Boruto telah sampai di tempat favoritnya saat ini. Sebuah lapangan luas yang ditumbuhi rerumputan dan beberapa pepohonan. Sejak Boruto dan teman-temannya libur semester, mereka kembali ke kampung halamannya. Yap, disini, di daerah terujung yang jauh dari pusat kota.
Boruto, Shikadai, Inojin, Mitsuki, Shinki, dan Araya merupakan teman sejak kecil, dan sekarang kuliah di tempat yang sama, di pusat kota. Itulah mengapa mereka selalu menunggu waktu liburan, agar mereka bisa menikmati suasana kampung halaman yang jauh dari kebisingan.
Mereka biasa berkumpul disini tiap akhir pekan. Lapangan ini biasa mereka sebut 'Lapangan Nostalgia'. Karena setiap berkumpul disini, mereka selalu teringat saat kecil dulu, saat mereka bermain bola, layangan, bahkan bermain hujan.
Juga saat-saat ketika kuncir nanas Shikadai belum setinggi sekarang, saat Boruto masih sering memakai kaos berwarna pink, saat gambaran Inojin masih seperti cacing kepanasan, saat Mitsuki masih takut dengan ular, saat Shinki masih sering coret-coret muka pake cat air, dan saat Araya masih tergila-gila bermain boneka.
Boruto menghirup segarnya udara sore ini, dia memandang anak-anak kecil yang sedang bermain layangan disana.
Dia teringat bahwa masih ada seporsi bakso yang dia simpan untuk gadis itu. Tapi nampaknya gadis itu tak akan datang, terlebih dia sudah tidak berada di pondok makanan lagi, bukan? Daripada mubazir, lebih baik diberikan ke anak-anak itu, pikirnya.
"Menma, sini!" Panggil Boruto ke salah satu anak disana.
Bocah 7 tahun itupun mendekat. "Eh, ada apa bang?"
"Mau bakso?"
Mata anak itu berbinar. "Mau banget!"
Boruto mewadahi semua bakso yang tersisa di gerobaknya. Lalu memberikan semangkuk bakso itu ke Menma. "Nih, bagi-bagi sama yang lain ya."
"Wihh makasih bang Bor!" Ujarnya senang lalu mendekati teman-temannya.
Boruto tersenyum melihat tingkah anak-anak yang sedang makan bersama itu. Sedikit kesal sebenarnya saat bakso yang sudah dibuat khusus sedemikian rupa tidak dimakan oleh orang yang bersangkutan. Tapi tak apa, melihat tawa anak-anak kecil disana saja bisa membuat hatinya lega.
Dia pun memutuskan duduk di hamparan rumput itu, menerawang pepohonan di depannya sesekali memainkan ponsel.
***
Sarada masih terus mengayuh si sepeda onthel, sambil mengamati lorong-lorong yang dilewatinya. Siapa tau abang baksonya sudah masuk lorong. Iya, kan?Tak lama, matanya menangkap pedagang bakso yang dicarinya tengah duduk di rerumputan. Ada beberapa anak kecil juga disana.
Sarada meletakkan sepedanya di dekat gerobak bakso, kemudian perlahan mendekat ke arah Boruto.
Dia sudah berdiri di samping Boruto yang sedang duduk dan memejamkan mata saat ini.
"Assalamu'alaikum, Calon Imam!" Sapanya.
Boruto membuka mata, lalu mendongakkan kepala dan menoleh ke samping. Dia hanya menatap gadis itu dengan ekspresi datar, kemudian mengarahkan pandangan kembali ke rumput dan ilalang di depannya.
Sarada yang melihatnya mendengus kesal. "Hei bang, kalo orang salam tu dijawab, bukan dianggurin!" Sewotnya.
"Wa'alaikumussalam.. mau ngapain lo?" Ketus Boruto.
"Ya mau beli bakso lah, Bang!"
"Udah abis, telat!"
"Abang nggak sisain buat Sara? Padahal Sara pelanggan setia loh! Tapi yaudah deh nggak papa." Ujarnya dengan wajah sok melas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aishiteru Abang Bakso! ✓
Fanfiction"Mamang ganteng, baksonya manis kayak mamang." "Bakso nggak manis!" "Kan makannya sambil ngeliatin mamang, ya jadinya manis lah!" "Aing masih muda, jangan panggil mamang." "Kalo panggil sayang?" "Ogah, bukan mahrom!" "Eits.. nggak BUKAN, tapi BELUM...