Hari ini, harus menjadi hari yang indah.
🐾🐾🐾
"Woaahaamm," lelaki yang berada di atas kasur yang empuk nan nyaman itu pun terbangun dari tidurnya yang lelap.
Sinar mentari yang masuk ke dalam kamarnya melalui sela-sela gorden pun membuatnya bersemangat. Hari baru, cerita baru.
Fajar bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu pergi menuju meja makan yang sudah ada Bi Inah sedang menyiapkan sarapan untuknya.
"Eh Den Fajar, udah bangun. Ini Bibi sudah siapkan roti bakar isi coklat yang lumer kesukaan Den Fajar," Bi Inah menaruh dua potong roti bakar di atas piring Fajar.
"Wahh, enak banget ni pastii. Emhh, lumer banget bi."
Fajar memakan dua potong roti bakar itu dengan lahap. Apalagi ditambah coklatnya yang lumer banget. Makin nikmat.
Fajar makan dengan lahap. Hingga suapan terakhir. Habis. Tanpa sisa.
Setelah selesai sarapan, Fajar pergi ke halaman belakang villa nya dan duduk di atas kursi taman yang ada di sana.
Menatap indahnya langit pagi di Bandung dengan burung-burung yang terbang dan saling berkicau. Indah. Udara yang sejuk, bersih membuat Fajar kian bersemangat.
Setelah beberapa menit ia duduk di sana, ia teringat oleh Senja. Wajahnya yang cantik, serta lesung pipinya yang manis. Ahh Fajar bisa gila jika lama-lama memikirkan Senja.
Ia sedang melamunkan bagaimana hari-hari selanjutnya bersama Senja. Apakah mereka akan memetik daun teh lagi? Atau menaiki sepeda? Oh, atau mungkin mereka akan piknik di dekat danau?
Oh, Tuhan. Memikirkannya saja sudah membuat jantung Fajar berdegup kencang. Senja memang selalu berhasil membuatnya tersenyum.
Fajar segera berganti pakaian dan berangkat menuju rumah pohon. Sesampainya di sana, ia melihat Senja tengah duduk manis di tepi danau.
"Hai," sapa Fajar yang langsung duduk di samping Senja.
"Aku ga denger suara motor tadi."
"Ah masa sih? Mungkin kamu ga sadar karena lagi bengong," Senja hanya mengangguk setuju oleh perkataan Fajar.
"Ngapain di sini?," Tanya Senja tanpa menoleh ke arah Fajar.
"Mau ketemu kamu," kata Fajar dengan suara pelan. Tapi masih bisa terdengar oleh Senja.
"Hah?"
"Eh, ngga. Emm, mau temenin aku jalan-jalan ga?" Fajar menatap Senja dengan penuh harap.
Sunyi, Fajar menjadi deg-degan menunggu jawaban dari Senja.
Hingga akhirnya, "ya sudah. Mau kemana?" Kata Senja.
Fajar bersorak dalam hati. Dia tak salah dengar kan? Senja mau jalan dengannya? Oh semesta, hari ini pasti akan sangat indah.
"Kamu suka tempat yang kaya gimana sih?" Tanya Fajar.
"Sunyi, sepi, tenang. Kita ke toko buku mau? Sekalian aku beli novel. Kalau ga mau juga gapapa," kata Senja sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Eh, mau ko. Tapi aku ga tau toko buku di daerah sini, nanti kamu yang tunjukin jalan ya. Kita naik motor gimana?"
"Boleh," Fajar langsung bergegas menghidupkan motornya.
Senja pun duduk di jok belakang. Akhirnya, jok belakang motor Fajar terisi. Ia sudah lama menunggu tempat itu di duduki oleh perempuan yang menurutnya spesial. Ternyata perempuan itu adalah Senja.
Di jalan, tak sedetik pun senyum Fajar memudar. Sungguh bahagia rasanya bisa duduk berdua di atas motor bersama Senja. Ini terasa seperti mimpi.
Akhirnya mereka tiba di toko buku. Senja langsung masuk dan pergi menuju rak novel yang ia cari. Fajar hanya mengikuti Senja dari belakang.
15 menit sudah mereka keliling toko buku. Namun Senja tak juga menemukan novel yang ingin ia beli.
"Kamu mau beli novel yang mana?" Tanya Fajar sambil mengikuti Senja beralih ke rak sebelah.
"Sebentar. Nah, ketemu," Senja mengambil novel yang berjudul Hujan.
Setelah itu mereka pun pergi menuju kasir. Fajar mengeluarkan kartu ATM nya.
"Mau ngapain?" Tanya Senja dengan wajah datar.
"Bayarin novel kamu."
"Ga perlu, makasi. Tapi aku masih punya uang," Senja pun membayar bukunya.
"Tapi kan aku yang ajak kamu jalan," kata Fajar sambil mengikuti Senja yang mulai berjalan ke arah pintu keluar.
"Iya, tapi aku ga suka di bayarin," Fajar menghela napas pasrah.
"Sekarang kita mau kemana?"
🐾🐾🐾

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita
Novela JuvenilFajar dan Senja. Dua anak manusia yang dipertemukan, tapi tidak untuk dipersatukan. Dua anak manusia yang dipertemukan oleh takdir, dan dipisahkan oleh nasib. Takdir mempertemukan mereka bukan untuk sebagai pasangan, melainkan sebagai...