Pain

5 1 0
                                    

WARNING! Mengandung kekerasan

"Akhir-akhir ini tingkat kejahatan di lingkungan pendidikan meninggi. Para wali murid pun mulai resah. Lalu bagaimana antisipasi yang akan diberikan oleh sekolah? Menurut ...."

Suara televisi menggema di ruang keluarga. Semua orang sedang menyimak dengan saksama berita yang sedang disajikan. Setelah berita berakhir, kedua orangtuaku saling berbincang-bincang.

"Sangat mengkhawatirkan ya ... apa mungkin lebih baik tidak membiarkan anak-anak sekolah untuk beberapa saat ke depan dulu ya, sayang?" tanya ibuku kepada ayahku.

"Kurasa tidak usah berlebihan seperti itu. Mereka sudah SMA, hampir beranjak dewasa," jawab ayahku sambil meminum kopi hitamnya.

"Tetapi aku khawatir ... terutama dengan Xiao Bao," kata ibuku. Aku yang namanya disebut barusan merasa terpanggil dan akan menyahut, tapi kakakku segera menimpali, "Tidak usah khawatir dengan Xiao Bao, ada aku 'kan?"

"Ah, itu benar," ujar ibuku.

Sesederhana itu, dan keluargaku pun memercayakanku padanyaーHuanran-ge.

∆∆∆

Aku berjalan di koridor kelas bersama Huanran-ge. Dia dua tahun di atasku, jadi sudah pasti dia tidak sekelas denganku. Kami pun berpisah.

Berjalan sendirian itu hal yang tidak nyaman bagiku. Apalagi dengan wajah juga ukuran tubuhku yang seperti perempuan. Mereka terus menatapku dengan pandangan yang aneh. Setelah kejadian 'itu', aku tidak pernah berani lagi bertatapan dengan orang lain.

Saat aku membuka pintu kelas, kelas yang tadinya ramai tiba-tiba menjadi sepi. Dengan pandangan yang terus mengikuti ke arah mana ku berjalan, aku duduk di tempat dudukku dan mengambil buku dari dalam tas untuk membacanya. Aku bisa mendengar mereka saling berbisik.

Selalu begini, setiap hari, setiap waktu.

Apa salahku? Aku muak diperlakukan seperti ini. Aku sudah pernah meminta mereka untuk berhenti melihatku seperti itu, tetapi mereka tetap diam sambil memerhatikanku. Seakan-akan aku adalah tontonan bagi mereka.

Tak lama, bel masuk kelas berbunyi dan guru pun masuk kelas. Akhirnya, mereka berhenti menatap dan berbisik.

∆∆∆

Kejahatan itu selalu ada di manapun kita berada, itulah hal yang selalu kuyakini. Itulah mengapa ketika aku mendengar berita di televisi kemarin, aku tidak begitu peduli ataupun khawatir. Itu hal yang biasa, untuk apa aku takut?

Bagaimana jika aku menjadi korbannya?

Ya mau bagaimana lagi? Kan sudah jadi korban. Memangnya apa yang bisa kulakukan? Tubuhku kecil, tentu saja aku tidak akan bisa mengalahkan pria dewasa atau mereka yang tubuhnya lebih besar dariku. Aku juga tidak punya skill khusus.

Sambil memakan isi kotak bekalku, aku menatap ke arah langit. Biru, luas, dan dihiasi awan putih. Anginnya juga sangat lembut. Saat ini aku berada di puingan gedung lama bagian belakang sekolah ini. Jarang ada yang kemari karena tempat ini cukup berbahayaーterlalu banyak puing-puing yang bisa membahayakan diri sendiri. Oleh karenanya, aku senang datang ke sini sendirian. Di sini, tidak akan ada yang menatapku aneh juga tidak akan ada yang membicarakanku sambil berbisik.

Setelah isi kotak bekalku habis, aku beranjak untuk kembali ke kelas. Tiba-tiba saja saat akan masuk ke kelas, ada beberapa siswa kelas lain yang menghentikanku.

"Hei, kau Shan Baoyu 'kan? Nanti pulang sekolah ada waktu tidak?" tanya pria itu.

Aku jelas merasakan hal yang tidak enak akan terjadi, jadi aku menjawab, "Maaf, tidak ada. Aku sibuk."

Roller CoasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang