Aku bingung. Ini sebuah kebetulan, atau memang ini garis takdir?
🐾🐾🐾
Fajar merebahkan dirinya di kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya yang di cat seperti warna sinar senja. Ia kembali mengingat gadis yang ia bilang setan itu.
"Senja? Jadi disini ada gadis yang namanya Senja?" Fajar tersenyum walau hanya menyebut namanya.
Ia membayangkan bagaimana wajah gadis itu. Apakah ia seindah senja di langit? Apakah ia sedingin udara dikala senja?
Fajar tak sabar menantikan hari esok. Ia berdoa sebelum tidur agar besok ia di pertemukan lagi dengan gadis bernama senja itu. Tidak. Fajar tak ingin hanya esok, Fajar ingin ia bisa selalu melihat gadis itu.
Drrttt.. Drrtttt.. Drrrtt..
Lamunan Fajar buyar, ia mengambil ponsel yang ia taruh di atas nakas, melihat siapa yang meneleponnya larut malam.
Bunda called.
"Halo, Bun. Iya Fajar udah sampe dari tadi. Hah? Udah, Fajar udah makan. Bunda udah makan? Yaudah, Bun. Jangan capek-capek ya. Kalau ada apa-apa langsung kasi tau Fajar. Oke, Bun. Love you."
Fajar pun kembali menaruh ponselnya ke atas nakas. Ia memejamkan mata. Berharap fajar di langit segera datang dan membawanya melihat senja. Senja versi manusia.
Sinar fajar masuk melewati celah pintu kaca balkon kamar. Fajar terbangun. Yash! Fajar di langit telah tiba. Ia berlari menuju kamar mandi dan membersihkan diri.Fajar keluar kamar dengan setelan baju rumahnya. Ia celingak-celinguk mencari seseorang yang bisa membantunya menuju kebahagiaan.
"Den Fajar, nyari apa?" tanya Bi Inah yang bingung melihat majikannya celingak-celinguk seperti itu.
"Eh, Bi Inah. Fajar lagi nyari Mang Ujang, Bi. Bi Inah ada liat?"
"Ohh Mang Ujang? Dia baru aja pergi ke kebun teh milik bundanya den Fajar."
Semangat Fajar langsung luntur. Bi Inah yang menyadari perubahan raut wajah Fajar pun bertanya.
"Emang den ada perlu apa? Siapa tau bibi bisa bantu," kata Bi Inah sambil menyapu lantai sekitar situ.
"Emm Bi Inah kenal sama cewek yang namanya Senja ga?"
"Ohh si Senja. Tau atuh, den. Siapa sih disini yang ga tau Senja," mendengar hal itu Fajar kembali bersemangat.
"Yang bener, Bi? Orangnya gimana sih, Bi?" tanya Fajar penasaran.
"Dia teh gadis baik, pinter, geulis pisan. Tapi teh dia cuek banget kalau sama cowok, den."
"Ohh.. Bibi tau dimana rumahnya?"
"Tau sih. Tapi kalau bibi kasi tau, emang den Fajar bisa tau jalannya?"
Fajar kembali kecewa. Bi Inah yang melihat itu pun langsung mengingat sesuatu.
"Oh iya, den. Tapi setau bibi, Senja teh sering ke rumah pohon yang ada di dekat danau. Rumah pohon dia disebelah rumah pohon den Fajar," Fajar menatap Bi Inah.
Jadi rumah pohon yang terletak persis disebelah rumah pohonnya itu adalah milik Senja. Tapi kenapa? Ini kebetulan atau memang takdirnya.
Fajar pun langsung mengambil kunci motor dan pergi menuju rumah pohon. Dalam perjalanan Fajar terus berharap agar ia bisa bertemu dengan gadis yang bernama Senja itu.
Setelah ia sampai di tepi danau, Fajar turun dari motornya. Ia menatap ke arah rumah pohon yang ada disebelah miliknya dengan penuh harap.
Fajar berjalan menuju rumah pohon miliknya. Semakin dekat, Fajar semakin deg-degan. Ia memanjat tangga sebagai akses untuk menuju rumah pohon.
Fajar telah sampai di atas. Entah kenapa ia semakin deg-degan. Fajar duduk di tepi rumah pohon. Ia menatap ke sebelahnya. Kosong. Sepertinya tak ada siapa pun.
Fajar kembali kecewa. Apa ini? Kenapa seakan ia di beri harapan, lalu dikecewakan? Apa semesta tengah mempermainkannya?
Fajar menatap danau yang ada di depannya dengan tatapan kosong. Jantungnya mulai berdegup kencang. Refleks, Fajar menoleh ke samping.
Benar saja, ada seorang gadis yang sedang duduk di pinggir rumah pohon sama sepertinya. Gadis itu memakai sweter rajut coklat dan celana sepanjang lutut berwarna hitam.
Dialah Senja. Gadis cantik, berkulit putih pucat, rambut coklat panjang dan.. Lesung pipi yang menambah kemanisan dirinya.
Mata mereka berdua bertemu. Bola mata yang bersinar seperti rembulan itu menatap Fajar dengan bingung.
"Ha.. Hai.."
🐾🐾🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita
Fiksi RemajaFajar dan Senja. Dua anak manusia yang dipertemukan, tapi tidak untuk dipersatukan. Dua anak manusia yang dipertemukan oleh takdir, dan dipisahkan oleh nasib. Takdir mempertemukan mereka bukan untuk sebagai pasangan, melainkan sebagai...