Relationship

118 13 0
                                    


"Mereka telah melewati masa kritisnya" ucap dokter kepada Selly.

"Syukurlah"

"Tapi ada hal yang harus aku sampaikan, bayinya tak bisa diselamatkan. Kemungkinan nona Keisha sebelum terjatuh ke lantai tubuhnya terbentur dan mengenai perutnya karena itu terjadi pendarahan yang cukup hebat. Untung saja kau membawanya tepat waktu karena jika tidak kemungkinan buruk bisa terjadi"

Mata Selly berkaca-kaca, dia tak tau harus bagaimana menyampaikan berita buruk ini.

"Tapi bagaimana kondisi dari Cakra dan Keisha, apa mereka sudah membaik?"

"Kondisi tubuh mereka sudah stabil, setelah mereka dipindahkan ke kamar inap kau bisa menemuinya"

"Terimakasih dok"

***

"Hiks.. Hiks.. Aku pembunuh, hiks" isak Keisha setelah mendengar penjelasan Selly.

"Hei Kei, jangan bicara seperti itu. Ini kecelakaan Kei, bukan karenamu. Berhenti untuk menyalahkan dirimu"

"Tidak Selly, ini semua salahku. Jika aku tidak ceroboh ini semua pasti tidak akan pernah terjadi. Aku telah membunuhnya, aku kehilangan bayiku. Hiks"

"Kei, kau tenanglah. Kau istirahat yah tubuhmu masih lemah, Kei"

"Tidak Sel, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri. Aku pembunuh, aku telah membunuhnya. Hiks"

"Siapa yang telah kau bunuh?" tanya Cakra dengan lantang.

Dia menatap lekat ke arah Keisha dan mengayuh kursi roda menggunakan tangannya untuk menghampiri Keisha.

"Cakra" ucapnya pelan.

"Ya, ini aku? Apa kau sudah melupakanku?"

Selly yang mengerti tentang situasi ini lalu pergi menjauh, setidaknya untuk memberi ruang kepada mereka menyelesaikan kesalahpahaman selama ini.

"Cakra, kau disini?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Kei, tadi kau bilang kau adalah seorang pembunuh? Dan bayi? Bayi siapa yang kau bunuh?"

Keisha menundukkan kepalanya, dia terisak.

"Hiks, maafkan aku, Kra. Bayimu sudah tiada"

DEGH

Rasa sesak di dalam dadanya membuatnya sangat sakit, apa maksud semua ini?

Anak?

Bukankah gadis ini dulu menolak mengaku jika dia telah mengandung anak Cakra?

"Anak? Anak siapa yang kau maksud?"

"Aku sempat mengandung anakmu, setelah hubungan kita berakhir"

Cakra semakin membulatkan matanya, tangannya mencengkram lengan Keisha.

"Kei, apa maksudmu? Jadi kau meninggalkanku saat kau sedang mengandung anakku?"

Keisha mengangguk.

"Ya"

Cakra terdiam, dia melepaskan cengkramannya. Dia mengusap wajah dan menutup dengan telapak tangannya. Menghela nafasnya pelan, hingga terdengar suara isakan dari bibirnya.

Keisha menoleh, tak pernah dia bayangkan jika seorang Cakrawala Dirgantara bisa menangis di depannya.

"Cakra, maafkan aku" isaknya.

Cakra menggertakkan giginya, mengencangkan rahang lalu mendongakkan kepalanya.

Mata elangnya kini berwarna merah dan berkaca-kaca. Keisha yang tak kuasa menahan kesedihannya langsung menubruk tubuh Cakra.

PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang