Mengenalnya

20 2 0
                                    

Setiap aku bangun, kini mimpi ku tak jauh dari kejadian tabrakan itu. Aku sebenarnya melihat kelanjutan dari mimpi itu tetapi ingatan itu seakan pudar setelah aku bangun.

"Ah, sebentar lagi ya?" aku melihat kalendar di hape dan melihat event 'Pensi' yang sekitar 6 hari lagi.

(Ruang klub setelah empat hari berlalu)

"Baik, Ayaka. Permainan biolamu sudah bagus. Saat kita menggabungkannya lumayan dan tak buruk" banyak hal yang hampir menimpa Ayaka dan aku berhasil mengubah jalan takdirnya.

Tetapi saat dia hampir terjatuh dari kursi aku tak menggunakan gitarku. Melainkan aku emm, menangkapnya. Memang harus pakai gitar kalo kejadian kecil gini tapi harusnya saat itu aku pakai gitar. Karena pas aku nangkap dia, muka kami berdua memerah. Untung saja dia tak marah ataupun benci kepadaku. Jika sampai itu terjadi, mungkin susah sekali kami berkomunikasi saat latihan.

"Tanaka mainnya juga sudah hebat kok"

"Aduh, ini masih belum apa-apa. Masih ada yang lebih ahli dariku"

"Seumur hidupku, hanya kamu lho gitaris yang pernah kutemui secara tatap muka"

Aku berusaha menahan malu tapi tak bisa kubendung lagi. Aku juga ingin bilang bahwa Ayaka adalah satu-satu nya orang yang memuji serius tentang bakatku. Bahkan teman-teman lama ku cuma bilang 'Wah, kang gitar'.

(Jalan pulang)

Sisa dua hari lagi aku harus mempersiapkan mental untuk tampil di depan banyak orang. Ayaka juga harus sudah siap dengan permainannya nanti.

"Sen, kalo hari ini ke cafe biasa yuk" dia mengisyaratkan bahwa dia gak ikut.

"Sumpah, ha... ha..., gua lagi capek. Maaf ya gua hari ini gak ikut" dia habis latihan drama atau lari marathon? Nafas mu itu lho.

Yaudah deh, kalo gak ada yang bisa kuajak mungkin aku kesana sendiri saja deh. Sento sudah semakin jauh dariku. Sekolah sudah mulai sepi, mungkin aku murid terakhir yang akan keluar dari gerbang sekolah.

"Tanaka, tunggu!" eh, nampaknya aku gak sendiri.

"Tanaka kok tega ninggalin aku di ruang klub musik?" lho kok dateng-dateng kena tegur?

"Eh, bukannya kamu sama Sakura?"

"Sakura sudah pulang duluan tadi" Sakura ini gak setia kawan.

Tapi seingatku tadi sebelum pulang mereka bersama deh. Kok tiba-tiba pisah?

"Ehm, anu Tanaka mau langsung pulang?"

"Tadinya mau ke cafe sama si Sento tapi dia gak bisa. Kecapekan kayaknya"

"Mau ke cafe? Aku mau ikut!"

"Kenapa gak sama kawan-kawan cewekmu aja?" aku agak cuekin dia hari ini.

"Pokoknya sama Tanaka saja. Yang lain kan sudah pulang" ini cewek serius ingin ikut aku? Berduaan lagi1

"Boleh sih boleh tapi" lalu dia menghalangi ku untuk menunggu jawabanku.

Dia terus-menerus menunjukkan muka penasarannya yang imut. Sudah kayak Chitanda saja (Tokoh protagonis wanita di novel 'Hyouka' karya Yonezawa Honobu).

"Kamu yang traktir" dia lalu menunjukkan muka kesal dan aku hanya bisa tertawa.

(Cafe)

Sambil melihat interior cafe yang terbuat dari kayu, aku memperhatikan Ayaka yang sedang memotret kopi pesanannya. Aku juga sedang menunggu fish n chip (makanan ringan yang terdiri dari ikan dori yang di fillet dan kentang goreng) pesanan ku sambil menikmati teh matcha yang masih hangat.

Petikan Takdir (運命の選択)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang