"namaku Putri, jurusan Pendidikan Agama Islam."
"Kenapa namanya Putri? Dan kenapa ambil jurusan Pendidikan Agama Islam?" Tanya Putra yang terlihat seperti dosen yang sedang ingin menjatuhkan mental mahasiswanya.
"Emang harus sedetail itu ya?" tanya Putri polos.
Putra menganggukkan kepalanya, sedangkan Rita hanya tersenyum melihat tingkah anak remaja depannya.
"Nama lengkap Putri Humaira, dipanggil Putri. Namanya Putri karena saya perempuan. ambil Pendidikan Agama Islam karena suka, sekarang gantian kak Putra," jawab Putri yang tidak mau kalah.
"Ok bisa diterima alasannya." "Nama Muhammad Putra Ulum, nama Putra karena saya laki-laki, masuk komunikasi karena untuk masa depan."
"Masa depan?" tanya Putri. Putri memang pribadi yang kalem dan pendiam, tetapi ia bisa berubah menjadi seseorang yang sangat amat kepo-an ketika dihadapkan hal yang menarik. Dan baginya Putra itu sangat menarik untuk dicari tahu.
"Cita-cita."
Putri hanya mengangguk, padahal ia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan Putra.
"Bagus, kalian saling berinteraksi tapi saling menjaga pandangan . Saya suka yang seperti ini, memang dalam islam harusnya begini," ujar Rita.
Putri tersenyum dan tertunduk malu.
"silakan diminum tehnya, Putri dan Putra," ujar ustadzah yang menyodorkan tehnya ke mereka berdua.
Putri sudah menaruh tehnya depan mulutnya, untuk meminum teh. Namun, matanya mengintip kecil ke arah Putra. Ia memerhatikkan bagaimana cara Putra minum, apakah sama seperti yang dilakukan Rasulullah seperti yang dijelaskan dalam buku tersebut?
Putri merinding, karena Putra minum sesuai yang dilakukan oleh Rasulullah, ia bernafas tiga kali ketika minum.
Putra memang bukan laki-laki yang seperti dikatakkan oleh teman-temannya. Malah sangat jauh dari kata itu. Bersyukurnya Putri tidak menjudge Putra dari awal, karena di diri Putra memang tidak ada kesan yang buruk.
Putri mengambil pelajaran baru bahwa penampilan seseorang itu tidak menjamin imannya, buktinya Putra tidak ada tanda agamis saat di kampus tapi ternyata sangat paham dengan ajaran Rasulullah.
Bukan sangat paham, bahkan mengamalkan perilakunya sehari-hari.
Setelah melihat itu, Putri mengikutinya. Ia minum dengan tiga kali nafas juga. Putra seolah-olah menjadi contoh bagi Putri untuk mengikuti Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam.
Namun sayangnya tindakkan Putri itu disadari oleh Putra, tapi Putra tidak menunjukannya. Ia hanya tersenyum dan menyembunyikkan senyumannya itu.
Dan Rita ikut tersenyum karena paham situasi, ia bisa membaca bahwa mereka berdua sebenarnya memiliki ketertarikan masing-masing.
Setelah menghabisi teh, Putra melihat kearah jam, ternyata jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, "udah jam tiga sore stadzah, ustadz Alfin belum datang juga ya? Soalnya saya jam empat lewat harus kekampus lagi untuk ngurus acara BEM,"
"Ustadz Alfin?" tanya Putri, ia daritadi mendengar perkataan ustadz Alfin tetapi ia tidak tahu siapa ustadz Alfin itu.
"Iya, suaminya ustadzah Rita. Guru saya waktu di pondok," jelas Putra.
"masyaallah, dulu kak Putra mondok?" tanya Putri terkejut.
"kenapa? Ga pantas ya? Haha. Jangan bilang ke siapa-siapa soal saya kaya gini, sebenarnya saya juga ga nyangka waktu kedatangan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra sang Pemilik Rindu [TERBIT] ✔️
SpiritualSiapakah sosok Putra yang sebenarnya? Apa rahasia dibaliknya? Ia bahkan mampu membuat wanita shalehah yang bernama Putri berkata di sepertiga malamnya "semoga kak Putra baik-baik saja disana, seperti doa yang selalu aku panjatkan setiap saat kepada...