Nov, 1950.
Deringan ponsel terdengar. Memekakkan telinga si pria yang masih tertidur, membuatnya terkejut dan terbangun. Masih dengan mata tertutup, ponselnya yang kemarin malam ia letakkan tepat di sampingnya diraihnya dan tombol dengan logo telepon berwarna hijau ditekan, lalu ditempeli ponsel itu di telinga.
"Minghao-ge!" teriak makhluk di seberang sana.
"Hm, Renjun, ada apa?" gumamnya. Kelopak matanya masih menyembunyikan netra indahnya.
"Selamat ulang tahun!" Kali ini bukan hanya suara si penelepon, tetapi beberapa orang mengucapkannya secara bersamaan. Dilanjutkan dengan suara keributan, berebutan untuk menyampaikan panjatan doa mereka untuk lelaki ini. Membuat tangannya secara refleks menjauh. Terkadang ia sendiri heran, bagaimana dirinya yang pendiam ini dapat bertahan berteman dengan selusin lelaki yang dikaruniai mulut tanpa pedal rem.
Disertai dengan senyuman, Minghao akhirnya berucap, menghentikan segala keributan di seberang sana, "Baiklah, baiklah, terima kasih."
"Ge, jangan bilang kau kini masih di studio penuh bau tidak mengenakkan itu setelah bergadang hingga subuh dan baru tertidur dua jam lalu?" Lelaki lainnya yang bernama Chenle itu bertanya.
Minghao hanya tersenyum mendengar itu. Kini sudah terdengar adu mulut antara Renjun dan Chenle dimana Renjun membela bau cat yang dideskripsikan Chenle sebagai tak mengenakkan dan Chenle yang berargumen bau itu tidak baik untuk kesehatan.
Dugaan Chenle benar. Ia masih di sini. Di studio kecilnya yang dibelinya sekitar tiga tahun yang lalu, dengan hasil gabungan penghasilannya dan penghasilan lelaki lainnya. Setelah tiba-tiba mendapatkan ide tadi malam, ia langsung memutar balik tungkainya menuju tempat ini. Menyalurkan idenya di atas holding scroll. Menyalurkan perasaannya dengan kuas.
"Kututup teleponnya," sahutnya, lelah dengan perdebatan antara kedua temannya. Samar-samar sebelum ia menekan tombol berlogo telepon berwarna merah, dapat didengarnya Dejun yang menyalahkan kedua lelaki itu yang berujung perdebatan antara tiga lelaki diiringi tawa lelaki lainnya.
Ponselnya kini menunjukkan laman depan. Tersemat hari dan tanggal hari ini. Senyumnya perlahan luntur.
Ia hampir lupa. Hari ulang tahunnya juga merupakan hari kejadian tiga tahun silam. Pantas saja ia bermimpi mengenai lelaki itu.
—
©munwaves, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
black rose [✓]
Fanfiction𝙟𝙪𝙣𝙝𝙖𝙤 𝙝𝙞𝙨𝙩𝙤𝙧𝙞𝙘𝙖𝙡 𝙖𝙪 -; there are always two sides to something. from the negative side, you will see death and people mourning at funerals. however, the bright side is that it brings new life and a major change that is...