a

695 72 27
                                    

Tinn!!!

Tinn!!!

Suara beberapa klakson kendaraan dibunyikan oleh pemiliknya untuk menyadarkan pengendara motor mahal yang harganya setara dengan mobil, motor itu membawa sepasang saudara yang sedari dari tadi berdebat.

Dari arah kanan ada sebuah mobil ambulans yang melaju kencang membelah jalanan aspal.

Dubrakk!

Berakhir penumpang motor mahal itu berguling-guling sampai di pinggiran jalan sedangkan motor apiknya seketika hancur tak berbentuk.

Hyunjin terbatuk-batuk karena dadanya terhantam sebuah batu, setengah sadar dirinya mencari keberadaan saudaranya tapi mana sempat, matanya keburu terpejam.

Di sisi lain, sebelum tubuhnya terpental jauh, Yeji sempat emosi karena berdebat dengan Hyunjin tadi. "Maaf..." Katanya setelah setitik darah terakhirnya menetes dari retakan kepalanya.

●○●○●○●○


Awan gelap membumbungi suatu titik dimana menjadi tempat peristirahatan Hwang Yeji untuk selamanya. Orang-orang berpakaian serba hitam yang terdiri dari keluarganya, teman-teman mengerumuni gundukan tanah cokelat basah bertaburan bunga mawar.

Kim Seungmin, pemuda jangkung yang sedari tadi hanya berdiri di samping makam sang mantan hanya mematung. Padahal teman-temannya sudah berusaha mengajaknya untuk memanjatkan doa, namun tetap saja Seungmin tidak bergeming.

Padahal di dalam hatinya yang terluka tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk pujaan hatinya yang kini telah meninggalkan dunia tanpa berpamitan.

Hati Seungmin sangat sakit, setelah tiga hari lalu dirinya dengan Yeji putus karena perempuan itu ketahuan melirik cowok lain yang padahal status mereka belum berakhir. Hari ini, hatinya ratusan kali lipat tambah sakit karena pujaan hatinya pergi untuk selamanya.

Putus tapi masih bisa melihat atau bertemu sih tidak masalah, tapi kalau putus dan sudah tak bisa melihatnya lagi apa Seungmin bisa?

Pemuda itu mencoba mengikhlaskan semuanya, menerima takdir dengan lapang dada. Dia yakin pasti bisa.

●○●○●○●○

"Mama, Papa, Yeji gimana keadaannya?" Untaian kata yang pertama kali keluar dari mulut Hyunjin setelah dirinya terbangun dari koma.

Sepasang suami-istri itu saling menatap sebelum menjawab pertanyaan putranya.

Kepala keluarga itu tersenyum sambil mengusap kepala yang ditumpu dengan bantal, "Hyunjin, kamu harus ikhlas ya?"

Di sampingnya, terlihat sang ibu mulai menangis tanpa suara.

"Kenapa?" tanyanya yang masih melemah.

"Yeji tidak terselamatkan. Dia meninggal di tempat..."

Hyunjin syok berat. Bagaimana bisa? Padahal tadi dirinya habis bertemu dengan Yeji. Perempuan itu mengenakan baju putih bersih dan membangunkannya dari tidurnya.

Dia masih ingat betul tadi Yeji berjalan mendekatinya lalu berkata, "Hyunjin bangun! Mama sama papa udah nungguin kamu!"

"Papa bercanda ih! Barusan Yeji bangunin aku kok. Nih makannya aku sekarang udah bangun."

"Kamu cuma mimpi, Nak..."

"Enggak! Yeji masih ada di sini!" bantahnya lalu berusaha bangkit dari kasur sempit yang selama satu minggu ia kenakan untuk tidur.

"Hyunjin sayang," Mama meraih tangan putranya sembari menatap sendu kepadanya.

Hyunjin terdiam, "Yeji meninggal?"

"Gara-gara aku kan?" sambungnya.

Ayahnya dengan cepat membantah, "Bukan salah kamu. Ini takdir!"

"Kalau ini takdir, harusnya Hyunjin juga mati hari itu juga! Kita kan kembar, harusnya takdir kita juga sama!"

"Kalian kembar bukan berarti takdirnya juga sama. Kembar tetap memiliki perbedaan," Sang ibu mencoba menenangkan anaknya yang tersisa.

Remaja yang terselamatkan itu mencoba mengingat-ingat momen mereka sebelum terjadinya kecelakaan.

"Hyunjin apaan sih! Gue gak mau ke rumah neneknya Seungmin! Putar balik, kalau enggak gue bakal loncat!" kesal Yeji saat dirinya tersadar sedang dihantar ke tempat dimana sang mantan berada oleh saudaranya tanpa penawaran.

"Loncat aja kalo berani," Laki-laki itu semakin mempercepat laju motornya, "lagian lo harus minta maaf ke Seungmin. Lo itu salah."

Yeji berdecak kesal di belakang, "Kapan-kapan kan bisa. Gue gak mau sekarang!"

"Mumpung ada kesempatan."

"GAK MAU!" Suara melengking itu sangat keras daripada sebelumnya.

Jelas Hyunjin tak mau kalah, "Seungmin temen gue. Gue gak enak sama dia kalo kembaran gue yang mirip dakjal itu menghianati dia."

"Oh, jadi lo milih temen daripada sodara sendiri?" Yeji meninju punggung Hyunjin sangat keras –itu gerakan reflek– hingga kedua lengan agak kekar itu sedikit lemas.

"Jelas lah gue mil–"

Dubrakk!

Setelahnya Hyunjin tak mengingat apapun.

●○●○●○●○

Seungmin melemparkan tubuhnya di atas kasur empuk di kamarnya. Memejamkan mata dan merasakan hatinya yang perih karena luka yang ditimbulkan oleh seseorang.

Menyesal sekali dirinya mengakhiri hubungannya begitu cepat tanpa dibicarakan baik-baik.

Setelah kehilangan cintanya, ia juga kehilangan jiwa yang dicintainya pula.

●○●○●○●○

































!TES TES!

Yang minta cerita Seungmin × Yeji mana suaranya? 😭😭

Ide cerita ini ngalir deres banget di kepalaku. Gregetan mau nulis tapi tidak sempat.

Awalnya bingung kan milih tokohnya siapa. Eh gak lama ada yg minta buat cerita Seungji lagi, yaudah itu aja tokohnya wkwk. Asal kalian tau aja, aku lemah di bagian penokohan😭

Kalau sempat bakalan nulis cerita lain yang tokohnya berbeda. Kalau sempat ok :D

Rencana cerita ini bakal aku publis kalau udah selesai nulis sampai ending. Tapi ya– aku kan kepo sama respon pembaca bagaimana.

Jadi, ya sudah–
2020-10-20

EX -Seungmin🅇YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang