第二集。

434 77 14
                                    

Nov, 1950

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nov, 1950.

Lelaki bertubuh ramping itu masih diam di posisi berbaringnya. Ponselnya sudah ditempatkan di meja kecil terdekat. Rol kenangan tiba-tiba dengan jelas terputar begitu saja. Seakan bermimpi mengenai lelaki itu tak cukup membuatnya sedih di hari spesial ini, otaknya memutar kenangan-kenangan itu berulang kali. Air mata sudah menuruni pelipisnya sejak tadi. Menangis dalam diam berubah menjadi tangis sesengukan. Memejamkan mata, mengeluarkan lebih banyak cairan bening lagi, ia membalik tubuhnya menghadap samping dan memeluk kedua lututnya.

Sang bintang terbesar tata surya sudah merangkak naik, taat mengerjakan tugasnya memandikan bumi dengan sebongkah vitamin D. Sinarnya yang masuk melalui celah gorden studio kecil itu seakan membujuknya untuk berhenti bersedih. Pagi yang indah tak seharusnya disambut dengan tangisan pilu. Lagipula, Minghao sudah berjanji kepada lelaki itu setiap tahunnya sejak tiga tahun silam—meski hanya di dalam mimpi.

"Ya, Xu Minghao. Matahari saja dapat bertugas dengan baik tanpa bulan di sisinya. Kau juga pasti bisa, tanpa Junhui-ge bersamamu," gumamnya. Tangannya bergerak menghapus air matanya, memasang senyum kecil di wajah manisnya, lalu bangkit dari posisinya dan mulai merapikan alat melukisnya yang kemarin dibiarkan berserakan.

Alat melukisnya sudah rapi di dalam boks kecil. Satu-satunya pemuda di studio itu beranjak menuju kamar mandi. Tubuhnya diguyur selama 10 menit, wajah dan giginya dibersihkan, lalu handuk miliknya dilingkari di pinggang menutupi area tubuh bawahnya. Kedua tungkainya kembali menapak di lantai kayu studio kecilnya yang kini sudah seluruhnya dimandikan sinar mentari pagi. Sial. Minghao baru ingat gorden itu disingkapnya tadi. Bagus, Hao. Sekarang kau malah tanpa sengaja mengekspos tubuhmu.

Biasanya akan ada Junhui di sana. Berbaring di atas tikar, baru berhasil keluar dari alam mimpi. Dan ketika menotis kehadiran kekasihnya yang baru selesai membersihkan diri dan keluar dengan keadaan bertelanjang dada, ia akan sigap menutupi tirai jendela menghalangi netra-netra centil para puan gedung kos sebelah, seraya mengomeli lelaki yang lebih muda darinya itu. Sudah kubilang, pakai baju di dalam kamar mandi, jangan di luar. Bagaimana kalau kau terserang flu? Atau— atau perempuan-perempuan di sebelah sana nekat menyetubuhimu? Dan omelan itu akan berhasil dihentikan hanya dengan sebuah pelukan dan kecupan di bibir.

Aduh, Junhui lagi. Sudah, sudah, mari jalani hari dan kenang dia di malam hari.

Minghao berjalan menuju jendela, menghalangi cahaya silau matahari dengan tirai. Untunglah ini sudah melewati jam masuk kerja, sehingga tak ada puan-puan—yang dulu dikhawatirkan Junhui—yang menumpu dagu memandanginya dari seberang sana.

Lemari yang terletak di dekat jendela dihampirinya dan dibukanya. Netranya langsung tertuju pada boks berukuran sedang yang dihias sedemikian rupa. Tiga tahun sudah boks itu dibiarkan saja di sana. Minghao ingat dengan jelas hari ia menerima boks itu ditemani sekotak kue sebagai hadiahnya yang kedelapan belas tahun. Dari seseorang yang spesial untuknya.

Tampak kemeja putih berlengan panjang dan celana bahan dan suspender berwarna linen, serta topi beret cokelat pastel ketika boks itu dibuka. Tiga tahun outfit itu dibiarkan teronggok di sana. Tiga tahun pakaian itu dibiarkan tak terpakai. Pewangi milik si pemberi yang tak sengaja terselip pun masih berfungsi hingga sekarang. Tiga tahun pakaian itu dihindarinya karena selalu membangkitkan sisi emosionalnya dan membuatnya berakhir menitikkan air mata teringat dengan lelaki itu, juga kejadian pada hari itu.

©munwaves, 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©munwaves, 2020

black rose [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang