siang ya, Bun," Lea pun hanya menanggapinya dengan senyuman.
Fajar tau, setiap ia menjelaskan kenapa dirinya sangat menyukai senja, pasti bundanya akan merespon seperti itu. Tapi Fajar tak terlalu ambil pusing soal itu. Ia pun mengunci pintu rumahnya dan pergi ke kamarnya untuk tidur. Tidur, adalah hal yang paling mudah dilakukan dan Fajar, menyukai tidur.
🐾🐾🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita
Teen FictionFajar dan Senja. Dua anak manusia yang dipertemukan, tapi tidak untuk dipersatukan. Dua anak manusia yang dipertemukan oleh takdir, dan dipisahkan oleh nasib. Takdir mempertemukan mereka bukan untuk sebagai pasangan, melainkan sebagai...