OO9

175 41 0
                                    

Gangnam 20 - 10 - 20
19.05 kst

Rengkuhan hangat kini menjadi salam perpisahan bagi hyunseo dan jungwon.

Jungwon sadar, hati tidak bisa di paksakan, begitu juga dengan ego yang harus ia tahan. Tangisan masih terus berlanjut meskipun sang lawan bicara tetap diam tanpa menunjukan ekspresi apapun. Yang jungwon inginkan hanya satu, kesempatan kedua. Yang jelas ia yakini sulit untuk mendapatkan kesempatan kedua disaat ia menyia-nyiakan kesempatan pertama.

"Jungwon, dengarkan aku."

Pelukan itu di lepas, tatapan matanya lurus dan serius seakan hanya inilah kesempatannya untuk mengatakan apa yang harus ia katakan pada pemuda di hadapannya.

"Kau tau bukan? Kita pernah berjanji untuk saling menjaga satu sama lain dan tidak mengecewakan pihak lawan. Dan kini, semuanya sirna. Aku tidak akan menyalahkanmu, ini bukan murni kesalahanmu. Jika saja sejak awal aku bisa mengubur perasaanku sendiri, kita tidak akan berakhir seperti ini.

Dua kemungkinan yang kini bersarang di kepalaku sekarang. Kesempatan kedua atau menolak untuk jatuh pada lubang yang sama. Aku mengerti, aku tau jelas bagaimana dirimu sebenarnya. Aku tau bukan ini yang kau inginkan sejak dulu. Tapi maaf, aku tidak bisa."

Runtuh sudah apa yang selama ini jungwon harapkan. Berusaha untuk memberikan sebuah senyuman, namun terlalu menyakitkan untuk sekedar berbagi senyuman pada pihak yang jelas menolak dirinya untuk melakukan kesempatan kedua.

"Jujur, perasaan ini masih ada, tapi aku tidak ingin egois. Kau tau jika sebuah hubungan akan berjalan lebih baik jika saja tidak ada pihak yang mementingkan egonya di banding hatinya. Aku yakin kau bisa mencari teman bahkan pendamping yang lebih baik di banding diriku, jungwon. Kau lelaki yang baik, aku tau masih banyak yang mau menunggu untuk menjadi penggantiku.

Aku sudah memaafkanmu, sungguh. Sejak aku memutuskan untuk pergi, aku sudah memaafkanmu dan mencoba untuk menjalani semuanya. Sikapku mungkin berbanding terbalik di banding sebelumnya, tapi ini bukan karenamu. Aku yang sengaja mengubahnya karena aku tidak ingin jika aku melakukan kesalahan yang sama.

Aku mengerti, sulit bagimu untuk beradaptasi dengan orang lain dikala dirimu sendiri masih menginginkan orang lain. Tapi cobalah untuk melihat sekitarmu, jungwon. Bukan hanya aku yang bisa kau jadikan teman baikmu, aku yakin masih ada banyak orang yang mau menjadi teman mu disini. Okay?"

Jungwon menghapus air matanya dan mengangguk setelahnya. Tangannya sedikit bergetar, berusaha agar tangisannya tidak pecah saat ini juga. Ini menyesakan, jungwon benar-benar akan marah pada dirinya sendiri setelah ini.

"Jungwon yang ku kenal tidak pernah menangis seperti ini sebelumnya. Berhenti menangis, ini sudah larut. Kau tau sendiri jika orang tuamu tidak suka jika putranya pulang terlalu larut."

Senyuman itu kini muncul. Dan jungwon hanya membalas dengan senyuman pahit saat sadar, ini waktunya ia untuk meninggalkan dan melupakan sosok gadis manis di hadapannya ini.

"Tapi.. Kita tetap berteman, bukan? Meskipun kini aku harus benar-benar pergi darimu?"

"Tentu, aku tidak keberatan jika saja kita akan tetap berteman."

Jungwon mengangguk. Ini cukup baginya. Takdir memberinya hukuman yang setimpal, dan kini ialah yang harus merasakan sakit. Sebuah senyuman miris serta ucapan pamit menjadi hal terakhir yang di lakukan jungwon sebelum benar-benar meninggalkan sosok gadis yang telak membuatnya jatuh serta runtuh dalam satu waktu.

"Baiklah, aku pergi. Maaf untuk semuanya. Jaga dirimu baik-baik, aku tidak ingin berlian yang ku miliki retak. Kabari aku jika kau benar-benar membutuhkan sandaran atau bantuan. Aku pulang, jangan pulang terlalu larut, hyunseo."

Keduanya kuat. Keduanya datang disaat takdir tidak menginginkan keduanya bersama. Keduanya kini merasakan hal yang sama, sama-sama tidak ingin kehilangan satu sama lain. Namun apa boleh buat? Ini yang sudah seharusnya terjadi.

"Ini menyakitkan. Aku mulai paham sekarang mengapa kita tidak di takdirkan untuk bersama. Kau bahkan nampak jauh lebih menerima kenyataan bahwa kita tidak dapat bersama di bandingkan diriku yang mati-matian menahan tangis saat harus merelakanmu pergi dari hadapanku.

Begini ternyata rasanya di tinggalkan. Maaf. Ini saatnya kau untuk beristirahat sekarang, melupakanku dan beristirahat setelah berjuang terlebih dahulu meskipun hasilnya, aku malah membuatmu kecewa. Dan kini, saatnya aku yang berkorban. Selama kau bahagia, aku tidak masalah

tetap tersenyum lebar meskipun seberat apapun itu masalah yang harus kau hadapi, sayang"

- jungwon 2020

— tbc .

octoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang