Dijual Suami Gila Harta

7.8K 436 13
                                    

Jelita berjalan ke pintu kamar yang gelap dengan menggunakan senter ponsel. Ia ketakutan, karena dalam bayangannya di villa adalah film-film horor. Membayangkan ada makhluk lain di sekitarnya ia pun ciut. Apalagi jika makhluk itu seram dan bisa melakukan apa saja padanya.

Dalam ketakutan, lampu menyala. Ia pun lega dan menarik napas panjang. Kembali ke ranjang dan menatap tempat ia tadi berkelana entah dengan siapa.

Ada banyak keanehan yang dia alami malam ini, benar-benar sangat menakutkannya. Jika dikatakan mimpi, ini sangat nyata.

Pintu kamar dibuka, Bahri masuk dengan wajah kesal.

"Mas, kok lama?" tanya Jelita lemah.

"Iya, malah disuruh bantuin benerin kabel segala. Villa macam apa ini? Mewah tapi bisa mati lampu segala," keluhnya dengan melemparkan ponsel ke tempat tidur.

Jelita ragu untuk mengisahkan apa yang terjadi tadi. Lagipula, bisa saja Bahri marah dan mengira ia selingkuh atau bahkan ditiduri makhluk halus. Daripada kena maki seperti biasa, Jelita memilih kembali ke tempat tidur dan membaringkan dirinya.

Dia sungguh ketakutan, tapi dia tak bisa mengatakannya pada suaminya. Dia terus dibayangi rasa bersalah, berdosa karena apa yang terjadi tadi benar-benar bukan hal biasa.

Hingga suaminya berbaring lagi di belakang, Jelita tak bisa memejamkan mata. Dia ketakutan. Takut lelaki yang di sampingnya pun bukan Bahri yang sesungguhnya. Bagaimana kalau itu adalah penunggu villa? Jin? Atau Bahkan Gendurewo?

***

Menjelang shubuh, Jelita langsung mandi. Ia pun melaksanakan salat seperti biasa. Memohon ampun, bahkan tak henti-hentinya berdoa agar hidupnya lebih baik dari saat ini.

Hidup miskin sejak kecil, tidak disayang, punya suami pun kerap marah-marah dan hanya menjadikannya tempat pulang serta menumpahkan lelah saja. Tak ada romantisme, semua hambar seperti tak berarti.

"Mas, shubuh," katanya sambil mengguncang tubuh Bahri.

Cuek, Bahri tetap saja ngorok tak peduli sentuhan dan guncangan tangan istrinya.

"Mas, udah mau jam enam. Shubuh dulu," katanya lagi.

"Set dah! Bawel, Lu! Lain kali mending gue ngajak cewek lain ke tempat ini. Sialan ganggu terus!" maki suaminya tak kenal ampun. Bahkan saat hendak ke kamar mandi, masih sempat mendorong kepala Jelita hingga hampir menabrak meja.

Perlakuan kasar kerap ia terima. Tak ubahnya ketika masih bersama ayahnya. Kadang sampai lebam atau bibir berdarah.

Jika ditanya orang hanya mengaku sedang sariawan, padahal akibat pukulan tangan Bahri yang makin ringan tangan.

Selepas mandi Bahri meninggalkan Jelita begitu saja di kamar. Namun, wanita itu terus menguntitnya, turut sarapan di meja makan.

"Morning, Bro," sapa Reno yang masuk dari pintu utama.

"Eh, lu ke sini?" tanya Bahri.

"Iya, baru sampe," jawab Reno tersenyum tanpa menoleh pada Jelita yang menunduk sungkan.

"Enak gila sumpah punya rumah kayak gini. Sayang aja semalam mati lampu," keluh Bahri.

"Serius? Kok bisa?" tanya Reno sambil melepas kacamata hitamnya.

Wajahnya penuh bulu-bulu halus dan hidungnya mancung. Boleh dikatakan ganteng, anehnya dia masih membujang hingga sekarang. Padahal tak sulit baginya untuk mendapatkan perempuan yang seperti apa saja.

"Ngomong-ngomong, kapan lu mau nikah?" tanya Bahri pada sahabatnya.

"Nikah? Harus gitu?" tanya Reno santai.

CINTA BERKALUNG DOSA (Terpikat Istri Sahabat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang