"Tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata, aku harus segera menemukan buktinya. Aku tidak tahan jika harus tinggal bersama pria psycho itu" ucap Keisha penuh semangat.Dia memoles lipstick berwarna peach di bibirnya.
"Bye.. Pria menyebalkan"
Keisha melangkah pergi meninggalkan rumah Cakra.
***
"Hmm lelah sekali, dasar bodoh! Tau gitu tadi aku tak menolak untuk diantar Paman Dimas" keluhnya.
Keisha terus berjalan menuju rumahnya, namun di tepi jalan dia melihat Sean, pria yang sangat dicintainya.
Matanya berbinar, dia melambaikan tangannya namun niatnya untuk berteriak dia urungkan.
Keisha kemudian memutar tubuhnya. Dia kembali melanjutkan langkahnya.
"Keisha"
Keisha menghentikan langkahnya, suara itu tak asing untuknya. Dia memejamkan mata dan mengatur nafasnya.
"Ya"
Pria itu berjalan dan berhenti di hadapan Keisha.
"Kau baik-baik saja?"
"Hm ya"
"Kenapa kau kelihatan lelah sekali? Apa yang terjadi?"
"Bukan urusanmu, Sean"
Pria itu tersenyum, dia berlari untuk mengambil sesuatu di dalam mobilnya.
"Ini untukmu" ucapnya sambil memberikan undangan pernikahan kepada Keisha.
Hati Keisha terasa pilu, matanya berkaca-kaca.
Dia hancur, tapi dia berusaha untuk mengendalikan emosinya.
"Minggu depan aku dan Regina akan menikah, kau bisa datang, kan?"
Keisha mengangguk.
"Dia adikku, mana mungkin aku tidak datang"
"Oke.. Aku pergi dulu, bye"
Sean tersenyum manis lalu berlalu begitu saja.
TESS.. TESS.. TES..
Butiran bening itu tak mampu lagi untuk dibendungnya.
Keisha meluapkan rasa sakit di dalam hatinya.
'Kenapa semua menjadi seperti ini? Kenapa kau malah menikah dengan adikku? Apa kau memang sudah benar-benar melupakanku, Sean?' lirihnya.
***
"Ahh nyaman sekali"
Keisha merebahkan tubuhnya di kasur dan memeluk boneka beruang besarnya.
"Walaupun tempat ini kecil tapi terasa sangat nyaman, daripada di rumah si pyscho itu"
Keisha terbangun dan langsung ingat sesuatu.
"Astaga, aku hampir saja melupakannya. Aku harus mencari tau keberadaan Airin. Dia kan bersamaku pada saat pesta di kapal pesiar itu, dia pasti bisa membuktikan jika aku tidak bersalah"
Keisha mengambil buku kenangan sekolahnya, matanya memburu untuk mencari nama Airin.
"Nah.. Ini dia"
Tangannya dengan lihai memencet angka di ponselnya.
"Ahh sial, kenapa nomornya sudah tidak aktif" kesalnya.
Keisha kembali merebahkan tubuhnya, dia mengacak-acak rambutnya.
"Jika sudah begini lalu bagaimana lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho
FanfictionKeisha Putri, penulis novel kurang terkenal meskipun sudah banyak karya yang dia buat tapi tak membuatnya menjadi terkenal. Hidupnya berjalan mulus hingga si pengusik Cakrawala Dirgantara datang secara tiba-tiba menanyakan keberadaan anaknya. Janga...