Part 15

16 4 0
                                    

Jum’at malam sabtu, terlihat Radafa yang sedang duduk di sofa kamarnya sedang asyik memainkan gitar. Besok libur, malam ini mungkin Radafa akan begadang. Ah.. malam malam biasa pun Radafa selalu begadang, entah itu untuk mengerjakan tugas, belajar, membaca novel science fiction yang ada di rak bukunya, ataupun bermain game bersama teman temannya.

“You’re just too good to be true...”  Suara berat Radafa mengalun indah menyanyikan lagu Frankie Valli, Can’t take my eyes off you dengan disertai petikkan gitar.
“Can’t take my eyes off you.”
“You feel like heaven to touch”
“I wanna hold you so much”
“At long last love has arrived.”
“And i thank God i’m alive.”
“You’re just too good to be true...”
“Can’t take my eyes of you..”
“I..”

Ting

“Arghhhh...” Radafa menggeram, ia benar benar lupa untuk mematikan suara notifikasi di handphonenya itu.

“Pasti Rain.” Gumamnya sembari mengambil handphone yang berada tepat di sampingnya.

Salsa X IPA 1
Ka Radafa, maaf kalo aku ganggu waktunya (20.00)
Aku ada tugas matematika nih yang belum ngerti, kaka bisa tolong ajarin aku ga?

Anda
Liat soalnya.

Salsa X IPA 1
Oke Ka, aku kirim gambarnya dulu ya
(GAMBAR SOAL MATEMATIKA NOMOR 6-10)

Anda
Oke, gue jelasin

Salsa X IPA 1
Kaka bisa jelasinnya lewat video call aja ga?
Plissss yaa, biar aku ngerti

Anda
Gue ketik, lebih ngerti.

Salsa X IPA 1
Aku bakalan lebih ngerti kalo kaka jelasin langsung
Ka Radafa ngga keberatan kan?

Anda
Ya.

Salsa X IPA 1
Oke ka, aku video call sekarang ya (Baca)

Radafa membuang napasnya kasar. Radafa bukan termasuk orang yang pelit terhadap ilmu, mata pelajaran apapun yang bisa ia kerjakan dan berguna bagi orang lain pasti dia akan bantu. Lain halnya ketika ada orang yang meminta bantuan di luar permasalahan seputar pelajaran, sudah pasti ia akan menolaknya.  “Huft...”

“Hai ka!” Sapa Salsa dari layar handphone, sementara Radafa mengabaikannya

“Kita mulai nomor 6.” Ujar Radafa, ia mulai menjelaskan pekerjaan sekolah Salsa satu demi satu, namun yang terlihat oleh Radafa, daritadi Salsa hanya menatapnya saja tanpa mendengarkan semua penjelasanya.

“Salsa lo denger ga?”

“Eh, iya ka. Coba ulangi penjelasan nomor..... 8.” Pinta Salsa.

Radafa kembali membuang napasnya secara kasar, ia masih bisa sabar saat ini. “Oke gue jelasin.”

“Oh.... gitu, iya ka, aku ngerti.” Ujar Salsa tersenyum senang.

20 menit sudah Radafa menjelaskan pekerjaan Salsa yang  menurut Radafa soal itu seharusnya mudah bagi seorang murid berprestasi  seperti Salsa ini. Namun balik lagi, Radafa bukan orang yang termasuk pelit ilmu.

“Berhubung lo udah ngerti, gue tutup.”

“Eh, ka tunggu dulu, mmm.. ka Radafa belum ngantuk ya? Mau aku temenin ga?” Tawar Salsa. Tunggu dulu, apa Salsa ini sudah tidak waras?  Otaknya ia simpan dimana sampai sampai dia berani berkata seperti itu? Apa ia tidak malu? Ah... Radafa tak habis pikir dengan adik kelas yang satu ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain BowieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang