Saat aku berkunjung ke rumah mu, aku seperti sedang ‘pulang’ ke rumah ku sendiri.
🐾🐾🐾
“Pulang yuk,” ajak Senja yang kini mulai beranjak dari tempat duduknya.“Yaudah, aku antar ke rumah ya?” tanya Fajar sambil menunggu jawaban dari Senja. Senja pun mengangguk meng’iya’kan tawaran Fajar. Lagi pula ia masih basah kuyup setelah bermain hujan, kalau ia jalan kaki bisa saja kedinginan sampai rumah. Mereka pun pergi ke rumah Senja menaiki motor milik Fajar.
Sesampainya di depan rumah Senja, “Aku pamit pulang dulu yaa,” Fajar berpamitan kepada Senja.
“Eh, jangan pulang dulu. Masuk dulu, ganti baju. Kasian basah kuyup gitu,” ajak Senja. Fajar terdiam beberapa saat, apa barusan? Senja menawarinya untuk singgah ke rumahnya? Ah, Fajar. Betapa beruntungnya kau hari ini. Ingat catat tanggalnya.
Melihat Fajar yang terdiam pun Senja langsung mengatakan, “Ada ayah ku kok di dalam,” Fajar melotot mendengar itu.
“Hah!? Ayah mu?” muka Fajar langsung panik, apa Senja akan mengenalkan Fajar ke orang tuanya secepat ini? Fajar belum siap, dia bahkan belum jadian dengan Senja.
“Iya, jadi kita ga berdua aja di rumah. Nanti kamu pinjam baju ayah ku aja, ukurannya mungkin sama kayak kamu. Ayo,” Senja berjalan lebih dulu disusul oleh Fajar setelah ia memarkirkan motornya.
Saat Fajar memasuki rumah Senja, perasaannya damai. Seperti pulang ke rumah sendiri. Anehnya, Fajar seperti familiar dengan rumah yang ia datangi saat ini. Apa ia pernah ke sini sebelumnya? Entah lah, ia tak ingat. Pastinya rumah Senja terasa adem dan penuh kehangatan.
“Kamu duduk dulu, aku panggilin ayah,” Fajar pun menuruti perkataan Senja. Selagi Senja memanggil ayahnya, Fajar melihat sekeliling isi rumah. Lalu datang seorang pria paruh baya, sepertinya ayah Senja. Fajar berdiri untuk menyapa pria itu.
“Halo, om. Kenalin saya Fajar, temennya Senja,” Fajar pun menyalami tangan pria itu.
“Oh, iya. Tadi Senja sudah bilang. Saya Leo, ayahnya Senja. Habis hujan-hujanan ya?” tanya Leo sambil duduk di sofa ruang tamu rumahnya, Fajar pun ikut duduk di sebrang Leo.
“Hehe, iya om. Maaf ya Senja nya jadi basah gitu,” kata Fajar sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
“Gapapa, emang anaknya suka main hujan,” setelah itu Senja yang telah berganti pakaian datang dengan membawa pakaian milik ayahnya untuk di berikan kepada Fajar.
“Nih, ganti baju dulu di kamar mandi. Sebelah sana,” Fajar mengambil pakaian yang di berikan oleh Senja.
“Makasih yaa,” Fajar pun pergi menuju kamar mandi.
Setelah selesai ia langsung kembali menuju ruang tamu. Lalu kembali duduk. Senja tengah sibuk menyiapkan makanan di dapur.“Kamu tinggal dimana?” tanya Leo kepada Fajar.
“Di Bogor, Om. Cuma sekarang lagi liburan sekolah, jadi ke Bandung deh.”
“Oh, disini tinggalnya dimana?” Leo pun kembali bertanya, agar jelas ia tau asal-usul bocah yang berteman dengan putrinya ini.
“Di villa ujung jalan itu, kebetulan yang punya bunda saya,” Leo yang mendengar itu pun terkejut.
“Bunda?” tanya Leo memastikan.
“Iya, kenapa Om?”
“Siapa nama bunda kamu?”
“Lea, Om,” Gatot seketika pusing. Untung ia duduk, kalau sedang berdiri pasti sudah jatuh. Fajar bingung dengan respon Leo. Kenapa memangnya?
“Om kenapa? Om kenal sama bun..” belum sempat Fajar menyelesaikan kalimatnya, Senja datang.
“Yuk, makan dulu. Ayo ayah,” Senja menggandeng tangan ayahnya untuk membantunya berdiri, namun ditepis oleh Leo.
“Kalian makan saja, ayah sedikit pusing,” Leo pun beranjak dari tempat duduknya.
“Mau Senja ambilkan ob..”
“Tidak perlu. Ajak saja Fajar makan, lalu suruh dia pulang,” Leo berjalan menuju kamarnya. Sikap Leo yang tiba-tiba dingin pun membuat Fajar dan Senja bingung.
Lalu Senja pun mengajak Fajar ke meja makan untuk menyantap makanan yang ia buat tadi. Mereka pun makan berdua dengan tenang. Fajar suka sekali wajah tenang milik Senja.
“Jangan liat-liat, cepet habisin makanannya,” kata Senja tanpa menoleh sedikit pun ke arah Fajar. Apa ini? Apa Senja punya indera ke tujuh?
Fajar pun menyelesaikan makannya. Tak terasa sudah mulai sore, Fajar berpamitan kepada Senja.
“Aku pulang ya. Makasi baju sama makanannya, enak. Kaya masakan bunda ku. Oiya bajunya besok aku balikin ya,” kata Fajar sambil menaiki motornya.
“Pakai aja dulu. Makasi juga udah nganter pulang,” kata Senja sambil tersenyum manis.
Fajar mengangguk, lalu menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Senja. Hari ini sungguh indah. Mungkin bagi keduanya? Entahlah. Tapi yang pasti bagi Fajar sangat indah. Terlebih lagi bisa ke rumah Senja dan makan masakannya. Entah mengapa di rumah Senja, Fajar seperti pulang ke rumahnya sendiri. Sungguh nyaman.
🐾🐾🐾

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita
Fiksi RemajaFajar dan Senja. Dua anak manusia yang dipertemukan, tapi tidak untuk dipersatukan. Dua anak manusia yang dipertemukan oleh takdir, dan dipisahkan oleh nasib. Takdir mempertemukan mereka bukan untuk sebagai pasangan, melainkan sebagai...