Pada akhirnya tiga sekawan itu benar-benar mendatangi rumah kosong itu setelah mereka pulang sekolah.
Tanpa berpikir panjang mereka langsung menuju tempat perkara sebelum pulang kerumah masing-masing.
Hal itu mereka putuskan bersama setelah tak tahan membendung rasa penasaran yang sudah meluber dikala gosip dipagi itu.
Cepi yang telah diracuni beberapa katapun akhirnya terbujuk oleh Marcel dan Dwi.
Niat awal Cepi menemani mereka berdua dikarenakan rasa khawatirnya akan diganggu oleh lelembut Didalam bangunan terbengkalai yang hampir belasan tahun itu.Setiap lokasi ataupun bangunan kosong pastilah memiliki sejarah yang kelam. Kerapkali dianggap keramat dan dijauhi keramaian.
" Hmm ini dua bocah..gue heran kenapa coba mau aja kesini! Penakut tapi sok ilmuwan banget!". Gumam Cepi dalam hati.
Tibalah mereka didepan bangunan tua itu...pintu masuk sudah plong dikarenakan sudah rusak termakan oleh waktu.
Kondisi sekitar nampak lusuh dan rapuh. Berdebu serta bau khas bangunan tak berpenghuni. Nampak sepanjang lorong lurus saja didepan 3 sekawanan perjaka tulen.
" Eh Cui kita kan bertiga ni.. otomatis kita ganjil. Jangan jalan berbaris yah, kita jalan sejajar ja jalanya". Dwi memimpin keadaan dan mengaba-abakan aturan.
" Siap pak boss. Tapi ni suer sore aja serem ya, gimana kalau malam coba?". Pangkas marcel.
Mitos mengatakan apabila kita hendak berada ditempat yang angker janganlah dengan jumlah orang yang ganjil. Nanti akan tergenapi oleh mereka-mereka yang tak kasat mata. Cepi tidak begitu menggubris mereka berdua. Hanya manut dan mengiyakan saja. Sebab itu adalah ajakan kedua sahabatnya ini.
Cepi sedari tadi sudah menyadari ada yang sedang mengintip mereka dari sudut celah bangunan yang ada. Ia berharap akan dapat berkomunikasi Dengan salah satu dari mereka.
" Kenapa coba pada intip aja ? Ayo keluar dong.. saya mau tanya ni! ". Cepi mencoba menarik energi mereka dengan berucap dalam hati. Sebab diintip oleh mereka saja membuatnya tak nyaman. Sebab ini meragukan, mereka akan menyambut dengan baik atau bahkan hendak akan menyerang mereka bertiga.
" Haaaaaaahhhhhhh! ".
"Wah suara apapan tuh? Lu pada denger gak? " Tanya singkat Dwi. " Iya iya denger kok... ". Seraya Cepi dan Marcel ikut menjawab.
Suasana masih menjelang petang, namun nuansa yang terasa bagi mereka sudah seperti malam hari.
" Uuuu uuu UU u! "
'' nah coi apaan lagi itu?! Lu pada denger kan ada suara yang lagi nangis? Cuy..! Bushet ini pada kemana tuh anak berdua? Kapan kaburnya?!"
Sesaat suara rintihan tangisan sendu yang terdengar samar. Cepi mencoba menerangkan suara tersebut namun kedua sahabatnya nampak lari tunggang langgang.
" Tapi kapan larinya ya.. kok gak ada suaranya coba?"..
Cepi bukannya ikut berlari namun malah hanya nampak kebingungan.
" MAU APA KALIAN KESINI!!? "
seketika suara berat terdengar dari sudut ruang samping lorong itu. Terdengar seperti seseorang yang tidak senang.
" Maaf kami hanya datang melihat dan berkunjung saja. Tidak bermaksud apa-apa. ".
Jawab Cepi dengan pelan tanpa merasa shock walaupun sebenarnya ia kaget sesaat diawal." MAU LIHAT APA KALIAN DISINI?! APAKAH INI TEMPAT MAIN LAYAK BAGI BANGSA KALIAN?! ".
Nampaknya sosok ini sangat tidak menginginkan keberadaan dan kehadiran Cepi dan kedua sahabatnya. Sosok yang hitam pekat, tinggi dan terdapat bulu sekujur tubuhnya. Menyerupai kera namun bukanlah kera.. mata yang teramat besar menyala.
" Kami kesini hanya sekedar berkunjung om, kalau mengganggu mohon maaf. Saya mau tanya apakah benar ini tempat yang pernah terjadi peristiwa jatuhnya nyawa dimasa lalu? Karena saya merasakan seperti itu. ".
Cepi meyakinkan maksud dan tujuan sembari bertanya misteri yang Cepi ketahui sesaat.
" PULANGLAH KALIAN!! TIDAK PERLU TAU TEMPAT INI SEPERTI APA! AKU INGATKAN LAGI KAU TIDAK DIIJINKAN UNTUK MEMBAWA APAPUN YANG ADA DISINI! BIARKAN SAJA SEPERTI INI. ITU KEMAUAN MEREKA! ".
Nampaknya sosok ini tidaklah ramah. Hendak mengusir dan kasar. Ia tau apa maksud pertanyaan dari Cepi. Itu adalah salah satu jiwa yang terjebak di bangunan tua tersebut. Konon saat itu seorang gadis muda mengakhiri hidupnya ditempat itu. Tangisan yang terdengar Cepi tidak lain ialah sebuah kode komunikasi, namun itu spontan di cegat oleh sosok tinggi besar ini. Ia melarang keras agar Cepi tidak membawa pergi sosok jiwa apapun yang ada.
" Iya om saya tau. Tanpa diberi tau pun saya gak akan lakuin. Jadi jangan marah om. Mohon keramahannya karena saya tidak ada maksud apa-apa selain berkunjung". Pangkas cepi segera maksud dan tujuannya.
" HMM BAIKLAH. SAYA IJINKAN KALIAN! ASALKAN INGAT JANGAN MENYENTUH DAN MEMBAWA APAPUN YANG DISINI! LANTAS SEGERALAH PERGI JIKA SELESAI! ".
Mahkluk itu akhirnya bisa diajak kompromi namun walau harus mengikuti peringatan kerasnya. Mau bagaimana pun setiap rumah ada pemiliknya beserta aturannya.
Sesaat Dwi dan Marcel muncul kembali dibelakang Cepi.
" Cep lu darimana aja lu kita cariin gak ada?!". Serentak suara itu muncul dari belakang cepi.
" Kagetin aja lu pada!! Gue dari tadi juga disini kali. Justru gue cariin kalian. Kemana aja lu pada?".
Tanya Cepi penasaran walau sebenarnya Cepi sudah tahu bahwa ini ulah sosok besar tadi yang memisahkan mereka dari dimensi yang berbeda.
" Kita mikir tadi lu kabur .. yaudahlah Uda sore banget juga. Yok pulang aja. Gak ada apa-apanya juga". Ajakan Dwi untuk pulang mengingat waktu dan sepertinya ia tidak menyadari apapun.
" Yuk lah entar Mak bapak gue marah lagi kalau pulang telat. Entar malam mau ibadah cuy kegereja". Marcel juga mengindahkan maksud dwi.
" Wedew anak alim.. yudah cus lah..gue juga mau shalat Maghrib". Pangkas Dwi.
" Lu berdua yang kepo mau kemari tapi lu pada juga yang ajak pulang. Katanya mau hunting pocong?! Gimana sich". Sindir Cepi dengan maksud meledek mereka.
" Gak ada apa-apaan juga lah. Bosen begini doang". " Iya betul Wei cuma mitos doang".
Jawas Marsel disusul Dwi.
Dan setelah itu mereka pun memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.
Hanya Cepi yang peka terhadap keadaan lingkungan itu. Berkomunikasi serta merasakan kehadiran lelembut disekitarnya. Walau sebenarnya Cepi sedikit bersimpati dengan sosok yang bunuh diri tersebut, namun ia harus mengurungkan niatnya yang penasaran itu sebelum diusir paksa oleh penjaga berparas hitam besar itu." Kenapa lagi cep ? ".
Tanya kedua sahabatnya yang melihat cepi berhenti seketika sembari menoleh kesamping kiri yang terdapat sela pohon pisang.
"Gak apa-apa. Ayokkkk balik besok jangan lupa kita ada rapat OSIS.
Sekaligus kita mau tanyain masalah konsultasi sama papanya Andre". Kenyataannya mengapa Cepi berhenti seketika dikarenakan ia terkaget oleh sosok guling berkain putih kusam dan berwajah gosong yang tak sengaja terlihat oleh Cepi. berada diantara pohon pisang itu. Cepi pun tidak menghiraukan sosok itu setelah dipanggil Marsel dan Dwi.************************************
Segini dulu guys...jangan lupa vomment..😁😁😁👇👆
KAMU SEDANG MEMBACA
"Aku terjebak"
Horrormenceritakan seorang anak lelaki bernama Cepi. remaja yang hidup damai tenang tanpa ada sesuatu yang istimewa.. tanpa prestasi..dan bakat olahraga.. suatu hari ia mendapati dirinya memiliki kemampuan khusus setelah mati suri .. sehingga ia dapat mel...