Ingkar

92 16 6
                                    


"Undangan pernikahan? Siapa yang mengirimnya?" tanya Cakra kepada Paman Dimas.

"Perusahaan Prawira Group"

"Prawira Group? Aku belum pernah mendengarnya, apa kita pernah berhubungan dengan perusahaannya?"

"Belum pernah tuan muda"

"Hmm baiklah, jika begitu buang saja undangannya ke tempat sampah. Kita tidak akan datang kesana, buang-buang waktu saja"

***

"Hallo ma"

"Keisha, akhirnya kau menjawab teleponku"

"Ya ma katakan, ada apa?"

"Keisha besok adalah hari pernikahan adikmu dengan Sean, kau bisa menyempatkan diri untuk datang, kan?"

"Ya ma, aku usahakan"

"Kei.. Disana akan banyak wartawan yang meliput, jika kau tidak hadir pasti media akan membuat statement yang tidak sesuai, ibu tidak mau tau bagaimana pun juga kau harus datang demi reputasi keluarga kita"

Keisha menghela nafasnya.

'Ternyata mereka mengharapkanku datang hanya untuk menjaga reputasi keluarga mereka'

"Baiklah, aku akan datang"

"Ahh terimakasih Kei, Regina pasti akan senang saat mendengar kau akan datang ke pernikahannya"

Sambungan telepon itu terputus.

Keisha duduk murung di tepi ranjangnya, matanya terasa perih.

Dia berusaha untuk mengendalikan emosinya. Namun sial, airmatanya jatuh tak hisa tertahankan.

"Hiks.. Hiks.. Hiks"

"Kei.. Makan malam sudah siap" teriak Cakra.

Namun Keisha tak menghiraukan, dia malah semakin sedih.

Cakra menaikkan sebelah alisnya, dia benar-benar bingung dengan sikap Keisha.

"Kau kenapa?" tanyanya sambil mendekat.

Keisha tak menjawab, dia terus memeluk erat gulingnya.

Sorot mata Cakra tertuju pada sebuah undangan yg terletak di nakas. Tanpa pikir panjang ia langsung mengambilnya.

"Sepertinya aku pernah melihat undangan yang seperti ini sebelumnya"

"Itu undangan pernikahan adikku" ucap Keisha di tengah isak tangisnya.

"Adikmu?"

Keisha mengangguk.

"Jika dia memang adikmu kenapa kau menangis saat mendapatkan undangan pernikahannya? Bukankah harusnya kau merasa senang?"

Keisha yang masih sesenggukkan langsung mengusap airmatanya. Ada benarnya juga perkataannya Cakra, untuk apa dia menangis sesuatu yang tidak akan pernah lagi kembali kepadanya.

"Aku benar, kan?"

Keisha mengangguk.

"Kapan pestanya? Dan apa kau akan datang kesana?"

"Tentu, karena itu adalah pesta pernikahan adikku"

"Kalau begitu biar aku ikut pergi untuk menemanimu"

"Eh tidak perlu, kau pasti sangat sibuk dengan pekerjaanmu kan?"

Cakra melotot.

"Kenapa kau tidak suka aku ikut bersamamu?" teriak Cakra.

PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang