i

268 41 18
                                    

Delapan pemuda yang berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas itu sibuk dengan urusan masing-masing di rumah orang. Mereka duduk berkumpul beralaskan karpet di halaman belakang yang bisa disebut 'surganya' rumah Hwang

Halaman itu berhadapan dengan satu kamar berpenghuni dan satu kamar tidak berpenghuni namun terawat. Banyak fasilitas hiburan seperti, meja tenis, alat-alat olahraga, dan kolam berukuran minimalis. Banyak tanaman yang merambat di dinding pagar, pohon-pohon kecil ditanam dengan rapi, membuat suasana semakin asri.

"Main poker yok! Yang kalah kita ceburin ke kolam," seru Jeongin yang termuda di sana.

"Gue gak jago main poker terus kalau ikut bakal sering kalah. Hukumannya nyebur di kolam?" protes Changbin.

"Gapapa, Bin. Sekalian renang biar tulangnya tambah panjang."

"Main poker gak butuh keahlian, cuma butuh keberuntungan aja," sepertinya perkataan Felix benar.

"Sebelum main, gue mau tanya. Nanti malem tidur di dalam atau di sini?" tanya Hyunjin.

"Biasanya aja, Jin," tahu maksud ucapan Chan, Hyunjin langsung beranjak menuju ruangan kecil yang letaknya di pojok halaman. Membuka pintu yang agak sulit digerakkan karena mungkin sudah rusak tak terawat lalu mengambil dua tas berisikan tenda.

"Coy, bantuin gue bangun rumah tangga dong!" di saat Hyunjin kesusahan mendirikan tenda sendiri, teman-temannya pura-pura tak melihat penderitaan tuan rumah. Hm, teman macam apa kalian ini.

Bagi Hyunjin ini sudah biasa. Kadang Felix membantu setelah dia mendramatis. Seungmin yang baru tahu akan hal ini pun bergumam, "Wah, kalian memang teman yang selalu ada dalam suka maupun duka," lalu Seungmin membantu Hyunjin mendirikan tenda.

Perihal menyusup ke dalam kamar Yeji ia urungkan. Menurutnya itu bukan tindakan terpuji walau tujuannya baik.

Karena Hyunjin dan Seungmin terpisah dari kumpulan teman-temannya, mungkin ini saat yang tepat untuk mengobrol dengan Hyunjin.

"Jin, samping kamarmu itu kamarnya Yeji, kan?" tanyanya sambil menunjuk dua pintu yang berdekatan.

"Iya, kenapa?" jawab Hwang yang masih sibuk membenarkan kerangka tenda.

Seungmin bingung, ia harus berkata apa. Mana mungkin dia berkata ingin memasuki kamar Yeji untuk sekedar melihat-lihat isinya. Tidak mungkin.

Karena tak kunjung menjawab, Hyunjin menatap Seungmin yang sedikit bingung sambil terus melihat dinding luar kamar itu. Syukur Hyunjin peka, dia menawarkan Seungmin masuk ke dalam kamar kembarannya. Tidak masalah, toh Yeji sudah tidak ada dan mungkin saja Seungmin merindukan sosok mantan kekasihnya itu.

Seungmin iri sekali, bagaimana Hyunjin bisa sepeka itu sedangkan dirinya sangat bodoh memahami perasaan orang lain.

"Serius gue boleh masuk? Nggak dimarahin Om Minhyun?" tanyanya masih ragu.

"Iya. Papaku nggak segalak itu elah."

Hyunjin paham bagaimana perasaan Seungmin saat ini. Seperti dirinya saat awal kematian kembarannya yang sangat mendadak. Dia belum terbiasa dengan semuanya, rasanya aneh saat orang yang selalu bersamanya dari zigot tiba-tiba hilang. Bahkan setelah pulang dari rumah sakit, Hyunjin singgah di kamar Yeji. Itu satu-satunya obat yang dia butuhkan, untuk mengobati rasa rindu kepada kembarannya.

"Loh Seungmin kemana?" tanya Minho setelah menemukan kejanggalan saat matanya diam-diam mengabsen teman-temannya.

"Ada panggilan gaib," jawab Hyunjin dengan dagu mengarah ke pintu kamar kosong. Seketika semua paham maksud tersiratnya.

EX -Seungmin🅇YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang