OO1

822 96 19
                                    

Gangnam, 11 - 10 - 20
17.45 kst

Langit kota nampak lebih redup dari biasanya. Semilir angin yang tidak terlalu dingin membuat suhu kota Gangnam, Korea Selatan terasa hangat di musim semi ini. Orang-orang berlalu lalang di sekitar jalanan kota. Ada yang bekerja, bersekolah adapun yang senantiasa mencari uang dengan cara menjual barang asongan.

Satu gelas kopi hangat dengan satu potong tiramisu cake, menjadi teman seorang pemuda berusia 15 tahun yang kini tengah memandang kearah luar cafe bertajuk 'infinity cafe'.

Yang Jungwon namanya. Pemuda dengan paras sempurna bak pahatan patung yunani juga kedua lesung pipi yang membuat tampilannya semakin menarik di mata kaum hawa.

Kopi hangat tersebut ia seduh tanpa minat. Pahit. Hambar. Seketika, beberapa pertanyaan muncul dalam benaknya. Kapan dirinya terakhir meminum kopi dengan rasa pahit seperti ini?

Atau yang lebih membuat dirinya bingung, kapan tepatnya ia mulai senang meminum minuman berkafein tinggi ini? Seingatnya, ia tidak menyukai kopi dan cenderung lebih menikmati susu. Entahlah, pikirannya sedang malas untuk di suruh mengingat kapan dan dimana ia mulai menikmati kopi sebagai teman dari kesendiriannya.

Rintik hujan mulai turun. Jungwon tidak membawa payung ataupun jas hujan dari rumah. Ia hanya membawa tas punggung yang berisi buku-buku pelajaran juga seragam serta atribut sekolah yang kini ia kenakan.

Ini sudah larut sore, namun dirinya masih belum kunjung untuk pulang. Tidak ada niatan untuk sekedar memberi kabar pada sang ibu yang sudah beberapa kali mencoba menghubunginya.

Tahun ini terasa berat, dan jungwon membutuhkan waktu untuk sendiri sembari merenungkan apa saja yang telah ia lakukan dua tahun kebelakang hingga membuat dirinya harus terjebak dalam kerasnya kehidupan yang kini ia jalani.

Alunan musik cafe membuat pikirannya semakin larut, tidak ada satupun waiters yang berani mengusik pemuda berdarah korea tersebut atau sekedar menyuruh jungwon untuk pulang karena cafe sudah mulai sepi sekarang.

Kini hanya tinggal tersisa tiramisu cake yang masih utuh tanpa tersentuh sama sekali. Namun jungwon masih belum berniat untuk meninggalkan cafe yang terkenal karena kopi buatan mereka.

Satu suapan berhasil di konsumsi oleh jungwon. Manis. Ia menyukainya.

Waktu terus berjalan dengan cepat, hingga dirinya tersadar, dua menit yang lalu adalah telfon terakhir dari sang ibu yang terus-menerus menghubunginya sejak ia keluar dari area sekolah. Segera ia habiskan kue tiramisu yang masih tersisa satu perempat lagi, setelahnya ia pergi menerobos hujan.

Tidak peduli bahwasanya esok hari, ia bisa saja sakit karena terguyur hujan. Toh, besok adalah hari sabtu. Tidak ada jadwal sekolah dan itu berarti, dirinya bisa beristirahat seharian di dalam rumah.

...

"Mama selalu bilang sama kamu untuk selalu pulang tepat waktu, sayang. Mama juga selalu bilang jangan pernah non-aktifin ponsel kamu. Sekarang, kamu tau kan gimana resikonya?"

Jungwon mengangguk pelan. Tepat dua jam sebelumnya, ia di marahi habis-habisan oleh sang ayah karena melewati kursus dan malah berdiam di cafe sore tadi. Satu tamparan menjadi sambutan hangat dari sang ayah untuk jungwon.

Sang ibu yang mendekat dan berusaha untuk menenangkan sang ayah juga sang anak yang sempat terlihat tertekan saat sang ayah yang tiba-tiba saja menamparnya.

"Badan kamu basah, sekarang kamu mandi. Mama siapin makan malem buat kamu."

Jungwon menurut dan pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai dua dari rumah kediaman keluarga Yang.

Helaan nafas menjadi hal pertama yang keluar dari jungwon saat dirinya memasuki kamar bernuansa hitam putih tersebut.

Pandangan lirih tertuju pada bingkai foto yang tersimpan di depan ranjang miliknya. Senyuman tipis terukir pada wajahnya. Ya, hanya ini yang bisa membuatnya tenang.

Foto seorang gadis manis yang tengah tersenyum lebar bersama seorang pria seusianya yang merangkul pundak sang gadis.

"kita bertemu pada tahun 2018, lalu setelahnya aku pergi dan meninggalkanmu disini. dan di tahun 2020 ini, kita pasti akan bertemu kembali, aku akan menemukanmu, meskipun dalam kondisi hati yang jelas berbeda"

- jungwon 2020

— tbc .

octoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang