"Paman Dimas, kau bilang meetingnya akan segera dimulai, kan? Ayo kita pergi" ucap Cakra sambil berlalu pergi.
Keisha masih terdiam, dia tak menyangka Cakra tak peduli kepadanya.
Selly yang menyadari kesedihan sahabatnya dengan cepat membantunya untuk berdiri.
"Kei, ayo kita pergi dari sini"
Keisha mengangguk lemah.
Selly mengelus pipi Keisha untuk menenangkannya.
"Ya sudah tak usah dipikirkan"
***
"Tuan muda, tadi itu bukankah nona Keisha? Kenapa anda tak membantunya?"
Cakra menghela nafasnya.
"Diantara kita tidak ada hubungan apapun lagi, jadi untuk apa aku harus peduli kepadanya?"
"Kenapa kau tak melakukannya untuk kemanusiaan?"
"Hmm kau lihat kan tadi ada temannya yang membantu. Jadi aku tak perlu lagi membantunya, kan?"
Dimas terpaksa mengangguk karena percuma berdebat dengan Cakra ia tak akan menang.
***
"Kei, apa kata dokter tadi? Keadaan janinmu baik-baik saja, kan?"
Keisha mengangguk.
"Syukurlah, semoga kelak setelah dia lahir dia akan membuatmu selalu bahagia"
"Ya"
Keisha melamun, mengingat kejadian siang tadi. Reaksi Cakra benar-benar di luar ekspektasinya biasanya pria itu akan mendominasi Keisha dalam hal apapun tapi yang tadi siang terlihat dari pria itu hanyalah ekspresi dingin dan acuh. Bahkan dia terkesan mengalihkan pandangan dan tak ingin melihat.
"Harusnya tadi kau jelaskan kepada Cakra jika calon penerusnya ada di dalam rahimmu"
"Bagaimana aku mau menjelaskan sementara dia malah menjauh?"
Selly memeluk tubuh Keisha.
"Aku yakin Tuhan pasti akan mempersatukan kalian kembali. Semoga kesalahpahaman antara kau dan Cakra secepatnya terselesaikan"
Airmata Keisha mengalir dadanya terasa sesak kala mengingat kejadian itu.
***
"Jadi dia menulis tentangku di novelnya ini, ckck. Bahkan novelnya kini menjadi novel best seller. Sebuah pencapaian yang luar biasa, setelah lepas dari belengguku dia semakin bahagia nampaknya"
TOK.. TOK..
Cakra menoleh, ibunya datang dengan senyuman yang hangat.
"Cakra, ayo turun nak. Makan malamnya sudah siap"
"Apa pria pengkhianat itu ada di bawah?" tanya Cakra dingin.
"Cakra, dia itu ayahmu"
"Tapi dia pengkhianat mom, apa kau lupa?"
Ibu Cakra menghembuskan nafas dan mengelus lembut pipi putra kesayangannya itu.
"Cakra, dengarkan aku. Saat kau mencintai seseorang mau seberapa banyak kesalahan yang orang itu lakukan kepadamu dia pasti akan tetap terus memaafkannya. Kau tau karena apa?"
Cakra menggeleng.
Ibunya menyentuh dada bidang Cakra.
"Hati?" tanya Cakra.
"Cinta, selama kau masih mencintai orang itu mau beribu kali dia berbuat salah kau pasti akan tetap selalu memaafkannya"
"Itu namanya bodoh mom, mana ada cinta seperti itu" ketus Cakra.
"Aku tau kau pasti paham tentang hal ini, kan? Buktinya kata Dimas kau pernah mengajak seorang gadis untuk tinggal disini. Jika bukan karena cinta, lalu karena alasan apa? Kau dapat memberiku jawabannya?"
Cakra menghembuskan nafasnya berat.
"Tadi mom mengajakku untuk makan, kan? Ayo kita makan" ucap Cakra untuk mengalihkan pembicaraan.
"Hmm dasar anak nakal (mengacak-acak rambut Cakra) seperti apa gadis itu? Apa dia sangat cantik sampai kau bisa berpaling dari Airin?" goda ibunya.
"Mom, hentikan"
Ibu Cakra terkekeh.
"Kau ini benar-benar lucu. Kapan-kapan ajak dia kesini yah, ibu penasaran seperti apa gadis yang telah merebut hatimu"
"Mom"
***
"Kei, kau masih tidur? Apa kau tak mau bekerja?" tanya Selly.
Namun tak ada jawaban dari Keisha.
Selly telah selesai bersiap, dia menghampiri Keisha.
"Hei Kei, kau ini malas sekali. Ayo kita berangkat, sudah hampir terlambat nih?"
Selly kesal karena tak ada jawaban dari Keisha. Karena kesal dia terus mengetuk kamar Keisha dengan sangat kencang.
"Kei, hei.. Kau kenapa Keisha? Buka pintunya?" teriak Selly.
Selly panik, dia mengusap wajahnya kasar.
"Ahh bagaimana ini?"
Selly berlari ke bawah untuk mengambil kunci cadangan, nafasnya semakin tak beraturan dia sangat panik tidak biasanya Keisha bangun siang seperti ini.
KREEKK
"Astaga Keisha" teriak Selly.
Dia membulatkan matanya saat melihat tubuh Keisha yang tergeletak di bawah dengan darah yang mengering di sela kakinya.
"Keisha.. Kau kenapa? Kei, hei bangun" teriak Selly.
***
PRAAANNNGGG.
"Eh Cakra, hati-hati. Kau kenapa, nak? Kenapa kau tiba-tiba melamun?" tanya ibunya bingung.
Cakra menggeleng dan beranjak.
"Mom, Cakra berangkat ke kantor dulu"
"Hei Cakra, kenapa buru-buru. Kau belum menghabiskan sarapanmu nak" teriak ibunya.
Cakra berlari menuju mobilnya, dia mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Entah mengapa hatinya terus merasa gelisah dan tak tenang. Bayangan wajah Keisha terus terngiang di dalam benaknya.
"Ahh kenapa harus Keisha dan Keisha. Aku bisa gila" teriak Cakra.
Cakra terus mengebut tak memperdulikan umpatan para pengemudi lain di jalan. Dia mengendari mobilnya dengan kecepatan maksimal hingga saat mobil ambulance melaju sangat kencang membuat Cakra panik, dia kehilangan kendali dan membanting stirnya.
"Aaaaaaa" teriaknya.
Mobil Cakra menabrak trotoar jalan, kepalanya terbentur cukup keras hingga darah mengalir dari pelipis dan juga kepalanya.
Petugas ambulance langsung menyelamatkannya dan membawa dia ke mobil ambulance.
"Eh pak, selamatkan dulu temanku"
"Ya nona, tapi pria ini juga harus diselamatkan"
Selly menutup mulutnya saat petugas yang lain membawa Keisha yang sudah berlumuran darah dengan tandu.
"Cakra" ucapnya pelan.
"Nona, kau mengenalnya?"
Selly mengangguk.
"Pak, cepat bawa mereka ke rumah sakit"
Petugas itu langsung menjalankan mobilnya.
Sepanjang perjalanan Selly terus melihat Keisha dan Cakra secara bergantian.
"Apa ini yang dinamakan cinta sejati hingga kalian harus terluka dalam waktu yang bersamaan?" ucapnya pelan.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho
FanfictionKeisha Putri, penulis novel kurang terkenal meskipun sudah banyak karya yang dia buat tapi tak membuatnya menjadi terkenal. Hidupnya berjalan mulus hingga si pengusik Cakrawala Dirgantara datang secara tiba-tiba menanyakan keberadaan anaknya. Janga...