10

125 16 6
                                    

"Assalamualaikum, maaf saya telat," ujar Salim menghampiri mereka berdua yang sedang menunggu di luar ruangan.

"Waalaikumussalam," jawab Putri dan Putra.

Putra segera menghampirinya untuk mencium tangan Salim, dan Putri hanya menundukkan badannya.

"Kita diskusinya di sini aja ya, karena di ruangan saya sedang tidak ada orang, soalnya Putri perempuan sendiri," lanjut Salim.

"Baik, jadi bagaimana pak?" Tanya Putra.

"Jadi bapak disini tugasnya hanya ingin memantau perkembangan kalian sudah sejauh apa, bapak perhatikan cara Putra berpidato, untuk Putri nanti biar istri saya saja yang membina."

"Baik pak," jawab Putra dan Putri kompak.

"Saya panggilkan istri saya dulu ya di bawah, sebentar," Salim turun ke bawah.

Lalu Putri melanjutkan hafalannya untuk memantapkan, dan Putra mulai berbicara sendiri seakan-akan berpidato.

Namun Putri tidak bisa fokus dengan hafalannya, ia salah fokus dengan suara Putra yang sangat keren saat berpidato. Sudah sangat mirip dengan ceramahnya ustadz-ustadz terkenal.

Putri memberanikan diri untuk bertanya, "kak Putra latihan pidato dimana?"

"Dari pesantren saya udah biasa tampil depan umum," ujar Putra yang seperti biasanya, tidak menatap Putri dan hanya sibuk memandangi text yang sedang dibacanya.

Putri mengangguk paham.

Sepuluh menit Salim belum juga datang, akhirnya Putra berjalan menuju kursi yang lumayan jauh dari Putri dan mengambil Qur'an kecil yang ternyata daritadi berada di dalam saku bajunya.

Lantunan Al-Qur'an dari arah tempat duduk Putra pun memecahkan kesunyian.

Putra melantunkan kalam Allah dengan sangat indah dan sangat syahdu. Suaranya menggambarkan bahwa ia benar-benar paham apa makna yang dibacanya.

Namun lantunan Putra itu mengingatkan Putri kepada pemilik suara di masjid An-Nur.

Apa memang pemilik suara indah saat di masjid An-Nur itu adalah milik suara kak Putra?

Laki-laki ini sungguh merepotkan, ternyata dia orang yang berilmu agama dan seorang hafidz qur'an, suaranya juga indah seperti qori.

Lantas aku siapa berani mencintainya?

Namun tiba-tiba datang Mira dari kejauhan, ia mendadahi Putri, "Putrii!"

Putri terkejut dengan kedatangan Mira, ia segera memberitahu Putra yang sedang mengaji, "kak, temenku Mira dateng."

Putra yang sedang mengaji langsung menutup Al-Qur'annya, dan langsung pura-pura tiduran dengan wajah yang ditutupi oleh jaket agar tidak ketahuan.

Putri pun masih tidak paham apa alasan Putra menutup sisi agamisnya sampai begitunya.

"Putri, kamu ngapain disini? Lomba yang sama pak Salim itu ya? Aku baru selesai kelas," ujar Mira.

"Eh? Iya nih, lagi nunggu pak Salim."

"Aku temenin kamu yaa? Kasihan sendirian," ujar Mira sambil memegang tangan Putri.

"Eh ga usah gapapa kok, nanti istrinya pak Salim mau kesini juga,"

"Gapapa aku temenin aja ya."

Sebenarnya Putri tidak apa-apa kalau Mira menemaninya, tapi ia memikirkan entah sampai kapan Putra harus terus menutupi wajahnya dengan jaket. Bisa-bisa Putra kehabisan napas.

"Yaudah gapapa kalau mau temenin, tapi kalau pak Salim udah dateng,kamu pulang duluan aja gapapa kok. Aku takut ngerepotin," ujar Putri.

Mira mengacungkan jempolnya dan langsung bersender dibahu Putri.

Lalu Mira dan Putri mengobrol seperti biasanya, membahas hal-hal yang tidak terlalu penting.

Di tengah obrolan, Mira merasa ada yang aneh saat melihat laki-laki didepannya itu ditutupi oleh jaket.

"Itu siapa, Put?" tanya Mira berbisik yang masih memandangi laki-laki itu.

"Itu.." Putri bingung menjawab apa, ia tidak mungkin memberi tahu Mira, tapi ia juga tidak mau berbohong.

Di waktu yang tepat, Salim datang bersama istrinya.

"Putri, ini istri saya, namanya bu Reny. Yuk masuk ke dalam ruangan."

"Assalamualaikum bu Reny, salam kenal," sapa Putri dan mencium tangannya.

"Waalaikumussalam Putri, yuk masuk."

"Baik bu."

Lalu Putri berkeringat dingin, takut pak Salim menyebut nama Putra.

Namun karena Salim sudah berumur, ia tak menyadari bahwa yang tiduran di lantai itu adalah Putra. Salim dan Reny masuk duluan ke ruangan.
Akhirnya Putri bernapas lega.

Namun Mira masih menatap lama laki-laki itu, Seperti ada sesuatu yang membuat Mira tertarik untuk memandanginya.

"Ya udah Mir aku masuk dulu ya, kalau aku lomba ikut yaa sama Mawar, assalamualaikum."

"Oke malaikatku, sampai jumpaa di ponorogo. Sukses yaa! Waalaikumussalam," jawab Mira.

Lalu Putri masuk ke ruangan pak Salim.

Tapi tidak sampai situ, ternyata Mira mengumpat di balik tembok untuk memerhatikkan siapa laki-laki itu sampai terbangun. Karena Mira merasa mengenal bentuk badannya.

Benar saja, saat Putri masuk, laki-laki itu berdiri dan menyingkirkan jaket dari wajahnya.

Lalu Mira melihat sekilas wajah Putra, namun tidak terlalu jelas karena Mira melihatnya dari jauh.

Dan Mira meninggalkan tempat itu dengan tersenyum sinis dan sedikit air mata.

To be continued..

Gambaran wajah Putri & Mira :

PutriNama asli : Kamila Asy Syifa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putri
Nama asli : Kamila Asy Syifa

PutriNama asli : Kamila Asy Syifa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mira
Nama asli : tidak tahu

Putra sang Pemilik Rindu [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang