Author pov
Fukuzawa memasuki kamar hotelnya. Ia merasa sangat kelelahan dengan rapat kali ini dan ingin secepatnya kembali ke Yokohama. Ia mengurungkan niatnya untuk tidur saat tahu pekerjaannya masih menumpuk. Kertas laporannya telah dikirim tadi siang oleh asistennya dan kini menunggu persetujuannya. Fukuzawa duduk dikursi dan mulai meneliti kertas kertas laporan.Angin berhembus kencang membawa dingin yang sangat menusuk tulang. Menyadari ada yang tak beres , Fukuzawa membuka jendela kamar hotelnya. Seketika angin kencang dan salju masuk keruangan hotel.
"Ini adalah kekuatan supranatural" gumamnya lirih sambil mengambil katananya kembali dan segera berlari meninggalkan hotel untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
Saat keluar dari hotel , hawa dingin dan angin langsung menyerangnya. Pandangan matanya tertutupi , walau begitu ia tahu pusat dari badai salju dadakan ini pasti dari mata badai yang kini tak jauh dari tempatnya berdiri. Fukuzawa berlari menuju mata badai. Disepanjang jalan ia mendengar jeritan para pengguna mobil yang memberhentikan mobilnya mendadak karena badai salju dadakan. Mereka pasti sangat ketakutan , aku harus menghentikannya dengan cepat' pikir Fukuzawa.
Ia berbelok kesebuah gang tepat di mata badai itu. Walau salju menutupi matanya dan dingin memecah konsentrasinya ia masih bisa melihat gadis muda yang menanggis sambil memeluk anak kecil yang sedang terluka.
Author POV end
"CEPAT BUNUH AKU!! HENTIKAN KEKUATANKU!! KALAU TIDAK NYAWA GADIS KECIL INI BISA MENGHILANG!!!" jeritku pada sosok yang mendekat padaku. Aku melihat lagi wajah anak kecil yang dipelukanku. Mulutnya mengeluarkan darah, napasnya memburu cepat. Darah tak kunjung berhenti dari lukanya yang besar. Sebuah pisau dapur menancap diparu paru anak itu.
Sementara Fukuzawa yang mendengarkan teriakanku langsung mengerti situasinya. Ia menarik cepat katananya dan melakukan satu tebasan cepat. Namun ada sesuatu yang menghentikan gerakannya menebas. Sebuah bola pelindung putih menghalangi jalan tebasannya membunuhku. Membutuhkan waktu lama agar bisa menghancurkan bola pelindung teransparan. Sementara itu badai ini semakin lebat dan nyawa anak kecil yang dipelukkan ku takkan bisa diselamatkan.
"Onee-san , terima kasih telah menyelamatkanku..... Saljumu.... Benar benar.... Indah.. Kapan kapan ... Turunkan.... Salju... Untuk.... Ku... Lagi .... Ya...." Setelah mengatakan itu gadis kecil dalam pelukanku menutup matanya rapat. Aku menatapnya tak percaya. Tangannya dingin , napasnya tak lagi terasa. Ini semua karenaku aku tak bisa menyelamatkannya dan malah membunuhnya dengan kekuatanku.
Salju diselilingku meredup , menyisakan hujan salju yang sunyi. Butiran butiran es turun perlahan seperti sedang menangis , tampak sedih. Hujan salju itu seolah sedang menggambarkan suasana hatiku.
"KENAPA KAU TAK LANGSUNG MEMBUNUHKU?!!!! KALAU SAJA KAU LANGSUNG MEMBUNUHKU KEKUATANKU TAKKAN MEMBUNUHNYA!!!!" aku berteriak marah pada sosok didepanku. Sosok yang memakai baju tradisional dan memiliki rambut silver serta katana dipinggangnya. Dia hanya diam saja mendengar perkataanku.
"Kalau saja kau membunuhku.... Dia... Mungkin ....." kataku putus asa. Sebenarnya aku tahu ini bukan salahnya. Dia sudah mencobanya . Hanya kekuatanku saja yang menolak pedangnya.
"Nee... Selagi saljunya sudah mereda , aku punya satu permintaan... Bisakah kau merenggut nyawaku?" aku berdiri dihadapannya , bersiap akan tebasannya.
"Kenapa aku harus membunuhmu?" tanya lelaki berambut silver itu.
"Kalau aku tetap hidup , semua yang disekelilingku akan menderita. Aku tak ingin melihat seseorang terbunuh karenaku. Bila membuat banyak orang lain menderita, bukankah lebih baik aku mati saja?" aku berkata tegar sambil mengusap air mataku dan memasang senyum bahagia.
"Lalu kenapa kau membunuh preman preman itu? Bukankah kau tak suka membunuh" katanya padaku , aku tersenyum tipis mendengarnya.
"Kalau mereka dibiarkan saja , banyak orang lain akan menderita karenanya. Dan aku tak selalu berada disini untuk melindungi orang orang dari preman itu" Aku menatap tubuh para preman . Ya .. Aku membunuhnya dengan tubuhku sendiri bukan dengan kekuatan supranaturalku. Kekuatanku baru lepas kendali saat anak itu tertusuk pisau.
"Kenapa kau tak bunuh diri saja , bukankah itu lebih mudah bagimu?" tanya pria itu.
"Aku harus menghargai kehidupan yang diberikan tuhan. Makanya anggaplah aku sebagai musuhmu dan bunuh aku sekarang?!" kataku lirih.
"Baiklah , aku akan mengabulkan keinginanmu. Sebelumnya , apa kau ingin mengucapkan kata kata terakhir?" tanyanya sambil memasang kuda kudanya dan memegang katananya.
"Ya kau benar. Kata kata terakhirku adalah .... Aku ingin hidup" kataku pasrah dan memutup mataku dengan damai.
Kurasakan sesuatu yang dingin telah mengenai leherku. Aku tersenyum kecil dan mulai kehilangan kesadaranku.
******
Sebuah ruangan menyambutku ketika aku membuka mata. Aku bisa merasakan sesuatu yang dingin menempel didahiku.
"Apa kau baik baik saja?" tanya wanita didepanku. Dia mengenakan kacamata dan memiliki rambut panjang coklat.
"Aku merasa pusing" keluhku sambil memegang dahi yang sedang dikompres. Kutatap sekitar , itu adalah kamar salah satu hotel tak jauh dari tempatku tadi kehilangan kesadaran.
"Kenapa kau menyelamatkanku?" tanyaku pada orang berambut putih yang berdiri tak jauh dari tempatku berbaring.
"Bukankah itu permintaan terakhirmu? Kau ingin terus hidup bukan?" tanyanya kalem.
"Tapi...." aku hendak mengeluarkan alasanku lagi sebelum ia memotong.
"Lagi pula , mana bisa aku membunuh gadis yang berusaha menyelamatkan anak kecil dari preman dan rela membunuh dirinya sendiri demi orang lain" katanya membuatku sadar. Wanita berkacamata tampak tersenyum senang.
"Siapa namamu?" wanita berkacamata bertanya padaku.
"Yume" jawabku pendek.
"Mimpi?" wanita itu berkata memastikan , aku menggangguk mendengarnya.
"Namaku Kirako Haruno dan dia direkturku , Yuichi Fukuzawa" wanita itu memperkenalkan diri.
"Mulai sekarang aku akan menjadi pengurusmu , jangan ragu untuk bertanya padaku ya..." Haruno tersenyum lembut.
"Arigatou... Haruno-san , Fukuzawa-san" kataku menundukan kepala pada kedua orang yang telah menyelamatkan hidupku.
"Baiklah aku akan membuat teh untuk menghangatkan tubuhmu" Haruno berkata sambil berjalan meninggalkanku. Setelah ditinggal olehnya aku memandang langit jendela dengan tatapan kosong.
"Kenapa kau tak tersenyum?" tanya Fukuzawa memecah keheningan.
"Kekuatanku kukendalikan berdasarkan emosi , kalau aku mudah tersenyum atau menangis aku akan mudah kehilangan kendali. Bukankah aku sebaiknya memasang wajah datar dan tak menuruti emosiku" kataku padanya.
" Yah... Itu mungkin akan berhasil , tapi sebaiknya kau lebih terbuka akan emosimu" kata katanya membuatku sadar.
"Apakah aku nanti bisa mengendalikan kekuatanku?" tanyaku polos.
"Entahlah kita lihat saja" Fukuzawa berkata sambil mengelus elus kepalaku seperti ia bersikap pada putrinya sendiri. Aku merasa senang dielus olehnya , sudah lama aku tak merasakan kasih sayang ayah.
Beberapa hari kemudian aku diajak Haruno-san ke kota Yokohama. Direktur akan menyusul nanti , dia masih banyak pekerjaan itulah yang dikatakan Haruno-san. Aku menggangguk setuju saat kami pindah.
Fukuzawa-san mengantarkanku sampai distasiun kereta api . Dia berkata dia memiliki agensi di Yokohama. Selama aku disana aku takkan bisa mengamuk dengan mudah. Aku ingin lihat , agensi seperti apa yang telah didirikan Fukazawa-san.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adventure in World of BSD
FantasyYume adalah gadis berkekuatan supranatural. Kekuatannya melindunginya , tapi mencelakakan orang lain. Dirinya yang tak tahan dengan kekuatan mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Tapi dia tak ingin bunuh diri. Dia harus menghargai kehidupan yang dibe...