01. ASTRID ARDANA

865 264 616
                                    


Masih ada perasaan yang tak menentu di hati
Bila ingat sorot matamu yang
Ku rasa berbeda
Oh, janganlah terjadi yang selalu ku takutkan
Beribu cara kan ku tempuh
Oh, cintaku ku mau tetap kamu
Yang jadi kekasih ku
Jangan pernah berubah
Selamanya kan ku jaga dirimu
Seperti kapas putih di hatiku
Tak kan ku buat noda
Bayangkanlah kedua matamu
Bayangkan ku di sisimu
Janganlah terjadi seperti yang ku takutkan
Beribu cara kan ku tempuh
Oh, cintaku ku mau tetap kamu
yang jadi kekasih ku
Jangan pernah berubah
Selamanya kan ku jaga dirimu
Seperti kapas putih di hatiku
Tak kan ku buat noda
Jangan pergi jangan kau lari
Ku mau kamu jadi milikku
Kasihku hanya kamu yang ku mau
Oh, cintaku ku mau tetap kamu
Yang jadi kekasih ku
Jangan pernah berubah
Selamanya kan ku jaga dirimu
Seperti kapas putih di hatiku
Tak kan ku buat noda
Jangan pernah berubah jangan pernah berubah
Jangan pernah berubah

🎶Jangan pernah berubah_Shifa Hadju🎧

***

Tetes demi tetes air hujan mengalir deras membasahi jalanan. Seorang cowok bertubuh jangkung berlari masuk ke mobil Lamborghini Huracan EVO AWD berwarna hitam miliknya. Ia segera melajukan kendaraan roda empat mewah itu setelah habis bersenang-senang selama empat jam di sebuah club yang sudah seperti rumah keduanya.

Leonard Delviero, bukanlah seorang anak broken home yang memutuskan untuk menjadi bad boy karena masalah dalam keluarga. Justru ia adalah anak semata wayang, tentu hal itu membuat Leon menjadi anak emas di keluarganya. Alasan ia menjadi bad boy hanya satu kata, bersenang-senang. Itu saja.

Setelah lima belas menit, mobil Leon masuk ke dalam gerbang rumahnya yang terbuka secara otomatis. Langit masih setia membasahi bumi, bahkan kali ini lebih deras. Langsung saja ia keluar dan berlari untuk masuk ke dalam rumah yang bertingkat tiga itu. Di dalam rumah sudah tidak ada suara apapun. Rumahnya sangat hening, lampunya pun sudah dimatikan. Wajar saja, ini sudah jam satu pagi, pasti Papi dan Mami-nya sudah terlelap tidur.

Leon membuka jaket jeans-nya dan melemparkannya ke sembarang arah. Jaketnya itu sudah basah, sedangkan kaus hitam yang ia pakai bersama jaketnya  masih kering. Untunglah, jadi ia tidak perlu ke kamar untuk menggantinya.

Leon menuju dapur untuk membuat cokelat panas. Ia menaruh air pada teko listrik lalu mencolokkan kabel teko itu pada stop kontak. Sembari menunggu air panasnya mendidih, cowok berumur tujuh belas tahun itu duduk di meja makan dan membenamkan wajahnya pada meja makan berbahan kaca transparan itu. Dirinya akan tidur setelah meneguk segelas cokelat hangat.

"Kak Leon?"

Leon mengangkat wajahnya pelan-pelan saat suara seorang gadis menyapanya. Ia memperhatikan gadis itu secara intens. Ia mengangkat sebelah alisnya, dirinya tak pernah melihat gadis yang tampak manis karena rambut yang ia cepol asal itu sebelumnya.

"Lo siapa?" tanya Leon.

Gadis itu mendekat ke arah Leon, lalu duduk di hadapan Leon. "Aku Astrid, Kak. Astrid Ardana."

Leon berusaha mengingat, kemarin Mami-nya memang memberitahunya jika Bi Arum, pembantunya yang bekerja sejak dirinya kecil baru saja meninggal, Mami-nya juga memberitahu jika anak Bi Arum akan tinggal di sini. Jadi yang sekarang ada di hadapannya ini mungkin anak dari pembantunya.

"Aku anaknya Bi Arum. Dulu waktu kecil kita suka main bareng. Kakak lupa?" tanya Astrid.

Leon hanya mengangguk.

Kunang-kunang terbang siang // On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang