RACUN!

7.5K 469 68
                                    

Suatu sore di kedai chili.

Satu pemuda tampak tertawa cekikikan dengan tangan menutup bibir, sementara pemuda yang di sebelahnya berdiri dengan menggebrak meja.

"Argh! Apa yang kau masukkan ini wei wuxian!" Jiang cheng mengamuk dengan muka memerah.

"Tentu saja cabai! Kau pikir aku memasukkan tomat dalam menu ceker setanku ini." Sungut wei wuxian dengan wajah konyolnya yang tampak puas akan karya terbarunya.

"Hahh! Aku tau kau suka makanan pedas, tapi apa ini namanya bukan meracuni pembeli! Aku minta air," raung Jiang Cheng dengan mata berair.

"Cih! Baru kumasukkan lima puluh cabai saja sudah seperti orang akan melahirkan, tunggu di sini. Aku akan mengambilkan air, air mendidih, hahahhaaaa." Wei Wuxian tertawa seperti orang kesurupan.

"Kau!"

Kecintaan wei wuxian pada rasa pedas memang tidak bisa ditoleransi lagi, mungkin ini salah satu alasan untuk membuka kedai kecil-kecilan tidak jauh dari rumahnya.

Tinggal sendiri bukan berarti dia bisa bersantai-santai hanya dengan mengandalkan uang pensiunan orang tuanya. Mengingat orang tuanya merupakan mantan dosen dari universitas cukup terkenal di kota Yiling, maka setiap bulan Wei Wuxian mendapatkan uang tersebut dan mencoba membuka bisnis makanan kecil-kecilan yang dibukanya belum lama ini.

"Ini minumlah Jiang Cheng, aku sengaja tidak menambahkan es. karena jika kau minum es setelah makan pedas maka rasa pedasnya akan malah bertambah. Lebih baik jika kau minum air mendidih, haahahhaa. Tidak-tidak, ini minumlah teh hangatmu," ucap Wei Wuxian yang segera disambut oleh Jiang Cheng dengan meninggalkan Wei Wuxian yang masih sibuk tertawa dengan memukul-mukul pahanya

Kedai itu buka setiap hari mulai jam sepuluh pagi sampai jam tujuh malam. Alasannya karena Wei Wuxian hanya punya satu pekerja laki-laki yang tidak mungkin dia pekerjakan selama dua puluh empat jam. Namun, dia bersyukur masih ada orang yang mau mendaftar kerja di kedainya meski dengan gaji yang tidak terlalu besar.

"Wen ning." Panggil Wei Wuxian.

"Ya, bos Wei," jawab si pekerja.

"Aiyo, berhentilah memanggilku bos. Aku sedikit risih dengan panggilanmu itu, Wen Ning. Panggil saja dengan namaku ya," pinta Wei Wuxian dengan tersenyum manis.

Yang ditanya langsung menggeleng cepat. "T-tidak bos, Wei. Anda adalah bos saya, mana mungkin saya memanggil anda seperti itu," jawab Wen Ning sembari mengusap keringat yang ada di tangannya.

"Hmmm. Kau masih saja gugup seperti itu, padahal kau sudah mengenalku selama tiga bulan ini. Hei, Wen Ning? Apa aku terlihat seperti orang yang jahat bagimu? Cihh padahal aku orangnya tampan kan?" tanya Wei Wuxian dengan menggerak-gerakkan alisnya.

"Anda sangat tampan. Mungkin anda adalah pria tertampan di kedai ini." Wen Ning menjawab dengan malu-malu.

Mendengar jawaban itu sontak membuat Wei Wuxian melongo dan tertawa sambil memegang perutnya. "Pffft, hahahaa, kau ... Kau sangat jujur Wen Ning. Inilah yang membuatku menyukai teman sepertimu. Dengar, Wen ning. Kita ini sama-sama pria kau juga tampan, sungguh! Tapi setelah aku tentunya hahaahaa."


Dengan menundukkan pandangan pada lantai sambil menghela napas dengan berat, lalu kembali menatap pada yang mengajak bicara dengan senyum yang dipaksakan. "Teman? Yah tentu saja, Bos. Kita hanya teman."

Tepat pada saat Wei Wuxian akan menjawab ucapan pekerjanya, suara bel berdering

Kring kring.

Menandakan seseorang masuk dan segera disambut dengan ramah oleh keduanya dengan menoleh ke arah pintu sambil membungkukkan badan sekedar mengucapkan selamat datang.
"Silahkan masuk."

Pelanggan itu sungguh tampan. Sungguh teramat tampan sampai membuat Wei Wuxian dan Wen Ning melupakan daftar menunya untuk diberikan pada orang itu.

"Apa aku bisa melihat daftar menunya?" tanya pemuda itu.

"Apa aku bisa melihat daftar menunya?" tanya pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CHILI AND COFFEE ✓ || BOOK 1 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang