"Berikan saja pada Park Jimin mu itu."
.
.
.
.
.
.
•
×-(P)SS-
×
•
.
.
.
.
.
."Jimin? Tapi aku membuatnya untukmu.. bukan Jimin," Taehyung menatap lesu kotak bekal nya.
Dia sengaja membuat ini khusus untuk Jungkook. Rasanya ia kecewa saat Jungkook menyuruhnya memberikan makanan ini pada Jimin, itu sama saja dia menolak makanan buatannya.
"Aku masih kenyang," kata Jungkook.
"Begitu ya? Baiklah.. aku akan memberikannya pada Jimin saja," Taehyung berbalik berjalan kearah pintu keluar dengan wajah lesu. Sepertinya usahanya meminta maaf pagi ini sia-sia.
"Aku berubah pikiran," perkataan Jungkook menghentikan langkah Taehyung, padahal sebentar lagi tangannya menggapai gagang pintu.
"Kemari,"
"A-apa? Kau baru saja mengatakan sesuatu?" Tanya Taehyung dengan ekspresi blank nya.
"Kemari, berikan makanan itu padaku. Aku akan memakannya," jelas Jungkook tanpa menatap Taehyung. Dia masih sibuk mengotak-atik gitarnya.
Taehyung berjalan ke arahnya, sesuai keinginan si Jeon ini. Dia berhenti di di samping Jungkook, mengulurkan kotak bekalnya.
"Terimakasih," Kata Taehyung.
Taehyung berterimakasih karna Jungkook mau memakan bekal yang ia buat. Jungkook mengambil kotak bekal itu lalu membukanya. Sebenarnya alasan dia mau menerima bekal Taehyung itu karna entah kenapa, dia tidak rela kalau si pria Kim ini memberikan makanan buatannya pada Jimin.
"Tapi Jungkook, kau bilang tadi.. kau masih kenyang." Taehyung berkedip bingung.
"Tidak, rasa kenyang ku menghilang," jawab Jungkook asal.
Jungkook mulai melahap masakan Taehyung, setelah menyimpan gitarnya. Rasa masakannya masih sama seperti hari-hari biasanya. Dan, sejujurnya Jungkook suka.
Jungkook suka rasa masakan buatannya, itulah kenapa dia selalu menerima masakan darinya. Awalnya Jungkook memang hanya ingin coba-coba dan penasaran bagaimana rasanya, dan dia terkejut karna rasa masakannya tidak buruk. Rasanya hampir mendekati sempurna. Definisi masakan yang sempurna bagi Jungkook, adalah masakan milik ibunya.
Taehyung menarik kursi lalu duduk di samping Jungkook. Kalau sedang makan seperti ini, dia terlihat seperti bukan pria dingin yang selalu ia kejar.
"Jangan dekati Park Jimin," kata Jungkook tanpa ekspresi. Tanpa menghentikan acara makannya.
"Huh? Kenapa?"
"Turuti saja."
"Kau suka pada Jimin?" Tanya Taehyung. Yang terbesit di pikiran nya hanya itu sekarang, bisa saja dia menyuruh Taehyung menjauhi Jimin karna dia menyukai Jimin kan? Itu hanya asumsi nya. Asumsi lainnya, Jungkook suka padanya. Ini adalah asumsi ter'mustahil baginya, jadi ia tampik asumsi yg ini.
"Bukan," jawab Jungkook.
"Lalu?" Tanya Taehyung. Dia lega, Jungkook tidak menyukai temannya.
"Turuti saja."
"Ah, tapi Jimin teman ku.. aku butuh alasan khusus kenapa aku harus menjauhinya."
"Kau butuh alasan?" Tanya Jungkook sembari mengalihkan pandangannya menatap Taehyung. Ini pertama kalinya Jungkook menatapnya tepat di mata.
"Aku alasan mu," final Jungkook.
Taehyung meremat jari nya gusar. Haruskah dia menuruti keinginan Jungkook yang menurutnya tidak memiliki alasan yang jelas kenapa Jungkook menyuruhnya melakukan itu?
• •
"Taehyung," sapa Jimin, dengan wajah ramahnya.
Taehyung tidak memperdulikan nya, sebisa mungkin dia menghindari Jimin. Dia terus melakukan ini dari hari ke hari. Jadi selama berhari-hari, dia hanya sendirian. Tidak bisa dibilang sendirian juga sebenarnya, karna kadang dia duduk melihat Jungkook dari jarak dekat sama seperti hari-hari sebelumnya.
"Tae," Jimin menahan tangan Taehyung yang baru saja lewat di depan mejanya. Sekarang ada di kantin.
"Taehyung, kenapa kau mengabaikan ku? Aku berbuat salah padamu?" Tanya Jimin.
Taehyung masih diam. Apa berbicara dengan Jimin tidak masalah?
"Ayolah, jangan seperti ini.. aku tidak tahan di abaikan seperti ini. Rasanya seperti kau bukan Tae yang ku kenal dari dulu. Tae yang dulu tidak pernah bisa mengabaikan ku, semarah apapun dia padaku."
Itulah sifat Kim Taehyung yang Jimin kenal, Taehyung dari dulu itu sulit mengabaikan Jimin. Intinya, tidak bisa.. mengabaikan Jimin itu sulit baginya. Karna Jimin adalah satu-satunya teman dekatnya, jadi wajar saja kalau seperti itu.
"Tae, bicaralah jangan diam." Jimin merasa jengah dengan sikap Taehyung.
"Aku tidak suka kau bersikap seperti ini, kita teman kan?"
Jimin meraih tengkuk Taehyung. Si pria Kim terkejut saat temannya melumat bibirnya, ini kantin.. jelas ramai dan pastinya di antara semua siswa-siswi yang ada disini, mungkin ada yang menonton mereka berciuman sekarang.
Jimin menghisap dan mengulum bibir Taehyung tanpa pikir panjang. Dia hanya ingin melampiaskan rasa kesal dan rindunya pada temannya sekarang. Bagaimana pendapat orang lain, itu belakangan.
Taehyung sudah berusaha melepaskan ciuman Jimin padanya, tapi tidak bisa.. Jimin menahan tengkuknya. Dan sekarang, dia mulai berani menarik pinggang Taehyung mendekat.
Ciuman Jimin pada Taehyung terlepas saat seseorang yang entah datangnya darimana, meninju pipinya. Taehyung menatap kaget orang yang meninju temannya.
"Jimin, kau tidak papa?" Tanya Taehyung dengan nada cemas.
"Tidak papa," jawab Jimin di iringi senyuman tipis, setidaknya sekarang Taehyung sudah mau berbicara padanya.
"Ya! Kenapa kau memukul ku Jeon?!" Jimin mengusap pipinya, menatap nyalang ke arah Jungkook.
Pandangan mata Jungkook pada Jimin menyiratkan rasa marah. Entah kenapa Jungkook kesal pada Jimin. Jungkook sendiri masih ragu kenapa dia berdiri dari kursinya, meninggalkan makanan yang ia pesan demi bisa mengakhiri ciuman mereka berdua.
Dia ingin mengatakan "Jangan dekati Taehyung, apalagi menciumnya seperti tadi." pada teman Taehyung dengan suara lantang.. tapi dia mengurungkan niatnya. Tanpa menjawab pertanyaan Jimin, dia menarik tangan Taehyung. Meminta Taehyung mengikuti nya.
Taehyung hanya pasrah mengikuti kemana Jungkook membawanya. Walaupun sebenarnya dia sangat ingin meminta maaf pada Jimin dan mengobati luka bekas tinjuan Jungkook pada pipi Jimin.
"Jungkook kau mau membawaku kemana?" Tanya Taehyung.
Jungkook tidak menjawabnya. Sampai Taehyung mengetahui sendiri kemana Jungkook membawanya saat sudah sampai.
"Kau itu haus akan ciuman seorang pria atau apa? Kau terlihat sangat menikmati nya barusan, kau menyukai temanmu?!" Tanya Jungkook.
"Menyukai? Aku suka Jimin sebagai teman, aku juga tidak tahu dia akan menciumku. Kenapa kau marah?" Taehyung menundukkan pandangannya ke arah lantai. Menatap sendu lantai tempat ia berdiri. Jungkook bilang tadi kalau dia haus ciuman seorang pria, itu membuat perasaan nya tersinggung. Dia bukan orang yang seperti itu. Dia bukan jalang yang dengan senang hati mau mencium semua pria yang menyewanya.
"Tidak, aku tidak marah, untuk apa aku marah hanya karna hal itu" sangkal Jungkook.
Dia memang tidak terlihat seperti sedang marah, tapi cara Jungkook menaikkan nada bicaranya itu memberikan kesan kalau dia marah pada Taehyung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.
Thanks for reading_^
Please vote, up lagi kalau ada yang vote:)Hi, maaf pendek.. aku lagi kurang idenya buat nulis ini.. dan maaf, karna jam update nya melenceng jauh dari yang seharusnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
(Please) Say Something [Kookv]
FanfictionKatakan sesuatu, aku akan berhenti mengharapkan mu. Aku akan jadi kekasihmu jika itu yang kau inginkan. Kemanapun kau pergi, aku pasti akan mengikuti mu. Kumohon, katakan sesuatu. Aku memberikan semua yang bisa ku berikan padamu. Haruskah aku menguc...