Bab-11 | Malaikat kecil

170 33 11
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

"Hal yang paling menyediakan itu ketika kita tidak bisa membagi waktu dan memilih untuk menghabiskan waktu yang tidak bermanfaat."

A story by IkhyaLilHusna

•Syurga untuk Ummi•

Happy Reading

🌙

"Syah, nanti malem boleh nggak, aku ngerjain tugasnya di rumah kamu?"

"Tumben? Kenapa?"

Terlihat Syakillah terkekeh.
"Nggak apa-apa pengen ngerjain tugas bareng aja gitu."

Mata Aisyah memicing, dia tidak percaya dengan alasan yang diberikan Syakillah. Pasti ada gajah di balik batu.

"Terserah kamu," balas Aisyah mengalah.

Mereka tengah menunggu angkutan umum untuk pulang, tetapi pikiran Aisyah masih terngiang soal surat dari orang misterius itu.

"Killah, kamu penasaran nggak sih sama orang yang ngirim aku surat?" Tanya Aisyah.

"Penasaran banget malah. Kalo nih aku ketemu sama itu orang rasanya pengen ngajarin dia privat belajar bikin puisi yang baik dan benar, deh," kata Syakillah sambil tergugu.

"Apaan sih, itu namanya penghinaan. Nggak menghargai karya seseorang."

Syakillah berhenti tertawa dan menatap Aisyah dalam.

"Kamu udah mulai naksir sama itu orang misterius?"

Mata Aisyah membelak. Karena merasa jengkel dengan sahabatnya ini Aisyah mencubit lengan Syakillah hingga sang empu meringis kesakitan.

"Sakit tau, Syah. Main cubit-cubit aja, udah kayak lagunya Elvi Sukaesih," ujarnya sambil mengelus lengannya yang memerah karena di cubit oleh Aisyah.

Aisyah memutar bola matanya jengah.

🌙

"Abi mau ke mana?" Tanya Abyan yang tengah bermain mainannya di ruang tengah.

"Abi mau ke panti asuhan. Mau--"

"Abyan ikut."

Belum sempat Anton menyelesaikan bicaranya sudah langsung di potong oleh Abyan.

"Boleh," ujar Anton.

Abyan bangkit dari duduknya dan berjalan cepat menuju kamarnya.

"Abyan mau kemana?" tanya Anton saat melihat Abyan tengah menaiki anak tangga.

"Abyan mau ambil baju Abyan yang sudah kecil, sama mainan Abyan juga buat di sumbangkan ke panti asuhan. Boleh kan, Abi?" Anton tersenyum hangat, lalu mengangguk sebagai persetujuan.

Abyan melempar senyum manisnya pada sang ayah, lalu kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk mengambil barang yang akan dia sumbangkan ke panti asuhan.

Abyan memang anak yang ringan tangan, dia lebih menyukai memberi, bukan untuk terlihat baik atau menyombongkan dirinya, tetapi Abyan memang sangat senang berbagi dengan orang-orang yang tidak mampu.

Syurga untuk Ummi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang