Bab-12 | Sholawat

165 31 10
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

"Bersholawat itu adalah salah satu bukti rasa rindu kita terhadap Rasulullah."

A story by IkhyaLilHusna

•Syurga untuk Ummi•

Happy Reading

🌙

Sudah tak terasa waktu cepat berlalu. Satu bulan Abyan selalu menyetor hafalannya pada Rifqi.

Yap. Abyan tidak main-main dengan perkataannya yang ingin menjadi penghafal Al-Qur'an.
Hampir di setiap waktu, ia habiskan untuk menghafal Al-Qur'an. Dan itu diberi dukungan oleh sang Ayah dan kakaknya. Tetapi tidak bagi Santi--sang ibu kandungnya sendiri.

Entah mengapa, apapun yang di lakukan oleh Abyan. Itu tidak penting baginya.

Tetapi itu tidak membuat semangat Abyan runtuh. Dia tetap semangat dan bahkan dia akan menunjukkan pada sang ibu bahwa dia mampu menjadi penghafal Al-Qur'an.

Semenjak Abyan menghafal Al-Qur'an, ia selalu berangkat ke Musholah di awal waktu, sebelum adzan ashar. Alasannya ia bisa menghafal hafalannya dengan tenang di dalam Musholah, dan Abyan juga selalu membantu pak Wahyu membersihkan halaman Musholah atau sekedar menyapu teras Musholah.

"Abyan, terimakasih yah."

"Pak Wahyu selalu saja berterimakasih sama Abyan. Memang Abyan ngasih pak Wahyu cilok?" Terlihat pak Wahyu terkekeh geli mendengar lelucon Abyan.

"Bapak berterimakasih sama Abyan, karena Abyan, bapak sekarang sudah tidak menjadi pencopet lagi. Dan Alhamdulillah bapak merasa menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya."

Abyan tersenyum manis.
Ia masih mengingat dimana ia pertama bertemu dengan pak Wahyu.

"Bapak copet?"

"Kembaliin tas nya!"

"Nggak!" Abyan memeluk tas itu agar lelaki itu tidak mengambilnya. "Ini bukan milik bapak."

"Bocah sialan!" lelaki copet itu menggendong Abyan layaknya sebuah karung beras.

Yap. Pak Wahyu adalah copet yang sempat Abyan temui saat ia pulang sekolah waktu itu. Dan pertemuan Abyan dan pak Wahyu adalah sebuah hidayah tersendiri bagi pak Wahyu.
Ia tersentuh saat Abyan menceritakan kisah Qarun, dan memilih untuk mengembalikan tas yang ia copet. Untung saja sang pemilik tas itu berhati baik, sehingga ia tidak memperpanjang masalah pencopetan itu.

Dan Abyan juga baru menyadarinya saat ayahnya menolong seseorang yang di tuduh sebagai pencuri itu adalah orang yang sama.

"Pak Wahyu harusnya berterimakasih sama Allah. Karena Allah yang sudah mengetuk pintu hati pak Wahyu, dan memberi kesempatan bagi pak Wahyu untuk berbuat baik di jalan-Nya," terangnya membuat Wahyu tertegun.

"Jangan berterimakasih sama Abyan, mungkin Abyan hanya perantaraan bagi hidayahnya pak Wahyu. Karena itu termasuk skre ... Skre ... Aduh apaan yah, lupa." Abyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan Wahyu terkekeh geli melihat ekspresi Abyan yang tengah kebingungan mencari kata yang dia maksud.

"Skenario," sambungnya membenarkan perkataan Abyan.

"Nah ... Itu maksud Abyan. Skrenario."

Wahyu tergelak.
"Astaghfirullah. Skenario, Abyan. Bukan skrenario."

Syurga untuk Ummi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang