Miss You

80 14 0
                                    


"Kei, kenapa kau tak pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi janin yang ada di dalam perutmu?" omel Selly.

Keisha bersikap acuh, dia terus mengetik di laptop.

"Hei Keisha aku sedang bicara padamu" teriak Selly.

"Ya Selly tak usah teriak seperti itu aku juga sudah dengar"

"Lalu kapan?"

"Apanya?"

"Kei, kau benar-benar—"

"Hmmm"

Keisha menutup kasar laptotnya, matanya menoleh ke balkon kamar dan menatap langit pekat.

"Hmm apa aku gugurkan saja bayi ini ya?"

"What? Kau sudah gila? Bayi ini tidak bersalah, Kei"

"Aku tau"

"Jangan berbuat hal gila yang akan merugikan dirimu sendiri, Kei. Ini sangat beresiko dan lagi pula bayi yang ada di dalam kandunganmu berhak untuk hidup"

"Tapi dia tak memiliki ayah, bagaimana aku bisa menjawab pertanyaannya nanti?"

"Kei"

Selly memeluk erat tubuh Keisha, airmata Keisha tumpah tak lagi dapat dibendung.

Dadanya terasa sangat sesak dan sakit.

Apa ini yang namanya karma?

Dulu dia mengelak di depan Cakra dan mengatakan jika dia bukan wanita yang telah melahirkan anaknya.

Tapi kini, dia dalam rahimnya ada darah daging Cakra.

"Kenapa kau tak coba untuk menemui Cakra dan mengatakan yang sebenarnya?"

Keisha melepaskan pelukan dan menundukkan kepalanya.

"Hmm tidak. Aku tak ingin bertemu lagi dengannya"

"Tapi Kei—"

"Aku bisa membesarkannya sendiri, kau tenang saja"

***

"Cakra, kau tidak makan malam nak?"

Cakra yang sedang sibuk mengetik materi di meeting hanya menggeleng tanpa menoleh.

"Hei tinggalkan dulu ini, kau makan saja dulu dan lanjutkan ini nanti"

Ibu Cakra menarik lengan putranya untuk mengikutinya.

"Mom, aku tidak lapar"

"Ayo kau pasti akan senang"

Cakra mengikuti dengan langkah yang malas. Dan setelah tiba di ruang makan dia membuang wajahnya saat melihat ayah beserta Airin disana.

"Mom, kenapa ada mereka?" tanya Cakra ketus.

Ibu Cakra melirik mereka dan tersenyum.

"Cakra, kita keluarga jadi untuk apa kau menanyakan hal ini"

"Keluarga?"

Cakra berdecih di dalam hati.

"Mom, aku tak ingin berhubungan dengan dua pengkhianat seperti mereka"

"Cakra" bentak ibunya.

Ayahnya yang geram langsung pergi sementara Airin hanya menundukkan kepalanya.

"Jaga bicaramu Cakra, dia itu ayahmu"

"Mom, dia itu sudah mengkhianatimu untuk apa kau masih menerimanya? Apa kau tak ingat sepuluh tahun dia mencampakkan kita lalu setelah dia ditinggalkan oleh istri mudanya dia kembali lagi kesini? Aku tidak bisa menerimanya mom!"

PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang