"Put, kamu belum cerita, tadi ngomongin apa aja sama Jeni?" Mira bertanya kepada Putri.
Akhirnya Putri menceritakkan semua yang Jeni katakan padanya.
"Oh gitu, keren juga ya si kak Putra bisa ngehindar dari perempuan gitu, imannya kuat banget," ujar Mira.
Putri merenung, ia mengingat kembali akhlak-akhlak lelaki itu yang menakjubkan.
"Lucu ya Put, aku dulu suka kak Putra karena badboy tapi ternyata dia malah sealim itu."
"Haha iya, ntah aku dari awal sebenarnya punya feeling yang bagus sama dia. Auranya bagus, ga macem-macem kayak yang kalian bilang," jawab Putri.
"Hehehe," ujar Mira dan Mawar bersamaan, mereka tidak enak hati karena sempat menghakimi Putra yang tidak-tidak.
"Yaudah yuk kita ke depan bareng-bareng, cari kendaraan pulang."
Mira, Mawar dan Putri keluar dari RSJ.
Di tengah perjalanan mencari transportasi, mereka bertemu Nizam yang tengah jalan sendirian.
Nizam berpura-pura tidak melihat mereka, namun Mawar dengan berani meneriakkinya "eh cowo ga gentle! Sini lo seleseiin masalahnya sama Putri!!"
Nizam yang diteriakki seperti itu mendekat perlahan dengan wajah yang pucat. Maklum saja, ia tipe laki-laki yang hanya beraninya beramai-ramai.
"Iya, aku minta maaf," kata Nizam gemeteran.
"Cowo bukan sih? Yang bener," kata Mira.
"Sebelum minta maaf gue mau lo ngakuin apa aja kesalahan lo sama Putri!" Teriak Mawar
Nizam hanya tertunduk lesu.
"Udah jangan di bentak gini, kasihan," kata Putri. Ia tidak tega dengan orang yang ditindas. Apalagi Putri melihat Nizam yang sudah pucat wajahnya.
"Orang jahat gini gausah di kasianin, orang-orang pada bilang kak Nizam ini kan yang ngatain kamu pelacur depan orang banyak? Giliran di samperin sendirian ciut!" teriak Mawar. Mawar benar-benar ahli dalam menjatuhkan mental Nizam.
"Iya Putri, kakak minta maaf ya udah jahat sama kamu, maaf udah percaya sama omongannya Jeni. Kakak ga akan ganggu kamu lagi kok," ucap Nizam sambil memohon ampun.
"Kalo lu buat ulah lagi, gue ga segen-segen ya nabok lu!" Ujar Mawar yang sudah sangat emosi.
Putri langsung memegang tangan Mawar yang sedang marah itu, berusaha meredam emosinya.
"Udah, kita pulang aja yuk. Aku udah maafin," ujar Putri.
Mira dan Mawar setuju dengan ajakan Putri, dan mereka pun meninggalkan Nizam sendiri.
***
Sesampainya di rumah, Putri terus berpikir mengenai penyakit yang di idap Jeni.
Putri mulai mempelajari tentang penyakit jiwa dalam islam, ia belajar mengenai psikologi islam dikit-dikit melalui buku milik Abi.
Buku yang berjudul, "Penyakit Jiwa menurut perspektif Islam".
Ketertarikannya itu awalnya karena Jeni.
Kasus Jeni membuat Putri sangat tertarik mempelajari mengenai penyakit jiwa/mental.
Hingga Putri sekarang memahami orang-orang yang memiliki masalah tersebut, karena penyakit jiwa dalam islam memang benar adanya.
Tapi sekarang semua itu sudah berlalu, ia sudah tidak ada kaitannya lagi dengan Jeni karena semua masalah sudah terselesaikan secara keseluruhan. Hanya hikmah yang sekarang Putri bisa ambil.
Kasus Jeni sudah selesai, kasus Mira sudah selesai, kasus Nizam pun sudah selesai.
Namun masih ada hal lain yang belum terselesaikan, yaitu perasaannya terhadap Putra.
Melalui Jeni, ia belajar mengenai penyakit jiwa.
Melalui Nizam, ia belajar meningkatkan kesabaran.
Melalui Mira dan Mawar, ia belajar menghadapi masalah dengan membelakangi ego adalah cara yang terbaik.
Dan melalui Putra, ia mempelajari segalanya..
***
Di waktu sepertiga malam, Putri melakukan shalat tahajud, ia selalu bermunajat kepada Allah di sepertiga malamnya dengan kata-kata diakhir, "semoga kak Putra baik-baik saja disana, seperti doa yang selalu aku panjatkan setiap saat kepada sang pemilik waktu," dan mengusap tangannya.
Putri tidak tahu Putra saat ini sedang apa dan dimana, karena Alfin dan Rita pun mendadak tidak bisa di hubungi.
Putri pernah mendatangi rumah Alfin dan Rita. Namun, kata tetangga pemiliknya sudah pindah rumah.
Walau Putri dan yang lain tidak tahu dimana Putra saat ini, ia selalu mendoakan untuk Putra. Ia tetap yakin bahwa Putra sedang melakukan hal yang baik disana.
Keyakinannya itu lah yang membuat Putri selalu memandang Putra sebagai sosok yang baik.
Putri sebenarnya sangat ingin mendukung Putra dalam kesehariannya, menjadi teman hidupnya. Mendengarkan masalah harian yang menimpanya. Mendengarkan tawanya, dan semuanya.
Namun takdir berkata lain.
Semua itu tinggalah kenangan yang hanya bisa Putri simpan dalam memori.
Baginya, Putra adalah buku yang sudah selesai ia baca dan akan selalu ia simpan.
Dan ia kini mencoba untuk membuka lembaran baru di buku yang baru juga.
To be continued..
![](https://img.wattpad.com/cover/242320856-288-k416979.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra sang Pemilik Rindu [TERBIT] ✔️
EspiritualSiapakah sosok Putra yang sebenarnya? Apa rahasia dibaliknya? Ia bahkan mampu membuat wanita shalehah yang bernama Putri berkata di sepertiga malamnya "semoga kak Putra baik-baik saja disana, seperti doa yang selalu aku panjatkan setiap saat kepada...