Satu kali, bolanya berhasil masuk ke dalam ring. Raina bertepuk tangan senang, sang pemain basket tadi jadi menengok untuk melihat siapa orang yang menepuk tangan untuknya.
Patra tersenyum, ada suntikan vitamin tersendiri yang tiba-tiba membuat dirinya jadi lebih bersemangat daripada gadis-gadis lain yang banyak berdecak kagum padanya.
Just you my special heart, gumam Patra dalam hatinya. Cowok itu makin bersemangat melempar dan memainkan bola basketnya lebih lihai lagi. Seakan-akan ia merasa hanya dirinyalah yang terhebat.
Naas, karena cowok itu bermain bola sambil sesekali melihat apakah Raina masih menontonnya atau tidak, Patra malah terpeleset dan bolanya terpantul ke sembarang tempat.
Untungnya tidak mengenai orang, apalagi kalau sampai bola tadi kena kepala cewek lain dan Patra harus tanggung jawab, tak bisa dibayangkan jika nanti ia ....
Patra merintih kesakitan, namun rasa sakitnya tiba-tiba hilang ketika dia melihat Raina pergi dengan Ardi.
Baru hendak bangkit untuk menyusul, banyak para siswi lain mendekatinya. Berharap ada salah satu tangan yang mau digapai Patra. Patra tidak menerimanya, dia bangkit sendiri karna ia merasa bisa.
“Na, gue suka lo.”
Empat kata, dua belas huruf yang dikeluarkan dari mulut Ardi.
Membuat Raina ingin membuka mulutnya namun langsung dibekap oleh telapak tangan miliknya. “Ssst, gak usah dibales. Cukup anggap omongan gue tadi lagi latihan drama.”
Selepas mengucapkan kalimat itu, Ardi melangkah pergi. Dia hanya ingin Raina tahu soal perasaannya. Namun cowok itu tahu pasti Raina hanya menganggapnya sebagai candaan.
Ternyata, benar saja. Beberapa menit kemudian selepas Ardi pergi, Raina tertawa sekilas. “Latihan drama? Ardi aneh banget ya, hari ini.”
“Siapa yang aneh?”
Suara seseorang yang menginterupsi membuat Raina menoleh, mendapati Patra ada di belakangnya. Raina tak langsung menjawabnya, namun Patra berkata lagi, “Malam ini, ikut gue pergi. Nanti dijemput, gak ada penolakan ya, Beb.”
Huft. Orang-orang bertingkah aneh sekali hari ini. Seperti yang dilakukan Ardi, Patra juga langsung pergi. Raina hanya bisa memutar kedua bola matanya dengan bingung.
***
Katanya, Patra bilang kalau dirinya ingin membawa Raina jalan-jalan untuk pertama kalinya. Raina sendiri hampir tak percaya jika Patra benar-benar mengajaknya. Alhasil, selepas pulang sekolah gadis itu langsung bersiap-siap di depan kaca.
Baju yang ingin Raina kenakan hari ini tampak tidak lagi sesuai padanya. Bahkan, di kasurnya tiba-tiba sudah banyak baju yang berserakan dan bertumpukan. Raina sadar kalau nanti yang membereskannya adalah dia, tapi, biarkan saja. Dia harap malam ini akan menjadi malam indahnya bersama Patra.
Raina ingin ... bahagia dengan caranya. Salah satu kunci agar nantinya ia bisa senang, adalah menyingkirkan sejenak masa lalu dan rasa takutnya selama ini.
Akhirnya, Raina menemukan baju yang ia kira cocok untuk ikut bersama Patra di dalam lemarinya. Dress pink selutut dengan renda bunga-bunga di bawahnya. Raina ingat baju ini adalah baju yang ia kenakan tahun lalu saat pesta ulang tahunnya yang ke enam belas. Baju ini ... kembaran dengan kakaknya. Bedanya, yang dipakai kakaknya berwarna biru.
Mendengar suara pintu yang dibuka selepas mengenakan baju membuat Raina menoleh ke asal suara. Melihat ada mamanya di sana, membawa segelas susu di atas nampan kayu.
"Eh? Mau ke mana? Kok, gak bilang-bilang sama mama?"
Raina tersenyum senang. "Tadi pagi, Patra ke kelas Raina terus mau ngajakin pergi, Ma, malam ini. Boleh, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife [COMPLETE]
Novela Juvenil[Dilanjutkan di akun ini karena saya lupa kata sandi lama. Mungkin akan ada sedikit perubahan pada isinya] Bagi Raina, menikah muda dengan Patra adalah sebuah kesialan yang menimpanya. Namun, mau bagaimana lagi? Mereka berdua menerimanya. Dan setiap...