12. Mobil untuk Astrid

57 11 4
                                    

Dari beberapa menit yang lalu, banyak orang keluar masuk pada pintu kafe. Coffeshop ini terlihat ramai karena desain interior di dalamnya cukup menarik perhatian pengunjung. Ya, Astrid sekarang berada di sebuah kafe sendirian dengan orange juice yang masih terlihat penuh di hadapannya. Tadi pagi Dana mengirimkannya pesan untuk bertemu, jadi sepulang sekolah ia langsung mampir ke kafe dekat sekolah untuk menunggu laki-laki paruh baya itu.

Astrid melambaikan tangan saat melihat Dana sudah masuk dan celingak-celinguk mencari keberadaannya. Setelah dirasa Dana sudah melihat di mana ia duduk, ia pun tersenyum, lalu meminum untuk pertama kali orange juice-nya.

"Maaf, Om buat kamu nunggu ya?" tanya Dana sembari duduk di depan Astrid.

"Enggak kok Om. Orang Astrid juga baru datang," jawab Astrid dengan kekehan kecilnya. "Om mau pesen apa? Mau makan?"

"Syukurlah kalau begitu. Enggak, cukup kopi dingin aja."

"Kopi dingin? Gak perlu terlalu manis, kan? Astrid pesankan untuk Om ya," ujar Astrid lalu mulai beranjak setelah menerima anggukan pelan dari Dana dan memesan kopi dingin untuk Dana. Lima menit kemudian, ia sudah datang dengan satu gelas kopi dingin.

"Makasih."

Astrid duduk dengan wajah cerianya. "Sama-sama, Om."

Dana mengangkat gelasnya lalu mengisyaratkan untuk ia minum kepada Astrid. Setelah itu, ia seruput pelan. Makanan dan minuman yang tidak terlalu manis memang baik untuknya yang sudah berumur lanjut. Dari dulu ia memang menjaga kesehatan, menjaga kadar gula salah satunya. Kadang saat berada di kantor atau meeting, ia lebih sering menyediakan air putih di tengah kegiatannya.

"Oh, iya. Om ngajak Astrid ketemu untuk apa, ya?" tanya Astrid saat Dana sudah menaruh gelasnya di atas meja.

"Lihat itu." Dana menunjuk ke luar kafe, menunjukkan Astrid ke arah parkiran yang penuh dengan mobil. Tapi yang Dana tunjuk adalah sebuah mobil yang berada di dekat pojokan parkiran kafe ini. Mobil mewah berwarna hitam tampak berkilau terkena teriknya matahari di siang hari ini.

"Kenapa, Om?" tanya Astrid. Matanya ia alihkan dari luar sana.

Dana mengambil sesuatu dari dalam sakunya, lalu menaruhnya pada telapak tangan Astrid. "Buat kamu."

Astrid membelalakkan matanya saat melihat apa yang di taruh Dana. Sebuah kunci mobil mewah yang mungkin kunci dari mobil di luar itu. Astrid menarik tangannya, lalu meminum orange juice-nya secara cepat. Gadis itu cukup syok dengan apa yang dikatakan oleh Dana. Setelah itu ia tertawa, beranggapan ujaran Dana hanya sebuah candaan. "Om Dana bisa aja bercandanya."

"Om gak bercanda. Mobil di sebelah mobil Om itu emang untuk kamu."

Astrid melirik ke arah parkiran lagi. Melihat mobil tipe maresati GranCabrio V8 yang katanya untuknya itu. Untuk apa Dana membelikannya mobil? Jika pergi ke sekolah Astrid bisa menaiki angkot atau taksi. Lagi pula ia tidak bisa mengemudikan mobil. Jangankan mobil atau motor, sepeda saja ia tidak bisa.

"Astrid gak bisa terima, Om. Maaf."

"Kenapa?" tanya Dana.

"Astrid gak bisa nyetir mobil."

"Nanti Om ajarkan."

Astrid menggeleng. Meminum orange juice-nya untuk kesekian kalinya. "Astrid ngerasa gak pantas untuk menerima itu. Astrid bukan putri raja yang bisa dengan mudahnya dikelilingi barang-barang mewah. Kemarin Astrid udah terima apartemen dari Om. Om bilang kalau Om kasih itu karena sebagai balas budi Om Dana dan Tante Dahlia ke bunda yang udah ngurusin Leon dari kecil, tapi untuk ini, Astrid gak bisa terima. Apa kata orang nanti?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kunang-kunang terbang siang // On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang