Kenan yg sekarang tengah duduk di ruang keluarga dengan Diana tentunya.
"Kenan sering-sering yaa main kesini, biar lebih akrab sama tante...." Pinta wanita cantik dan manis itu pada lawan bicaranya.
"Iya tante, Kenan usahain" Jawabnya. "Kenan tinggal sama siapa?? Atau ngekost di sini?" Tanya kembali Diana yg tampaknya begitu senang dengan Kenan.
"Kenan disini tinggal sendiri tante, Papa sama kakak di bogor, aku cuma nempatin rumah lama Papa aja kok tante bareng sama ART." Ujarnya menjelaskan panjang lebar.
"Owalah gitu, kamu ini mandiri banget ya...ohiya sayang, kalau ada apa-apa kenan jangan sungkan ya minta tolong sama Revan...dia anak baik kok emang mulutnya aja kadang gabisa di kontrol," Jelasnya lagi.
"Eh-eh enak aja Bunda ngomongnya! Jangan gitu dong jahat amat sama aku," Celahnya yg entah kapan sudah berada di tangga.
"Kamu ya kebiasaan muncul tiba-tiba, bikin orang kaget aja."
Tak lama, "Assalamu'alaikum Bunda Akbar pulang...." Teriak seorang laki-laki mengucapkan salam dari depan pintu utama.
"Waalaikumsalam..." Jawab ketiganya kompak. Diana yg melihat kebiasaan putra keduanya itu pun hanya bisa menggeleng kan kepala.
"Ehh ini siapa Bun, calon buat akbar yaa," Ujarnya ketika melihat Kenan.
"Gua tabok ya lo, ngomong asal keluar," Ketus Revan dengan nada tak suka. "Ck! bacot lo anak monyet, sewot aja kerjaan lo," Balasnya dengan ucapan yg tak kalah sengit.
"Eh-eh anak tikus gue tabok beneran juga lo," Jawab Revan dengan tangan yg siap manabok saudara nya itu.
Kenan yg melihat tindakan 2 kakak adik itupun tersenyum hambar. Jelas-jelas dirinya begitu iri dengan Revan bagaimana tidak, cowo itu bisa dikatakan sempurna.
Memiliki orang tua yg sayang terhadapnya terlebih lagi wanita kuat yg sering dipanggil Bunda itu oleh anak-anak nya begitu baik dan ramah, sedangkan sikap itu tak bisa ia temukan dari sosok Mamanya yg sekarang sudah tak pantas ia panggil dengan ucapan Mama
Yg ia tahu sosok ibu itu hanyalah seorang wanita yg kejam terhadapnya, setiap hari hanya bisa mencaci makinya memukulnya bahkan hendak membunuhnya.
Dihari-hari Kenan kecil dulu bukanlah tawa bahagia yg ia dapatkan akan tetapi sebuah raungan kesedihan, tangisan, luka, kepedihan, dan pahit bahkan kelamnya kehidupan nya dulu.
Tapi ketika ia masuk kedalam rumah ini asumsinya tentang seorang ibu berubah. Mungkin sosok ibu yg kejam dan begitu menakutkan itu hanyalah mamanya sungguh, sungguh monster yg mengerikan.
•••
Kini seluruh anggota keluarga Revan pun tengah duduk dimeja makan sambil menikmati hidangan yg telah Diana masak sejak sore tadi.
Suasana asing yg sekarang Kenan rasakan saat ini sepertinya tak begitu asing. Tentu saja, ia pernah menikmati kehangatan dan kelengkapan keluarga seperti ini namun itu tak lama. Hanya sesaat.
"Undaa, kakak itu tantik yaa nanti kalau udah becal awaa mau deh jadi tantik kayak kakak ituu," Ucap seorang gadis kecil yg berusia 4 tahun itu memecah keheningan makan malam yg tadinya hanya terdengar dentingan garpu dan sendok menjadi bersuara.
"Iyaa, nanti kalau ara udah gede harus cantik kek kak kenan ya..." Balas Diana sambil menyuapi makanan kedalam mulut putri bungsunya itu.
Bocah kecil itu hanya mengangguk senang.
"Nak kenan sekarang kuliahnya semester berapa??" Tanya Gery ayah Revan. Kenan menjawab, "Masih semester 3 om."
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN: The Tsundere Girl
Teen Fiction[ON GOING] Kenandra Adistya. Sikap dan sifatnya yg tergolong tak banyak bicara serta namanya yg seperti laki-laki, tapi siapa yg tahu dibalik sikap dirinya tadi terdapat banyak ragam luka kesedihan yg begitu membekas di dalam dirinya. ...