Reno menarik Bahri yang ada di ranjang bersama Jelita. Pria yang tak memakai apapun itu langsung diseret ke ruang tamu, lalu ia tendang denagn sepatu boot yang ia kenakan. Langsung ke wajah, perut dan kakinya.
"Mas! Jangan!" teriak Jelita dengan gemetar dan berusaha menurunkan pakainnya.
Namun, Reno tak menggubris teriakan panik Jelita. Ia terus menghajar Bahri hingga pria itu tak mampu bangun lagi. Jelita lari ke ruang tamu dan melihat Bahri terkapar tak bergerak.
"Mas Bahri!" pekiknya.
"Kenapa dia datang kemari?" tanya Reno penuh amarah. TAngannya mengelap kuat.
"Kenapa!" teriaknya lagi.
"Dia masih suamiku, kan?" tanya Jelita dengan menatap Reno.
"Oh, begitu? Jadi dia masih suamimu, karena itu bebas memakaimu di sini? Begitu!" Reno teriak lagi dan menarik Jelita beserat kerudungnya hingga terlepas. "Munafik! Perempuan munafik!" makinya dengan geram. "Sekarang kau akan lihat aku yang sesungguhnya. Akan kubuat bajingan itu melihat seperti apa permainan yang sesungguhnya." Reno melepaskan kemejanya dengan cepat dan mendorong Jelita ke ranjang.
Jeritan wanita itu tak ia gubris.
"Mas, dengarkan dulu aku ...." Jelita meronta dan berusaha bicara tapi mulutnya dibekap oleh tangan Reno dan tangannya dikunci ke balik tubuhnya.
Jelita pasrah saat kehormatannya sebagai perempuan dan istri tercabik dua kali bahkan kali ini di hadapan suaminya yang sudah kepayahan dan hanya melihat dari luar kamar.
Reno menggunakan ponsel dan merekam aktifitasnya begitu juga kondisi Bahri yang tak mampu bangun, hanya menatap dengan mata yang sudah penuh lebam.
"Perempuan murahan cocoknya dengan lelaki seperti dia, kalian pasangan serasi!" maki Reno dengan merapikan kembali pakaian dan membiarkan Jelita gemetar di atas ranjang. Ia pun menghubungi pihak keamanan dan mengatakan Bahri menjebak istrinya serta hampir memperkosanya.
"Bawa dia ke kantor polisi!" ujar kepala keamanan.
"Tidak!" teriak Reno. "Aku tidak mau dibuat malu. Cukup lemparkan sampah itu ke jalanan." Dia menatap ke Bahri dengan bengis dan penuh dendam. "Dengar, kau akan menyesal karena melakukan ini," tekannya lagi sambil lagi melayangkan pukulan ke wajah Bahri yang tak mampu melawan.
Sementara itu Jelita terisak dan gemetar di dalam kamar. Ia ingin meminta tolong, tapi ia pun tak ingin membuat Reno malu dan mendapat masalah.
"Dan kau!" Reno mendorong pintu dengan kasar.
"Mas, kamu salah paham. Dengarkan aku dulu," isak Jelita.
"Wanita rendahan. Bertopeng kesucian dan keluguan. Sungguh memalukan kau memakai topeng agama untuk menjebakku!" katanya dengan menarik rambut Jelita yang terisak tak melawan. "Mana kisah fiksimu itu, hah? Mana Tuhanmu? Mana Umarmu? Mana agamamu!" Reno mendorong Jelita hingga tersungkur ke lantai.
"Allah!"Je
"Jangan sebut Tuhanmu dengan mulut kotormu itu!" teriak Reno sambil menarik lagi rambut Jelita yang menahan sakit.
"M-m-mas d-d-dengarkan aku d-d-dulu!"
"Tidak akan!" bentak Reno. "Akan kubuat hidupmu seperti di neraka setelah ini. Karena kau sangat jahat Jelita. Di saat aku sudah mengatakan cinta padamu dan kau menghianatiku!" teriak Reno dengan rahang yang mengeras dan cengkraman yang kuat di rambut Jelita yang gemetar dan lemah.
Jelita pasrah dan memejamkan mata. Mungkin, andai nyawanya tercabut saat ini sekali pun, ia tak akan menyesalinya.
Reno meninggalkan Jelita yang terpuruk di lantai dan terus terisak. Tangisnya seolah kering, keningnya biru karena terbentur lantai. Ia pun membuka ponsel lamanya dan membaca lagi pesan Bahri. Di mana dia mengatakan memiliki foto telanjangnya, sehingga untuk menghapusnya mereka harus bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BERKALUNG DOSA (Terpikat Istri Sahabat)
Romance"Mas," panggilnya dengan napas yang mulai lelah. Berulang kali hendak melepas penutup mata tapi fokusnya pada mengimbangi. Hingga ia harus kembali terkulai dan mendengar suara dari pria yang bersamanya. Berbeda. "Mas Bahri?" Jelita membuka penutup...